Wednesday, May 24, 2017

Ketika Senja Jatuh Cinta

Di kota ini semua tawa hilang, semua raga terbang tanpa arah. Sedangkan aku hanya mematung dalam kesendirian…
***
            Kepulan asap hitam dan teriakan histeris memenuhi ruang kepalaku. Satu persatu ingatan berputar tanpa henti seiring dengan langkah kaki yang tak tau arah. Kesedihan dan tetes air mata memenuhi pelupuk mata, sirat pilu begitu mengoyak hati.
“Senja, cepat keluar dari kamar.” Teriakan Ibu begitu besar dan seraut asap terus memenuhi kamar. Dinding yang berwarna merah muda dan gorden biru langit menyentuh lantai sudah ditelan asap hitam yang bergulung. Lari ku seakan tercekal, urat kaki seperti putus tanpa aliran darah. Dari arah pintu Ibu menarik tanganku dengan kencang membawaku keluar kamar. Setelah melewati ruang keluarga dengan tangan kosong tanpa sempat mengambil satu barangpun, aku melihat ayah diseberang kamar tidurnya sedang mengambil sesuatu dalam lemari.
“Kamu segera keluar, ibu menyusul.” Ibu mendorong tubuhku ke depan lalu sekejab tubuhnya hilang bersama asap tebal.
            “Ibu bohong, Ibu tidak pernah keluar dari rumah itu. Ibu bohoooooong.” Teriakan ku membuat kepakan sayap beberapa burung melintas cepat di ranting-ranting pohon yang padat. Beberapa burung menatap ku tajam seperti ingin menelan separuh tubuhku. Aku tak peduli. Jemari Ibu yang menarikku keluar kamar masih membekas dan tubuhnya yang hilang dalam asap tebal tak pernah bisa ku lupakan. Aku menendang-nendang kerikil tumpul disepanjang jalan hingga kaki ku terjerembab disebuah kolam, aku kembali tersadar dan melihat sekeliling.
Hutan. Kaki ku berhenti melangkah. Pohon-pohon cemara dan pinus menjulang tinggi dan rapat. Gelap. Aku pikir hari masih siang. Aku tersesat.
“Ibu...” tangis kecilku memanggil Ibu sambil duduk diakar pohon yang lembab. Secuil cahaya muncul dibalik semak-semak ranting. Seperti cahaya matahari. Aku bangkit sambil menghapus air mata. Ku tatap lekat cahaya itu. Benar, ternyata cahaya matahari. Hari masih siang, hanya saja sinar matahari tidak dapat menyinari hutan yang begitu padat ini. Aku bergumam kecil, ‘Bu, sepertinya aku tersesat di black forest’.

Be continue…

No comments:

Post a Comment