Pejamkan
matamu. Istirahatkan diri. Aku tau, dadamu sesak. Pikiranmu kacau. Perlahan
sakit-sakit kecil itu mulai menyerang tawamu. Maaf, aku tak berguna, begitulah.
Tapi, istirahatlah. Dari wajah-wajah yang membuat hari mu terlihat kacau, dari
mata-mata yang melihat tanpa rasa, dan dari hal-hal yang membuatmu merasa tak
berarti.
Maaf,
sesakmu tetap saja begitu, ada dan tanpa
aku. Hari-hari mu tetap saja kelabu, ada dan tanpa aku.
Bersabarlah.
Aku tetap tidak akan pergi. Aku percaya, entah kapan itu, keberadaan ku akan
berarti bagimu kelak.
***
Maaf, aku
bukannya tak peka. Kau tau, banyak hal indah yang ku lewati. Banyak rasa nyaman
yang ku lalui, tetapi aku memilih hal-hal (buruk) ini. Mungkin ini takdirku,
atau entahlah. Aku selalu berharap Tuhan memiliki rencana yang jauh lebih
indah. Kapanpun itu, aku masih menunggu rencana hebat-Nya.
***
Maaf, sesegukan
kata itu akan berubah pelukan suatu saat nanti. Semoga kau sabar menanti.
Setangguh apapun jiwamu, hatimu bukanlah besi apalagi baja. Kakimu bukanlah
roda ataupun robot yang tidak lelah berjalan. Maka, beristirahatlah.
Perasaan
seperti apa ini? Mengkhawatirkan mu berlebihan.
***
Mungkin aku
yang terlalu berlebihan. Kau benar, hatiku tidak sekuat itu. Kakiku tak sesanggup
itu. Tetapi kau tau, jiwa rapuh yang berulang kali menuai kekecewaan ini masih
saja tegar. Bila nanti tak mampu lagi, aku akan beristirahat. Terimakasih,
khawatirmu memang berlebihan. Aku baik-baik saja.
No comments:
Post a Comment