"Kau
bilang waktu akan berlalu dengan cepat ketika kau membencinya"
Ada
masa ketika kau berhenti berpikir bahwa waktu terus mengejarmu, atau bahkan
sebaliknya. Ada tempat dimana kau bisa mengutarakan segala keterlambatanmu
tentang waktu, tentang semua yang pernah kamu sia-siakan dalam sadar ataupun
tidak.
Kau
tentu saja pernah melewati masa masa indah pun pahit. Begitupun orang orang
yang pernah berharap untuk hidup lebih lama ketika penyakit-penyakit hebat
melumpuhkan semua mimpi dan cinta. Kau pernah mendengar tentang hal
keterlambatan waktu, tentang betapa berartinya 1 detik yang tak tersengajakan
lewat begitu saja tepat di depan kedua matamu tanpa permisi. Ada hal-hal
seharusnya menjadi moment-moment terindah dalam hidupmu, entah itu karena
rancanganmu sendiri atau orang lain. Yang pasti, kau tau satu hal mutlak yang tak
pernah salah.
“Bahwa
waktu terus berjalan tanpa pernah bisa terulang, meskipun hanya sedetik”
Dulu,
saya pernah memohon-mohon untuk mengembalikan waktu ke beberapa menit lalu
sebelum saya melakukan kesalahan itu. Tetapi, apa yang saya dapat? Semuanya
sama saja. Mau sebisa apapun saya menangis nangis hingga banjir satu kota,
waktu tetap tidak akan pernah bisa terulang. Kesalahan yang pernah saya
lakukan, telah menjadikan sebuah pelajaran bagi saya. Dan waktu yang berlalu,
selalu jadi guru terbaik untuk saya.
Seperti
saat ini.
Ketika
gema alunan musik yang pernah begitu akrab menjadi bagian hidup saya bersama
teman-teman, sisa-sisa dipenghujung tahun yang begitu dramatis bagi kami, saya
rasa itulah waktu –guru terbaik– yang selama ini memotivasi saya. Saya pernah
bilang, bahwa untuk melupakan seseorang mungkin bisa jadi mudah, tetapi untuk
melupakan kenangan tentangnya tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Ada
banyak isyarat-isyarat yang terabaikan begitu saja. Teutama waktu. Waktu selalu
membangunkan saya ketika lalai, ketika entah kenapa yang ada dipikiran saya
hanya sebuah masa depan yang harus diraih. Kemudian melupakan hal-hal kecil
yang hingga saat ini kerap sekali menghantui saya karena teramat merindukannya.
Waktu-waktu yang sekarang saya rasa ‘seharusnya waktu itu saya bisa melakukan
lebih’, ataupun ‘kenapa waktu itu saya tidak begitu saja ya?’ Sekarang saya
menyesal mengabaikan banyak hal. Dan itulah kenapa teorema ”penyesalan selalu
datang terlambat” berlaku bagi siapa saja, termasuk saya sendiri.
Andai
saja, waktu itu seperti genggaman pasir ditangan ya, meski setiap kali di
genggam kemudian hilang perlahan, tetapi kemudian bisa menggenggam pasir
lainnya. Andai saja saya tahu kenapa dulu saya harus memilih 'ya' dan melupakan
'tidak', saya akan melakukannya. Seperti kebanyakan orang lainnya. Bukannya menganggap
hal yang kecil itu patut diperjuangkan, tetapi malah sebaliknya, terabaikan.
Saya
terus mengeluh untuk saat ini. ‘kapan saya bisa mengulang waktu dulu?’
Semuanya
kembali semu seperti sedia kala. Mematung seorang diri, meratapi masa lalu yang
terabaikan didepan mata begitu saja. Terdiam seorang diri, mendengar tawa-tawa
renyah yang sempat terlalaikan begitu saja, tanpa pernah saya tahu saya tidak
akan bisa menikamti tawa-tawa itu kembali. Ah semuanya seperti palsu, seperti
sebuah dongeng dalam dunia dongeng. Sesuatu yang sama sekali tidak akan bisa
terulang dalam dunia nyata, meski hanya menangis dibalik mimpi yang terlihat
bahagia.
Selamat
tinggal kenangan. Kau tau, waktu memang terus berjalan. Ada begitu banyak tawa, ada begitu banyak
luka, dan ada begitu banyak kenangan. Kita hanya akan memulai melihat kedepan,
sebuah masa depan dengan latar kenangan yang tak akan pernah terulang.
No comments:
Post a Comment