Di kota ini semua tawa hilang,
semua raga terbang tanpa arah. Sedangkan aku hanya mematung dalam kesendirian…
***
Kepulan asap hitam dan teriakan histeris
memenuhi ruang kepalaku. Satu persatu ingatan berputar tanpa henti seiring
dengan langkah kaki yang tak tau arah. Kesedihan dan tetes air mata memenuhi
pelupuk mata, sirat pilu begitu mengoyak hati.
“Senja, cepat keluar dari kamar.” Teriakan Ibu
begitu besar dan seraut asap terus memenuhi kamar. Dinding yang berwarna merah
muda dan gorden biru langit menyentuh lantai sudah ditelan asap hitam yang
bergulung. Lari ku seakan tercekal, urat kaki seperti putus tanpa aliran darah.
Dari arah pintu Ibu menarik tanganku dengan kencang membawaku keluar kamar. Setelah
melewati ruang keluarga dengan tangan kosong tanpa sempat mengambil satu
barangpun, aku melihat ayah diseberang kamar tidurnya sedang mengambil sesuatu
dalam lemari.
“Kamu segera keluar, ibu menyusul.” Ibu mendorong
tubuhku ke depan lalu sekejab tubuhnya hilang bersama asap tebal.
“Ibu bohong, Ibu tidak pernah keluar
dari rumah itu. Ibu bohoooooong.” Teriakan ku membuat kepakan sayap beberapa burung
melintas cepat di ranting-ranting pohon yang padat. Beberapa burung menatap ku
tajam seperti ingin menelan separuh tubuhku. Aku tak peduli. Jemari Ibu yang
menarikku keluar kamar masih membekas dan tubuhnya yang hilang dalam asap tebal
tak pernah bisa ku lupakan. Aku menendang-nendang kerikil tumpul disepanjang
jalan hingga kaki ku terjerembab disebuah kolam, aku kembali tersadar dan
melihat sekeliling.
Hutan.
Kaki ku berhenti melangkah. Pohon-pohon cemara dan pinus menjulang tinggi dan
rapat. Gelap. Aku pikir hari masih siang. Aku tersesat.
“Ibu...” tangis
kecilku memanggil Ibu sambil duduk diakar pohon yang lembab. Secuil cahaya
muncul dibalik semak-semak ranting. Seperti cahaya matahari. Aku bangkit sambil
menghapus air mata. Ku tatap lekat cahaya itu. Benar, ternyata cahaya matahari.
Hari masih siang, hanya saja sinar matahari tidak dapat menyinari hutan yang
begitu padat ini. Aku bergumam kecil, ‘Bu, sepertinya aku tersesat di black forest’.
Be
continue…
No comments:
Post a Comment