Dear
Lina
Awal dari
semua hal saya menulis ini karena hari ini tepat tanggal 18 Februari 2014
bertepatan dengan ulang tahunmu –yang ke 19. Tadi pagi tiba-tiba handphone saya
bergetar beberapa kali dan kemudian saya lihat, ternyata pengingat di kalender
saya memberikan suatu kabar bahagia yaitu ulang tahun kamu. Segera saya buka
line dan mencari salah satu nama kamu dari balik ‘friends’ yang jumlahnya seratus lebih. Tidak terlalu sulit, saya
langsung menemukan nama kamu dan langsung saja jemari-jemari saya aktif bermain
di layar touch tersebut.
Beberapa
kalimat ucapan selamat pun saya kirim dan karena terlalu bersemangat akhirnya
saya memutuskan untuk merekam suara pada voice message mengucapkan selamat
ulang tahun padamu. Tentu saja dengan suara khas saya yang ceria pagi ini dan
ya, you know what I mean girl.
Setelah
itu saya sedang menimang-nimang, rasanya ingin berjumpa dengan kamu hari ini. Beberapa
detik kemudian pun perasaan saya dilanda rasa galau ingin bertemu sosok kamu
yang entah sudah berapa minggu tidak saling bertatap muka lagi, pun saling
bertukar cerita. Detik demi detik, saya mulai melamun dan memikirkan banyak
hal. Saya ingin memberi kamu sebuah kado rasanya, tetapi uang saya benar-benar
tipis, setipis kertas minyak. Untuk menghambur-hamburkan dengan jajan sesuka
hati saja rasanya sungguh mustahil. Saya sedang kesulitan ekonomi ini saat ini,
jadi maklum saja ya teman. Forgive me
girl.
Tetapi,
itu sama sekali tidak menghalang saya untuk kembali melamunkan hal-hal indah
yang dulu pernah kita jalani bersama teman. Masih terkenang dengan begitu
jelas, tahun lalu tepat sehari sebelum ulang tahun mu tiba saya juga galau
seperti ini. Ingin memberikan sesuatu yang bisa dikatakan cukup terkesan,
istimewa atau apapun itu. Tetapi apalah daya saya, saya seseorang yang belum
memiliki penghasilan sendiri. Uang jajan saja masih merengek-rengek minta ortu,
apalagi untuk membuat salah satu teman terbaik saya merasa bahagia di hari
ulang tahunnya? Ternyata hidup mau bagaimanapun tetap butuh uang ya. Salah satunya
ya ini.
Tetapi,
mau se-kere apapun saya saat itu saya sempat membelikan cake kecil yang murah
untuk salah satu teman terbaik saya ini, yang sama sekali sungguh saya pikir itu
tidak akan bisa membuatmu bahagia teman. But,
Thanks God. You give me a best friend that can understand me, long time
insyaAllah.
Rencana
tepat pukul 00.00 itupun berjalan lancar seperti perayaan ulangtahun
teman-teman seperjuangan lainnya. Beberapa aksi siram menyiram, semprotan
segala sesuatu yang bisa dijadikan bahan untuk menjorokkan kamarpun langsung
saja terjadi. Saya begitu ingat, waktu itu kamu basah kuyup dengan leburan
shampo handbody minyak kayu putih, dan lain-lainnya. Dan cake mungil rasa cokelat
itupun segera menghiasi senyum manis di pipi kamu. Saya bahagia sekali melihat
wajahmu seperti itu teman. Rasanya saya akan jadi orang paling beruntung jika
bisa melihat senyummu karena saya. Saya sudah terlalu mengambil pusing
sebelumnya gara-gara cake mungil itu, tetapi apalah arti sebuah kebahagian
dengan atau tanpa cake mungil atau tidak. Yang penting kebahagian itu sama-sama
berhasil kita rasakan malam itu sebelum jatuh terlelap ketika menjelang pagi.
Ya,
Lina Sundana. Akhirnya tepat 3 tahun kita menjalani hidup dalam 1 ruang lingkup
yang kita sebut ‘kamar blok E-6’, sebuah asrama sebuah cerita. Kita benar-benar
sudah melewatinya saat ini. Jadi, jangan heran kenapa untuk sekarang saya hanya
bisa mengulang cerita-cerita itu. Tentu saja, karena ‘asrama’, ‘sekamar’, dan
apapun yang pernah kita jalani dulu bersama kini telah berbeda (lagi-lagi harus
ada kata ‘berbeda’, saya sudah terlalu cukup membencinya). Tidak ada lagi
perayaan tepat tengah malam yang akan kita lalui kembali bersama teman-teman yang
lainnya ketika ada target yang berulang tahun. Benar-benar tidak akan ada lagi
korban handbody, shampoo, minyak wangi, ramuan air-airan tidak jelas yang
pernah kita racik bersama untuk disiramkan kepada target yang berulang tahun. Sungguh,
sepertinya saya harus menyiapkan tisu sebelum menyelesaikan surat ini.
Terlalu
banyak cerita kita teman. Saya jadi bingung harus menulis yang mana lagi, atau
yang apa lagi.
Seperti
hari ini, tepat setahun setelah kejadian istimewa tersebut kita lalui, andai
saja jika kita masih diasrama seperti dahulu, tentu saja pagi ini tidak akan
berakhir tragis hanya dengan mengirimkan ucapan selamat dan sebuah voice
message singkat kepada kamu. Tentu saja kita akan tertawa bahagia dengan
berbagai lelucon tentang tadi malam yang sedang kita ulang-ulang tanpa
hentinya. Melihat jemuran kasur basah dibalik balkon kamar dengan aroma
wangi-wangian juga cream kue yang
berhasil dicolet sana sini. Melihat basahan rambut yang belum sempat kering
karena sekitar jam 2 atau 3 malam kamu harus mandi dan kramas membersihkan
lumpuran racikan teman-teman dan cream
kue yang begitu lengket tersebut di kulit kepala. Juga melihat kantuk yang
tersamar oleh KEBAHAGIAAN.
Kebahagiaan,
sesuatu yang terkadang tidak bisa dibeli dengan uang, tetapi terkadang butuh
uang.
Pagi ini,
saya sempat bingung harus memulai hari ulang tahunmu dari mana. Dari memberi sureprice kedatangan saya dihadapan kamu
tiba-tiba, atau mengirimkan sebuah kado besar dengan paket kiriman, atau ya
cukup hanya dengan ketragisan pesan singkat dan voice message itu. Sepertinya pilihan yang ketiga paling tepat. Maafkan
saya teman. Tetapi saya akan berusaha menemuimu, ya setidaknya kita bisa
merayakannya kecil-kecilan atau bagaimanapun itu. Saya ingin sekali melihat
senyummu karena saya seperti dahulu, sungguh.
Kita bisa
membuat jadwal pertemuan kita. Bagaimana dengan makan siang bersama selepas
dari kampus? Sepertinya bisa jika kita sama-sama kosong tidak ada kesibukan. Oya
sejak tadi saya lupa suatu hal yang cukup penting. Traktir. Ayo ayo traktir
saya. Kamu belum menepati janji kamu beberapa waktu lalu ingin mentraktir saya
eskrim. Kali ini janji itu harus terpenuhi ya, saya tidak mau tahu. Mau dompet
kamu setebal atau setipis apapun, kamu harus mentraktir saya paling tidak
eskrim (wah, pemaksaaan ini). I’m just
kidding girl. Yang penting kamu bahagia, dengan atau tanpa mentraktir saya
(sok rela tidak ditraktir).
Hey,
dari tadi saya belum menyanyikan lagu apapun untuk kamu ya? Hmm okelah coba
kita lihat lagu yang satu ini, mungkin bisa membuatmu merasa saya ada disamping
kamu hehe.
Hari ini
Hari yang kau tunggu
bertambah satu tahun, usiamu
Bahagialah kamu
bertambah satu tahun, usiamu
Bahagialah kamu
Yang kuberi
Bukan jam dan cincin
Bukan seikat bunga, atau puisi
Juga kalung hati
Bukan seikat bunga, atau puisi
Juga kalung hati
Maaf, bukannya pelit
Atau gak mau, modal sedikit
Yang aku ingin, beri padamu
Doa setulus hati
Atau gak mau, modal sedikit
Yang aku ingin, beri padamu
Doa setulus hati
Semoga Tuhan
Melindungi kamu
Serta tercapai
Semua angan dan cita-citamu
Mudah-mudahan
Diberi umur panjang
Sehat selama-lamanya
Melindungi kamu
Serta tercapai
Semua angan dan cita-citamu
Mudah-mudahan
Diberi umur panjang
Sehat selama-lamanya
Selamat ulang tahun . . .
(Jamrud – Selamat Ulang Tahun)
Bagaimana?
Ah sudah sudah jangan berkomentar. Saya tahu apa yang ada dipikiran kamu
sekarang. Cukup berkomentar tentang suara saya yang tiada duanya ini. Jelek-jelek
tanpa merdu sana sini seperti ini, oke lebih tepatnya suara cempreng yang cukup
sering menghiasi kamar kita dahulu, gini-gini kamu bertahan loh dengan segala
macam jenis suara yang pernah saya keluarkan kan. Saya tahu, sebenarnya kamu
cukup terkesan dengan suara unik cempreng saya ini. Saya tahu, kamu selalu
bahagia jika mendengar saya berteriak diasrama hingga membangunkan anak-anak
kucing yang kerap sekali bersembunyi dibalik tangga. Yah, apapun itu seperti
yang sebelumnya sudah saya katakan. Saya hanya ingin kamu bahagian teman. Jadi berbahagialah
ya.
Oke,
satu lagi lagu yang akan saya nyanyikan sebelum mengakhiri surat ini. Dengarkan
(baca : baca), dan resapi baik-baik, jangan sampai terluka akibat tergores
apapun.
bergegaslan
kawan tuk sambut masa depan
tetap berpegang tangan saling berpelukan
berikan senyuman tuk sebuah perpisahan
kenanglah sahabat kita untuk slamanya
satu alasan kenapa kau kurekam dalam memori
satu cerita teringat didalam hati
karena kau berharga dalam hidupku, teman
untuk satu pijakan menuju masa depan
tetap berpegang tangan saling berpelukan
berikan senyuman tuk sebuah perpisahan
kenanglah sahabat kita untuk slamanya
satu alasan kenapa kau kurekam dalam memori
satu cerita teringat didalam hati
karena kau berharga dalam hidupku, teman
untuk satu pijakan menuju masa depan
(Bondan – Kita Selamanya)
Happy birthday
lina. Semoga semua harapan dan doa kamu
terkabul ya. Jaga diri baik-baik. Tetaplah tersenyum seperti saya mengenal
senyum kamu dahulu. I will be side you
when you need me, insyaAllah.
Sahabatmu,
yang sedang galau dihari ulang tahunmu. Ia hanya ingin melihatmu bahagia. Ia merindukanmu
seperti dahulu.
No comments:
Post a Comment