Bahagia
itu sederhana, sesederhana senyuman mu tentu saja.
Kamu
bilang, bahagia itu sederhana. Saya ingat itu, bahkan teramat mengingatnya. Itu
kata-kata yang sejak jauh-jauh hari selalu kamu banggakan sebelum ada yang
berubah.
Bahagia
itu sederhana, sesederhana menatap pantulan cahaya dipagi hari dalam bingkisan
langit semesta alam bersama dinginnya embun dalam setiap helaan nafas yang
beruap. Bahagia juga seperti menarik selimut tebal dalam dekapan pagi yang
enggan beranjak bangun dari tempat tidur. Bahagia yang saya tahu kala pagi itu
hanya sebuah sinar harapan, dalam elegi nuansa malam yang telah berlalu
kemudian menipis hingga fajar.
Bahagia
itu sederhana, sesederhana sapuan sampah-sampah kering disepanjang halaman rumah
dalam balutan pohon-pohon asri nan hijau dan elokan warna warni bunga yang
indah. Bahagia seperti melihat daun daun kering yang berserakan kemudian
bertumpuk dalam suatu tempat. Seperti hati, yang rapuh dan mudah terkoyak
kemudian menyatu dalam suatu wadah kebahagiaan.
Bahagia
itu sederhana, sesederhana ombak yang berkejaran tanpa lelah dalam setiap
detiknya. Bahagia melihat tiupan angin yang bergerak dari lautan kedaratan pun
sebaliknya. Sebahagia ketika sang mentari terbit di ufuk timur dan terbenam
dalam sanubari barat melalui belahan lautan luas. Sebahagianya orang-orang
yang berlalu lalang dalam butiran pasir, dengan atau tanpa beralas kaki.
Bahagia
itu sederhana, sesederhana larian malaikat-malaikat kecil yang tak mengacuhkan waktu
untuk bermain. Malaikat-malaikat yang masih menghabiskan lebih dari setengah
harinya dalam dekapan sang ibu. Bahagianya malaikat-malaikat kecil yang mereka
tau hidup hanya untuk bermain. Sebahagia ketika mereka pulang, hanya dekapan
lembut yang tak pernah tergantikan terurai manis hingga jatuh terlelap dalam
pangkuan yang empuk.
Bahagia
itu sederhana, sesederhana ucapanmu ketika masa itu. Ya, kamu pernah bilang
bahwa bahagia itu sederhana, sesederhana ketika saya berada disisimu, dan kamu
disisi saya tentunya. Mungkin, bahagia yang sederhana itu juga cukup dengan
saling mengerti meski tanpa berada disisi. Mungkin juga, bahagia yang sederhana
itu ketika senyum telah terpudarkan oleh waktu, namun masih begitu melekat dalam
jiwa juga raga setiap incinya.
Bahagia
itu sederhana, jelas sederhana. Sesederhana ketika kamu masih mampu tersenyum
dibalik semua luka tanpa berpura-pura untuk terlihat baik baik saja.
Sekali
lagi, bahagia itu sederhana. Sesederhana ketika kamu mampu tersenyum, saya pun
ikut tersenyum bersamamu.
No comments:
Post a Comment