Saturday, March 22, 2014

Waktu Itu



"Kau bilang waktu akan berlalu dengan cepat ketika kau membencinya"

Ada masa ketika kau berhenti berpikir bahwa waktu terus mengejarmu, atau bahkan sebaliknya. Ada tempat dimana kau bisa mengutarakan segala keterlambatanmu tentang waktu, tentang semua yang pernah kamu sia-siakan dalam sadar ataupun tidak.

Kau tentu saja pernah melewati masa masa indah pun pahit. Begitupun orang orang yang pernah berharap untuk hidup lebih lama ketika penyakit-penyakit hebat melumpuhkan semua mimpi dan cinta. Kau pernah mendengar tentang hal keterlambatan waktu, tentang betapa berartinya 1 detik yang tak tersengajakan lewat begitu saja tepat di depan kedua matamu tanpa permisi. Ada hal-hal seharusnya menjadi moment-moment terindah dalam hidupmu, entah itu karena rancanganmu sendiri atau orang lain. Yang pasti, kau tau satu hal mutlak yang tak pernah salah.

“Bahwa waktu terus berjalan tanpa pernah bisa terulang, meskipun hanya sedetik”

Dulu, saya pernah memohon-mohon untuk mengembalikan waktu ke beberapa menit lalu sebelum saya melakukan kesalahan itu. Tetapi, apa yang saya dapat? Semuanya sama saja. Mau sebisa apapun saya menangis nangis hingga banjir satu kota, waktu tetap tidak akan pernah bisa terulang. Kesalahan yang pernah saya lakukan, telah menjadikan sebuah pelajaran bagi saya. Dan waktu yang berlalu, selalu jadi guru terbaik untuk saya.

Seperti saat ini.
Ketika gema alunan musik yang pernah begitu akrab menjadi bagian hidup saya bersama teman-teman, sisa-sisa dipenghujung tahun yang begitu dramatis bagi kami, saya rasa itulah waktu –guru terbaik– yang selama ini memotivasi saya. Saya pernah bilang, bahwa untuk melupakan seseorang mungkin bisa jadi mudah, tetapi untuk melupakan kenangan tentangnya tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Ada banyak isyarat-isyarat yang terabaikan begitu saja. Teutama waktu. Waktu selalu membangunkan saya ketika lalai, ketika entah kenapa yang ada dipikiran saya hanya sebuah masa depan yang harus diraih. Kemudian melupakan hal-hal kecil yang hingga saat ini kerap sekali menghantui saya karena teramat merindukannya. Waktu-waktu yang sekarang saya rasa ‘seharusnya waktu itu saya bisa melakukan lebih’, ataupun ‘kenapa waktu itu saya tidak begitu saja ya?’ Sekarang saya menyesal mengabaikan banyak hal. Dan itulah kenapa teorema ”penyesalan selalu datang terlambat” berlaku bagi siapa saja, termasuk saya sendiri.

Andai saja, waktu itu seperti genggaman pasir ditangan ya, meski setiap kali di genggam kemudian hilang perlahan, tetapi kemudian bisa menggenggam pasir lainnya. Andai saja saya tahu kenapa dulu saya harus memilih 'ya' dan melupakan 'tidak', saya akan melakukannya. Seperti kebanyakan orang lainnya. Bukannya menganggap hal yang kecil itu patut diperjuangkan, tetapi malah sebaliknya, terabaikan.

Saya terus mengeluh untuk saat ini. ‘kapan saya bisa mengulang waktu dulu?’

Semuanya kembali semu seperti sedia kala. Mematung seorang diri, meratapi masa lalu yang terabaikan didepan mata begitu saja. Terdiam seorang diri, mendengar tawa-tawa renyah yang sempat terlalaikan begitu saja, tanpa pernah saya tahu saya tidak akan bisa menikamti tawa-tawa itu kembali. Ah semuanya seperti palsu, seperti sebuah dongeng dalam dunia dongeng. Sesuatu yang sama sekali tidak akan bisa terulang dalam dunia nyata, meski hanya menangis dibalik mimpi yang terlihat bahagia.

Selamat tinggal kenangan. Kau tau, waktu memang terus berjalan.  Ada begitu banyak tawa, ada begitu banyak luka, dan ada begitu banyak kenangan. Kita hanya akan memulai melihat kedepan, sebuah masa depan dengan latar kenangan yang tak akan pernah terulang.

No comments:

Post a Comment