Ketika
kau mengharapkan sesuatu, lantas sesuatu itu tak kunjung datang memenuhi
harapanmu. Mungkin kau akan bersedih, pun menangis. Meskipun terlihat sedikit
kekanak kanakan. Tetapi siapa yang tahu dalamnya perasaan manusia selain Tuhan.
Ku pikir, seorang ahli psikolog pun takkan mampu mengetahui kedalaman perasaan
yang kita miliki. Seorang alhi matematika pun takkan mampu membuat rumus untuk
mengukur sebanyak apa perasaan yang kita miliki.
Ini perjuangan
hidup. Aku melaluinya, kamu pun melaluinya.
Sama
seperti cinta. Ketika kau merasa dikecewakan, kau tetap akan memaafkannya. Meski
kembali dikecewakan, pada akhirnya maafmu juga akan ada untuknya. Dikecewakan juga
memaafkan. Hal yang lumrah terjadi. Kamu sering di kecewakan, kamu juga sering
memaafkan. Bukankah begitu kehidupanmu? Hingga suatu hari, kau tersadar. Hidupmu
selama ini hanya untuk melakukan hal hal tersebut, tanpa pernah berpikir untuk
menuntut sebaliknya, seperti mengecewakan dan dimaafkan.
Terkadang
rasa lelah dan putus asa itu hadir dalam hidup kamu. Kamu hanya perlu
memperjuangkannya, tanpa berpikir ataupun bertindak menghentikan semuanya. Karena
kau tau, semuanya akan tetap baik baik saja. Seperti itukan.
Jangan pernah
mengesampingkan perasaan mu.
Aku sering
bertanya tanya. Kenapa orang orang lebih mementingkan perasaan dari pada materi
ataupun sebuah label. Aku pernah membaca sebuah cerita yang menceritakan kisah
seorang wanita dan lelaki yang pada akhirnya menikah menjalani kehidupan baru
setelah begitu banyak rintangan hidup yang mereka lalui bersama. Intinya, mereka
benar benar memperdulikan perasaan, tidak pernah menyentuh materi dan label
untuk tujuan hidup mereka. Yang mereka pikirkan hanyalah perasaan. “aku begitu
peduli pada perasaanku, kenapa? Karena jika tidak aku akan hancur kelak.” Kata salah
satu dari mereka.
Jadi
aku mengambil sebuah kesimpulan, bahwa perasaan memang harus di nomor satukan,
begitu. Seperti kebanyakan cerita cerita lainnya. Umumnya mereka mereka memilih
hidup dengan orang yang di cintainya meskipun tanpa materi. Dari pada lelah
memperjuangkan hidup dengan orang yang tidak di cintai meskipun materi
bergelimpahan.
Lagi lagi lelah. Apakah kamu lelah mencintaiku? Begitu klise ya?
Aku seperti
lupa bagaimana caranya tertawa saat ini. Yang aku ingat, aku hanya bisa menatap
kosong kesegala arah. Aku benar benar lupa bagaimana caranya tertawa, tertawa
seperti yang pernah kamu ajarkan. ‘tertawa
itu yang manis, seperti ini.’ suaramu terdengar begitu bahagia dan penuh
keyakinan sambil menunjukkan cara mu tertawa padaku. Aku hanya tersenyum tipis
saat itu, kemudian mulai mempraktekkan tawa mu.
#
hanya ada dalam khayalku
*fokus
Aku ingat,
dulu kamu pernah bilang bahwa kamu ingin pergi ke Negara bagian utara di atas
sana, yaitu paris. Entahlah yang aku tau saat itu kau begitu tergila gila ingin
mengunjungi tempat tersebut, ‘menara eiffel’ itu yang selalu kau sebutkan. Hampir
setiap hari aku mendengar keinginanmu. Sepertinya kau benar benar ingin pergi
kesana. Aku pernah liat sih di tv dan di buku buku. Menara Eiffel adalah salah
satu keajaiban dunia. Hebat. Begitu banyak orang kagum padanya, termasuk kamu. Dari
film film yang pernah ku tontoni, menara Eiffel adalah salah satu tempat paling
romantis di dunia. Mungkin karena gaya arsitekturnya atau entahlah. Aku tidak
pandai menilai sebuah bangunan. Tetapi setelah mendengar keinginanmu yang
teramat luar biasa itu, aku jadi tertarik dengan menara Eiffel dan tiba tiba
impian ku untuk pergi ke prancis mengunjungi menara Eiffel mengarungi samudra
alam mimpiku, sama seperti mu. Sekarang kita berdua sama sama mempunyai mimpi
yang sama. Yang aku pikirkan saat itu hanyalah bahwa suatu saat nanti aku bisa
pergi ke tempat impian kita berdua bersama.
Waktu
mengejar impian itu hampir tiba. Aku begitu bahagia. Tetapi,
Tiba
tiba saja kau datang menghampiriku, mengatakan bahwa kamu tidak jadi pergi ke
perancis untuk mengunjungi tempat idamanmu. ‘Aku
berubah pikiran, aku tidak bisa ke perancis melihat menara Eiffel bersama mu. Aku
punya tujuan lain sekarang. Aku ingin pergi ke Australia. Aku tiba tiba
tertarik dengan pegunungan yang begitu terkenal disana. Alpen. Gunung yang
tertutupi oleh salju, begitu menantang. Aku jadi ingin berpetualangan disana. Aku
juga ingin melihat kanguru, katanya disana terkenal dengan Negara kanguru. Aku
jadi tertarik.’
Aku hanya
terdiam dan menatapmu kosong. Ada tatapan kebahagiaan di sudut matamu di sana
saat mengucapkan itu pada ku. Jujur saja, aku lupa ekspresi apa yang aku
tunjukkan saat itu ketika mendengar berita buruk itu. Tentu saja itu buruk bagi
ku, sangat buruk malah. Ku harap aku tidak bersikap seperti orang bodoh. Itu saja.
Aku mencoba
tersenyum. ‘tetapi, bukankah kamu sangat
menginginkan perancis, kota paris, menara eiffel?’ tanya ku sambil sedikit
menyelidiki dari setiap ucapanmu.
‘Ya, dulu. Sekarang entahlah. Tiba tiba
aku berubah pikiran’ katamu begitu tenang.
Aku harap
aku benar benar menunjukkan ekspresi biasa saja, atau sedikit berbahagia
mungkin. Ku harap. Sejak kapan ia tidak mencintai menara Eiffel yang begitu
didambakannya itu? Gunung alpen? Bukankah ia tidak suka berpetualangan, lantas
kenapa tiba tiba menyukai pegunungan alpen yang begitu menantang dan coba
berpetualang? Sejak kapan juga ia suka kanguru? Ia tidak pernah suka binatang. Aku
tahu itu. Tetapi tidak membencinya juga. Hanya biasa saja. Aku terus bertanya
tanya dalam diriku sendiri tanpa mengeluarkan sepatah ucapanpun padanya apa
yang ku pikirkan. Ini benar benar konyol.
‘jadi, aku akan pergi ke perancis
melihat menara Eiffel sendiri?’ tanya ku ragu ragu dalam
kebisuan sejak tadi. Ku harap ia akan menjawab bahwa ia dapat menemaniku.
‘ya, maafkan aku. Tetapi aku benar benar
tidak bisa pergi kesana bersamamu.’ Jawabnya datar sambil
memasang ekspresi sedih, mungkin.
‘baiklah.’ Tidak
ada komentar apapun lagi. ‘bukankah dulu kita pernah berjanji untuk mengunjungi
menara eiffel bersama sama. Itu mimpi kitakan’ kataku pada diri sendiri dalam
bisu, benar benar bodoh. Beribu pertanyaan mengobrak abrik isi otakku. Kacau.
Dan disinilah
aku sekarang, seorang diri. Aku seperti merasa kehilanganmu. Apakah kau sudah
menemukan impianmu yang mulai terwujud? Jika kau bertanya pada ku, tentu saja
jawabanku “tidak”. impianku mengunjungi kota paris ini melihat menara Eiffel adalah
bersamamu. Lantas, sekarang aku berada disini seorang diri tanpa mu. Sama sekali
tidak terwujud. Betapa kasiannya kamu.
Seperti
di kecewakan ya? Bukan meminta pertanggung jawaban atas janji dan harapan yang dulu pernah ada. Hanya saja, mungkin ini pelajaran. Pelajaran buat aku, kamu,
kita sama sama.
‘jangan memberi sebuah kepastian tanpa ada sebuah kepastian’
Hidup
selalu seperti ini, ada janji ada ingkar. Ada kepastian dan ada ketidakpastian.
Cobalah belajar dari itu semua.
#calmdown
No comments:
Post a Comment