Dear someone
Saya
sedang terpaku menatap cermin, menatap bayangan dibalik gelombang pantulannya
yang begitu menawan. Secercah harapan seperti tenggelam dibalik selimut
bingkisannya. Semuanya kembali terkenang sekejap kedipan mata.
Itu
masih waktu yang sama, ketika segala canda dan tawa masih terpampang jelas
dihadapan wajah-wajah penuh bahagia. Tiba-tiba saja kamu datang membawa
secangkir harapan dan sekaleng kasih sayang. Ada sedikit keraguan ketika saya
ingin mengulurkan tangan dan menerimanya, tetapi secangkir harapan yang pernah kau ulurkan tiba-tiba berubah menjadi
lebih besar. Sebuah keyakinan yang saya tau sedang kamu perjuangkan menyelimuti
semua kesedihan serta luka yang pernah menggores jiwa saya.
Mulai
saat itu, saya yakin bahwa kamu adalah satu-satunya malaikat tanpa sayap yang
menawarkan sebuah arti kebahagiaan kepada saya. Jadi, kenapa saya harus ragu
untuk menerimanya?
Sekarang,
meski waktunya telah berbeda –benar benar berbeda. Bisakah saya berharap untuk
mengulang waktu itu kembali? Ketika keluguan masih menyertai setiap awal
perjalanan kita. Ketika kita hanya bisa saling menatap dalam diam kemudian
tersenyum dalam diam juga. Ketika entah sejak kapan rasa cinta itu mulai tumbuh
dan tumbuh setiap harinya, sampai saat ini.
Saya
masih ingat bagaimana caramu tersenyum penuh kehangatan kepada saya,
seakan-akan menarik semua kesedihan yang mengotori warna – warna cerah
kehidupan saya. Begitu lembut dan tenang. Saya sangat suka caramu tertawa penuh
humor, sungguh. Rasanya dunia seakan yang ada hanya sebuah kebahagiaan ketika
melihat tawamu. Segala rasa resah pun susah yang pernah menjelma menjadi sebuah
ketakutan, hilang hanya dengan tawamu yang sehangat selimut pada musim dingin.
Bolehkah
saya mengatakan sesuatu?
Saya
rindu di hujani tawa-tawa mu seperti dulu, ketika hal yang kita tau hanyalah
mencari sebuah kebahagiaan, arti kebahagiaan. Bolehkan saya meminta kamu untuk
melakukannya kembali di hadapan saya saat ini? Seperti yang pernah kamu lakukan
dulu?
Jangan
menangis kalaupun kamu tidak bisa mengabulkan permintaan saya. Lagi pula, saya
masih bisa tersenyum seorang diri, membuat hari-hari saya terlihat bahagia
meski tanpa sosok penuh kehangatan yang dulu siap berdiri disisi saya. Saya hanya
minta satu. Simpan senyum hangat mu dan tawa penuh humor mu itu, karena entah
kapan suatu saat nanti ketika kita kembali dipertemukan saya akan menagihnya
kepadamu. Berjanjilah, jangan pernah mengubah senyum hangatmu itu. Saya
pastikan, saya akan berdiri dengan tubuh kaku ditelan kedinginan dan tatapan kosong penuh
derita.
Cintai
saya seperti kemarin kamu mencintai saya, dan pastikan bahwa kemarin kamu
sedang jatuh cinta dan berjanji untuk menjaganya. Karena, waktu yang sama atau
berbeda sekali pun tidak pernah memberikan sebuah kepastian mutlak yang bisa
kita pegang, kecuali jika kamu Tuhannya dan mengatur segala tentang waktu.
Lakukan
hal terbaik yang bisa kamu lakukan, apapun itu. Kenapa? Karena kita tidak akan
pernah bisa mengulang sesuatu yang sudah berlalu, seperti me-rewind semua hal
yang pernah terjadi dimasa lalu. Jadi, jagalah apapun yang pernah kamu miliki
sekarang.
Saya
rindu kamu, serindu matahari pada sang bulan yang entah kapan akan ditakdirkan
untuk bertemu. Saling memberikan kehangatan satu sama lain meski hanya dalam
sekejap kedipan mata. Selamat bertemu suatu saat nanti, cinta
Untuk
kamu yang terbentang jarak begitu jauh.
Dari
seseorang yang sedang merindukanmu, meski tanpa menulis sebuah surat.
No comments:
Post a Comment