Saturday, March 8, 2014

See The New World


"Kapal pesiar ku sedang berlabuh di lautan samudera, menapaki setiap arus gelombang dan terpaan badai musim dingin. Kapal pesiarku terus melaju, mengarungi luasnya samudera yang indah. Kapal pesiarku masih melaju, mencoba menemukan pulau tempat persinggahannya"

Sudah lama tidak menulis lagi, dan malam ini setelah menyelesaikan tugas tugas yang sedikit menumpuk akhirnya saya berhasil bertemu dengan ‘Renbo’ kembali untuk waktu yang sedikit lama. Alasannya karena beberapa pekan ini saya mempunyai jadwal yang lebih padat dari biasanya. Jadi disinilah malam ini saya akan menghabiskan waktu, bermalam minggu bersama tugas-tugas yang sedikit sudah terselesaikan dan tentu saja si renbo yang teramat saya rindukan.

Minggu lalu, saya camping bersama teman-teman siabang xix ke Kuta Malaka. Saya pergi dari hari sabtu dan pulang hari minggu, tentu saja bermalam minggu disana. Banyak, sangat banyak hal baru yang saya dapatkan selama 2 hari tersebut.

Agenda pertama yang kami lakukan setelah selesai shalat zuhur dan makan siang adalah hiking. Ini memang bukan hiking pertama saya, tetapi ini adalah the best hiking pertama saya. Kami mulai menapaki jalan yang dikelilingi oleh rumput-rumput lebat dan pohonan yang menjulang tinggi pukul setengah dua siang. Pemandangan pertama yang terlihat memang pohon-pohon tinggi, dan tidak ada satu pun jenis pohon disana yang saya tahu. Tetapi, di sebuah tepi yang kami lewati terdapat kebun naga, sayangnya pohon-pohon buah naga tersebut sudah tidak terlalu terawat lagi. Jadi bisa dibayangkan, tak ada satupun buah merah tersebut yang tampak. Sedikit kecewa, tetapi hiking tetap terus dilanjutkan.

Sudah saya katakan, ini memang bukan hiking pertama saya, but it’s the best. Kenapa? Jujur saja, selain waktu tempuh yang saya lewati memakan waktu sekitar 2 jam yaitu dari pukul setengah 2 siang hingga setengah empat lewat, jarak tempuh yang dilewati pun juga lain dari hiking yang pernah saya lakukan. Seperti satu, dua, tiga, tahun yang lalu ketika saya mengikuti outbond sekolah, dan juga melakukan perjalanan seperti hiking, rintangan yang dilalui tidak serumit saat ini. Bayangkan saja, selama 2 jam entah berapa kali kami sudah menyeberangi sungai yang tidak begitu deras dan bebatuan yang sangat licin, saya sampai tergelincir beberapa kali. Sungai ini memang terletak tepat ditengah tengah hutan, yang berasal dari salah satu air terjun terindah di Kuta Malaka tersebut. Jadi, kami para peserta harus melakukan perjalan menaiki gunung dengan berbagai macam rintangan untuk mencapai tenda tempat peristirahatan.

Saya ingat sekali, menit-menit pertama melakukan jalan setapak yang menanjak tersebut terasa sangat bahagia. Tetapi semakin lama rasa lelah mulai menyelimuti dan hinggap di setiap pencilan daging. Apalagi ketika jalannya semakin menanjak dan kaki benar-benar nyaris tertekuk dan terjatuh, namun pemandangan yang so beautiful, memukau mata dan menjadi obat termujarab untuk terus melakukan hiking tersebut.

Hingga sampailah di terusan sungai yang tiba-tiba buntu tak ada jalan didepan lagi, kami terpaksa harus memanjati beberapa batu besar (saya kembali tergelincir dan terjatuh lagi) dan menaiki tanjakan yang begitu curam. Untungnya beberapa pohon dan akar-akar besar juga kuat bisa dijadikan tempat berpegangan untuk mengantungkan diri dan menahan berat tubuh sehingga bisa naik ke puncak yang lebih tinggi. Ini adalah alasan terbesar mengapa saya mengatakan the best hiking.

Cerita tentang hiking, melewati ribuan pohon dan mendengar deruan aliran sungai yang begitu sejuk rasanya seperti benar-benar menyatu dengan alam. Seperti ada jiwa lain yang membuka mata melihat isi dunia yang begitu indah ini. So beautiful. Kata-kata itu terus saja keluar dari mulut saya karena kekaguman yang begitu hebatnya selama perjalanan. Saya bangga untuk hari itu, ketika pada akhirnya saya pernah merasakan apa yang pernah dirasakan oleh anak-anak pecinta alam, menyatu dengan alam. Thanks God, you open my eyes to see the real world. I love it.

Setelah menempuh jarak yang memiliki beberapa rintangan dan waktu yang kurang lebih 2 jam, akhirnya saya pun sampai di tenda bersama teman-teman lainnya dan beristirahat sejenak. Matahari mulai sedikit condong bersembunyi di belahan barat, warna langit tampak jingga keorenan tersamar awan awan yang mulai kelabu. Angin berhembus sedikit lebih kuat dan terasa lebih dingin hingga saya harus mengenakan jaket sebagai luaran pelindung tubuh dari kedinginan.

Hingga malam menyambut dan petang pun pergi, kami semua akhirnya melepas dahaga lapar dengan sepiring nasi dan air segar, begitu segar. Kenapa? Karena air tersebut adalah mata air gunung asli, yang diambil dari sungai aliran air terjun. Saya ingat, botol minum saya saat itu seperti baru keluar dari kulkas karena embun-embun dari uap air sungai yang dingin tersebut. Rasanya, benar-benar segar meskipun saya sempat ragu pertama untuk meminumnya. Bagaimana kalau air sungai ini tercemar, atau ketika airnya mengalir terkena sesuatu dan blablabla lainnya. But, what can I do for 2 days without drink water?
Dan mulai sejak itu, malam itu juga, saya menjadi terbiasa meminum air sungai dari mata air terjun asli tanpa melalui proses scaning pensterilan atau apapun itu lainnya.

I like drink water from the real river.

So, apapun yang dibutuhkan dengan air mulai saat itu kami harus turun beberapa meter ke bawah untuk mencapai sungai, kemudian kembali lagi keatas ketempat peristirahatan. Asik rasanya bisa sikat gigi dengan air yang begitu segar, meskipun tidak mandi selama dua hari. Tetapi, menyentuh air sungai yang mengalir itu saja rasanya seperti sudah mandi dan keramas berjam-jam. Ah saya terlalu berlebihan ya? Maaf deh, tetapi itulah yang saya rasakan. Saya mulai jatuh cinta melihat alam ini dengan cara saya sendiri. Bahwa ternyata selama ini, sungai punya hak asasi juga loh sepeti kita. Sungai yang bersih tidak tercemar, airnya yang segar dan mengalir kemanapun. Itulah yang seharusnya ada pada sungai sungai dimanapun. Kenapa? Karena tentu saja sungai salah satu mata air, air yang selama ini manusia butuhkan. Jadi, kalau kamu mencintai menggunakan air, seperti minum mandi mencuci atau apapun itu hal lainnya, cintailah menjaga sungai, sumber mata air itu sendiri. Karena, kalau bukan kita sendiri siapa lagi?

Malam harinya, kami para peserta dibangunkan jam setengah 2 pagi untuk melakukan suatu aktivitas. That’s I called, the beautiful activies in the midnight. Setelah berganti pakaian kami dikumpulkan dan berjalan menerobosi jalan setapak yang gelap. Sure. Karena penerangannya hanya sedikit, seperti mancis senter dan lampu api yang dibakar diatas bambu. Jujur saja disepanjang perjalanan dalam hutan yang gelap dengan penerang yang remang-remang itu hati saya tanpa henti terus mengucapkan beberapa doa untuk menenangkan diri dan pikiran.

Kami berjalan mendaki gunung menuju keatas mendekati puncak. Cukup lelah, rasa kantuk saya saja hilang setelah berjalan beberapa saat, terlebih lagi karena kami disuruh menghitung langkah dari awal hingga ke atas gunung. Tidak seburuk perjalanan tadi siang memang, mungkin karena ini malam hari, atau lebih tepatnya pagi pagi sekali ditengah malam sehingga tidak panas.

Tiba-tiba teman disebelah kanan saya menyenggol siku saya, saya pun menoleh. Ia menunjukkan tangannya kearah kiri bawah, dan betapa terpananya saya saat itu ketika melihat kerlipan lampu-lampu rumah pun jalan dibawah sana. Seperti secuil ribuan cahaya yang berada dalam kerlipan bintang. Entah bagaimana saya harus mendeskripsikannya. Itu sangat, bahkan teramat bagus. Pernah baca novel-novel atau nonton film yang adegannya berada diatas puncak? Kemudian seseorang menyuruhmu membuka mata dan melihat kebawah, melihat cahaya-cahaya indah yang sedang berlindung dibalik selimut cakrawala alam semesta, melihat lampu-lampu putih yang bertebaran seperti benih padi yang dilemparkan ketika musim penanaman. Wonderful.

It’s the first time I see the most beautiful place from the top of the mountain. Sekarang, saya baru merasa bagaimana indahnya berada dipuncak gunung pada malam hari dan melihat kebawah, ketempat terindah yang selama ini terlihat biasa-biasa saja. Dari pemandangan tersebut, saya jadi belajar suatu hal. Jangan menilai sesuatu itu baik atau buruk terlalu cepat sebelum kita melihatnya dari sisi lain. Kenapa? Karena terkadang penilaian itu tidak bisa dinilai hanya dari satu sisi saja, harus lebih dari itu. Seperti menilai seseorang yang baru kita kenal, tidak cukup hanya dengan menilainya dari sisi luar saja, tetapi kita juga harus menilainya dari sisi dalam dirinya juga. Seperti malam itu, saya baru sadar bahwa ternyata tempat yang selama ini terlihat biasa-biasa saja karena saya tinggal didalamnya, tetapi ketika melihat tempat tersebut dari sisi lain, betapa indah dan luar biasa cantiknya. ‘Maka, nikmat tuhan mana lagi yang kamu dustakan?’

Akhirnya malam menjelang pagi itupun kami habiskan dengan melakukan beberapa kegiatan yang mengandung arti penting. Belajar bagaimana kekompakan, tentang mental yang kuat, dan lain-lainnya. Tetapi, ada hal yang lebih saya sukai. Saya termotivasi oleh 3 kata yang diucapkan oleh seseorang. “Tenang, fokus, konsentrasi” hasilnya, saya bisa melalui malam menuju pagi itu dengan mengambil semua hikmah kenapa saya berada di gunung tanpa tidur malam itu, salah satunya melihat pemandangan luar biasa indah yang belum pernah saya lihat. Semuanya baik-baik saja. Saya hanya perlu belajar, bagaimana hidup telah mengajari banyak orang sebelum menggenggam sebuah kesuksesan, begitu pun saya.

Hari kedua berada di tengah gunung, masih sama seperti kemarin. Apapun yang berhubungan dengan air, butuh air, saya dan teman-teman lainnya harus turun kebawah menuju sungai. Intinya, menyatu dengan alam deh. Seperti yang saya ucapkan sebelumnya, anak pecinta alam, meskipun sama sekali saya bukan anggota pecinta alam. But. I love the nature, world.

Ketika menjelang sore hari, kami mulai mengemas barang-barang untuk kembali pulang. Tetapi sebelumnya, saya dan teman-teman lainnya berjalan mendaki gunung kembali menuju tempat air terjun. Dan sampai disana saya benar-benar melepas lelah dan terjun kedalam kolam bersama yang lainnya. Merendamkan seluruh badan dan berbasah ria dibawah aliran air terjun yang segar dan sejuk. Benar-benar perjalanan yang begitu indah dan bermanfaat. Selain menambah koleksi petualangan (semacam pecinta petualang sejati saja) juga mendapat pelajaran hidup yang lebih baik. Terimakasih untuk semuanya. I love u all. Thanks again God, You really open my eyes now.

Saya, seseorang yang sedang berusaha mengejar mimpi yang semoga tidak semakin menjauh dari genggaman.
Saya, juga seseorang yang sedang belajar bagaimana hidup mengajari saya banyak hal tanpa saya sadari.

No comments:

Post a Comment