"Kapal pesiar ku sedang berlabuh di lautan samudera,
menapaki setiap arus gelombang dan terpaan badai musim dingin. Kapal pesiarku
terus melaju, mengarungi luasnya samudera yang indah. Kapal pesiarku masih
melaju, mencoba menemukan pulau tempat persinggahannya"
Sudah
lama tidak menulis lagi, dan malam ini setelah menyelesaikan tugas tugas yang
sedikit menumpuk akhirnya saya berhasil bertemu dengan ‘Renbo’ kembali untuk
waktu yang sedikit lama. Alasannya karena beberapa pekan ini saya mempunyai
jadwal yang lebih padat dari biasanya. Jadi disinilah malam ini saya akan
menghabiskan waktu, bermalam minggu bersama tugas-tugas yang sedikit sudah
terselesaikan dan tentu saja si renbo yang teramat saya rindukan.
Minggu
lalu, saya camping bersama
teman-teman siabang xix ke Kuta Malaka. Saya pergi dari hari sabtu dan pulang
hari minggu, tentu saja bermalam minggu disana. Banyak, sangat banyak hal baru
yang saya dapatkan selama 2 hari tersebut.
Agenda
pertama yang kami lakukan setelah selesai shalat zuhur dan makan siang adalah hiking. Ini memang bukan hiking pertama saya, tetapi ini adalah the best hiking pertama saya. Kami mulai
menapaki jalan yang dikelilingi oleh rumput-rumput lebat dan pohonan yang
menjulang tinggi pukul setengah dua siang. Pemandangan pertama yang terlihat memang
pohon-pohon tinggi, dan tidak ada satu pun jenis pohon disana yang saya tahu.
Tetapi, di sebuah tepi yang kami lewati terdapat kebun naga, sayangnya
pohon-pohon buah naga tersebut sudah tidak terlalu terawat lagi. Jadi bisa dibayangkan,
tak ada satupun buah merah tersebut yang tampak. Sedikit kecewa, tetapi hiking
tetap terus dilanjutkan.
Sudah
saya katakan, ini memang bukan hiking
pertama saya, but it’s the best.
Kenapa? Jujur saja, selain waktu tempuh yang saya lewati memakan waktu sekitar
2 jam yaitu dari pukul setengah 2 siang hingga setengah empat lewat, jarak
tempuh yang dilewati pun juga lain dari hiking yang pernah saya lakukan.
Seperti satu, dua, tiga, tahun yang lalu ketika saya mengikuti outbond sekolah,
dan juga melakukan perjalanan seperti hiking, rintangan yang dilalui tidak
serumit saat ini. Bayangkan saja, selama 2 jam entah berapa kali kami sudah
menyeberangi sungai yang tidak begitu deras dan bebatuan yang sangat licin,
saya sampai tergelincir beberapa kali. Sungai ini memang terletak tepat
ditengah tengah hutan, yang berasal dari salah satu air terjun terindah di Kuta
Malaka tersebut. Jadi, kami para peserta harus melakukan perjalan menaiki
gunung dengan berbagai macam rintangan untuk mencapai tenda tempat peristirahatan.
Saya
ingat sekali, menit-menit pertama melakukan jalan setapak yang menanjak
tersebut terasa sangat bahagia. Tetapi semakin lama rasa lelah mulai
menyelimuti dan hinggap di setiap pencilan daging. Apalagi ketika jalannya
semakin menanjak dan kaki benar-benar nyaris tertekuk dan terjatuh, namun
pemandangan yang so beautiful,
memukau mata dan menjadi obat termujarab untuk terus melakukan hiking tersebut.
Hingga
sampailah di terusan sungai yang tiba-tiba buntu tak ada jalan didepan lagi,
kami terpaksa harus memanjati beberapa batu besar (saya kembali tergelincir dan
terjatuh lagi) dan menaiki tanjakan yang begitu curam. Untungnya beberapa
pohon dan akar-akar besar juga kuat bisa dijadikan tempat berpegangan
untuk mengantungkan diri dan menahan berat tubuh sehingga bisa naik ke puncak
yang lebih tinggi. Ini adalah alasan terbesar mengapa saya mengatakan the best hiking.
Cerita
tentang hiking, melewati ribuan pohon dan mendengar deruan aliran sungai yang
begitu sejuk rasanya seperti benar-benar menyatu dengan alam. Seperti ada jiwa
lain yang membuka mata melihat isi dunia yang begitu indah ini. So beautiful. Kata-kata itu terus saja
keluar dari mulut saya karena kekaguman yang begitu hebatnya selama perjalanan.
Saya bangga untuk hari itu, ketika pada akhirnya saya pernah merasakan apa yang
pernah dirasakan oleh anak-anak pecinta alam, menyatu dengan alam. Thanks God, you open my eyes to see the real
world. I love it.
Setelah
menempuh jarak yang memiliki beberapa rintangan dan waktu yang kurang lebih 2
jam, akhirnya saya pun sampai di tenda bersama teman-teman lainnya dan
beristirahat sejenak. Matahari mulai sedikit condong bersembunyi di belahan
barat, warna langit tampak jingga keorenan tersamar awan awan yang mulai
kelabu. Angin berhembus sedikit lebih kuat dan terasa lebih dingin hingga saya
harus mengenakan jaket sebagai luaran pelindung tubuh dari kedinginan.
Hingga
malam menyambut dan petang pun pergi, kami semua akhirnya melepas dahaga lapar
dengan sepiring nasi dan air segar, begitu segar. Kenapa? Karena air tersebut
adalah mata air gunung asli, yang diambil dari sungai aliran air terjun. Saya ingat,
botol minum saya saat itu seperti baru keluar dari kulkas karena embun-embun
dari uap air sungai yang dingin tersebut. Rasanya, benar-benar segar meskipun
saya sempat ragu pertama untuk meminumnya. Bagaimana kalau air sungai ini tercemar,
atau ketika airnya mengalir terkena sesuatu dan blablabla lainnya. But, what can I do for 2 days without drink
water?
Dan
mulai sejak itu, malam itu juga, saya menjadi terbiasa meminum air sungai dari
mata air terjun asli tanpa melalui proses scaning pensterilan atau apapun itu
lainnya.
I like drink water
from the real river.
So,
apapun yang dibutuhkan dengan air mulai saat itu kami harus turun beberapa
meter ke bawah untuk mencapai sungai, kemudian kembali lagi keatas ketempat
peristirahatan. Asik rasanya bisa sikat gigi dengan air yang begitu segar,
meskipun tidak mandi selama dua hari. Tetapi, menyentuh air sungai yang
mengalir itu saja rasanya seperti sudah mandi dan keramas berjam-jam. Ah saya
terlalu berlebihan ya? Maaf deh, tetapi itulah yang saya rasakan. Saya mulai jatuh cinta melihat alam ini dengan cara saya sendiri. Bahwa ternyata selama ini,
sungai punya hak asasi juga loh sepeti kita. Sungai yang bersih tidak tercemar,
airnya yang segar dan mengalir kemanapun. Itulah yang seharusnya ada pada sungai
sungai dimanapun. Kenapa? Karena tentu saja sungai salah satu mata air, air
yang selama ini manusia butuhkan. Jadi, kalau kamu mencintai menggunakan air,
seperti minum mandi mencuci atau apapun itu hal lainnya, cintailah menjaga
sungai, sumber mata air itu sendiri. Karena, kalau bukan kita sendiri siapa
lagi?
Malam
harinya, kami para peserta dibangunkan jam setengah 2 pagi untuk melakukan
suatu aktivitas. That’s I called, the
beautiful activies in the midnight. Setelah berganti pakaian kami
dikumpulkan dan berjalan menerobosi jalan setapak yang gelap. Sure. Karena penerangannya hanya sedikit, seperti mancis senter dan lampu api yang dibakar diatas bambu. Jujur
saja disepanjang perjalanan dalam hutan yang gelap dengan penerang yang
remang-remang itu hati saya tanpa henti terus mengucapkan beberapa doa untuk
menenangkan diri dan pikiran.
Kami
berjalan mendaki gunung menuju keatas mendekati puncak. Cukup lelah,
rasa kantuk saya saja hilang setelah berjalan beberapa saat, terlebih lagi
karena kami disuruh menghitung langkah dari awal hingga ke atas gunung. Tidak seburuk
perjalanan tadi siang memang, mungkin karena ini malam hari, atau lebih
tepatnya pagi pagi sekali ditengah malam sehingga tidak panas.
Tiba-tiba
teman disebelah kanan saya menyenggol siku saya, saya pun menoleh. Ia menunjukkan
tangannya kearah kiri bawah, dan betapa terpananya saya saat itu ketika melihat
kerlipan lampu-lampu rumah pun jalan dibawah sana. Seperti secuil ribuan cahaya
yang berada dalam kerlipan bintang. Entah bagaimana saya harus
mendeskripsikannya. Itu sangat, bahkan teramat bagus. Pernah baca novel-novel
atau nonton film yang adegannya berada diatas puncak? Kemudian seseorang
menyuruhmu membuka mata dan melihat kebawah, melihat cahaya-cahaya indah yang
sedang berlindung dibalik selimut cakrawala alam semesta, melihat lampu-lampu
putih yang bertebaran seperti benih padi yang dilemparkan ketika musim
penanaman. Wonderful.
It’s the first time I
see the most beautiful place from the top of the mountain. Sekarang, saya baru
merasa bagaimana indahnya berada dipuncak gunung pada malam hari dan melihat
kebawah, ketempat terindah yang selama ini terlihat biasa-biasa saja. Dari pemandangan
tersebut, saya jadi belajar suatu hal. Jangan menilai sesuatu itu baik atau
buruk terlalu cepat sebelum kita melihatnya dari sisi lain. Kenapa? Karena terkadang
penilaian itu tidak bisa dinilai hanya dari satu sisi saja, harus lebih dari
itu. Seperti menilai seseorang yang baru kita kenal, tidak cukup hanya dengan
menilainya dari sisi luar saja, tetapi kita juga harus menilainya dari sisi
dalam dirinya juga. Seperti malam itu, saya baru sadar bahwa ternyata tempat
yang selama ini terlihat biasa-biasa saja karena saya tinggal didalamnya,
tetapi ketika melihat tempat tersebut dari sisi lain, betapa indah dan luar
biasa cantiknya. ‘Maka, nikmat tuhan mana lagi yang kamu dustakan?’
Akhirnya
malam menjelang pagi itupun kami habiskan dengan melakukan beberapa kegiatan
yang mengandung arti penting. Belajar bagaimana kekompakan, tentang mental yang
kuat, dan lain-lainnya. Tetapi, ada hal yang lebih saya sukai. Saya termotivasi
oleh 3 kata yang diucapkan oleh seseorang. “Tenang, fokus, konsentrasi”
hasilnya, saya bisa melalui malam menuju pagi itu dengan mengambil semua hikmah
kenapa saya berada di gunung tanpa tidur malam itu, salah satunya melihat
pemandangan luar biasa indah yang belum pernah saya lihat. Semuanya baik-baik
saja. Saya hanya perlu belajar, bagaimana hidup telah mengajari banyak orang
sebelum menggenggam sebuah kesuksesan, begitu pun saya.
Hari
kedua berada di tengah gunung, masih sama seperti kemarin. Apapun yang
berhubungan dengan air, butuh air, saya dan teman-teman lainnya harus turun
kebawah menuju sungai. Intinya, menyatu dengan alam deh. Seperti yang saya
ucapkan sebelumnya, anak pecinta alam, meskipun sama sekali saya bukan anggota
pecinta alam. But. I love the nature,
world.
Ketika
menjelang sore hari, kami mulai mengemas barang-barang untuk kembali pulang. Tetapi
sebelumnya, saya dan teman-teman lainnya berjalan mendaki gunung kembali menuju
tempat air terjun. Dan sampai disana saya benar-benar melepas lelah dan terjun
kedalam kolam bersama yang lainnya. Merendamkan seluruh badan dan berbasah ria
dibawah aliran air terjun yang segar dan sejuk. Benar-benar perjalanan yang
begitu indah dan bermanfaat. Selain menambah koleksi petualangan (semacam pecinta
petualang sejati saja) juga mendapat pelajaran hidup yang lebih baik. Terimakasih
untuk semuanya. I love u all. Thanks again
God, You really open my eyes now.
Saya, seseorang yang sedang berusaha mengejar mimpi yang
semoga tidak semakin menjauh dari genggaman.
Saya, juga seseorang yang sedang belajar bagaimana hidup
mengajari saya banyak hal tanpa saya sadari.
No comments:
Post a Comment