Cinta
selalu kembali ketika kau menunggunya
Ada
saat dalam hidup ini ketika kau harus memilih. Seperti kamu, mungkin memilih
untuk pergi.
Ada
saat pula dalam hidup ini ketika kau terpaksa harus memilih. Seperti kamu,
mungkin terpaksa memilih untuk pergi.
Elegi hidup, elegi cinta.
Ada
saat memang dimana kamu harus dengan tabah meninggalkan apa yang seharusnya
mendampingimu. Seperti langit, yang dengan tabah membiarkan sang bulan pergi
ketika pagi mulai beranjak. Kenapa? Karena rasanya bulan memang harus pergi
untuk sementara waktu. Itulah yang langit yakini. Toh, bukankah ketika malam
kembali bulan juga akan ikut mendampingi langit kembali?
Hai,
aku sudah melewati begitu banyak proses kesendirian. Aku benar benar bingung.
Mulai dari sama sekali tidak membuka diri sampai benar benar terlalu membuka
diri hingga sedikit over. Itu sedikit keterlaluan memang, tapi aku sudah
menjalaninya dan sekarang aku mulai terbiasa. Jangan memandangku dengan sebelah
mata, tolonglah. Aku hanya ingin menjadi diriku yang sendiri. Yang bisa ku
control apa pun mau ku tanpa harus berlebihan. Percayalah, aku benar benar
sudah melewati masa kritis itu sekarang.
Mungkin.
Sampai
saat ini aku masih sering memutar lagu ‘mikha – love of my life’ salah satu
finalis x-factor Indonesia. Salah satu temanku begitu tergila gila pada mikha,
entahlah kenapa. Yang aku tau, aku hanya suka lagunya. Aku bukanlah tipe yang
penggemar crazy seperti itu. Percayalah. Oke fokus kembali.
Lagu
tersebut hanya begitu menyentuh saja. Tidak. sama sekali bukan hanya sekedar
menyentuh. Tetapi aku menilainya lebih dari itu. Liriknya cukup membuatku
terdiam seribu bahasa tanpa berkata kata hingga benar benar memahami setiap
katanya. Pun juga nada nya mungkin. Mellow, begitu cocok. Apalagi iringan piano
yang begitu kental di awalnya hingga berdurasi sekitar setengah menit. Begitu
membuatku benar benar memahami lagu tersebut.
Aku
mulai sedikit ragu pada diriku sendiri. Benarkah aku sudah melewati masa kritis
itu? Kritis? Bukan kritis yang seperti kejadian tabrak ataupun bencana. Ya
barangkali memang bencana, bencana hati.
Aku
terlalu sering menipu diri ku sendiri. Mengatakan bahwa aku baik baik saja, agar tampak terlihat tegar. Wanita yang tegar. Itulah yang selama
ini sedang aku pelajari. Aku selalu berusaha meyakini semua orang bahwa aku
baik baik saja, ya karena aku memang baik baik saja tentu. Bukankah kalian bisa
menilainya sendiri?
Oke,
sudah cukup. Aku tidak bisa menipu diriku sendiri lagi saat ini. Aku sedang tidak baik baik saja. Bisakah
kau mengertinya? Apakah dengan aku berkata jujur pada diriku sendiri, kamu, dan
orang lain, lantas beribu ribu kalimat ‘sabar, tabah, semangat dan lain
lainnya’ akan segera menyerbu telinga ku? Aku tidak perlu dikasihani! Sama
sekali tidak. Aku memang sedang tidak baik baik saja, lantas kenapa? Kau ingin
mengasihani ku? Tidak perlu. Aku sudah terbiasa menjalaninya. Tidak ada yang
perlu di kasihani. Aku cukup mandiri saat ini. Bukankah sudah ku katakan bahwa
aku sudah melewati masa masa kritis itu?
Maafkan
aku jika berkata kasar seperti ini mungkin. Ini hanya efek dari beberapa waktu
silam. Percayalah, aku tetap menjadi aku, aku yang dulu. Tidak ada yang
berubah.
Lagi,
aku tidak perlu berbohong pada diriku sendiri. Kalau pun aku berubah, aku hanya
berubah menjadi sosok diriku yang sedikit lebih baru karena tahun kini telah
berganti. Mungkin sifat kekanak kanakan ku juga sedikit terusir dengan
sendirinya selama melalui masa kritis ini. Aku hanya tidak ingin berubah.
Tetapi waktu selalu berubah. Bagaimana aku bisa bertahan dalam keadaan waktu
yang dulu jika waktu itu kini tidak mendampingiku lagi?
Try
to be better
Bukankah
semua orang mencoba untuk selalu lebih baik? Begitu pun aku.
Masih
terkenang begitu jelas dalam ingatan kecilku yang paling dalam. Setelah sebulan
lamanya, aku hanya bisa sedikit membuka kenangan itu. Melihat memori memori
yang tertulis, yang terekam dalam video, yang terjadi dan teringat. Begitu, apa
ya? aku bingung harus menggunakan kata apa yang lebih tepat. Ini tentang secuil
kenangan yang terbuka begitu saja. Karena didalamnya masih terlalu banyak
kenangan yang masih tersimpan rapi, tidak ternoda sedikitpun.
Dari
tadi aku masih mengulang ngulang lagu ‘mikha – love of my life’ tersebut.
Mungkin sebaiknya aku menggantinya saja.
This is not a good time to deny,
but to accept.
Menerima
adalah yang terbaik. Itu yang mungkin saat ini akan ku pelajari. Menerima dan
mencoba menerima. Ya itu akan membuat ku lebih baik mungkin. Akan membuat ku
kembali baik baik saja. Setelah sebulan lamanya benar benar aku lewati.
No one wrong. Just love me like
yesterday you did it.
Percaya?
Aku masih menunggumu pulang. Agar kita bisa membuat cerita yang lebih indah.
Seperti yang dulu pernah kita impikan bersama. Ku harap kau tidak melupakannya
begitu saja. Itu teramat berarti bagiku. Aku tahu kau pasti akan mengerti.
Aku
hanya perlu belajar tentang waktu, begitupun kamu. Ku harap kita sama sama bisa
mengerti.
Take
me with you, I will never let you down. I
will love you now and forever.
Tidak
perlu membohongi diri sendiri lagi. Ku pikir aku hanya cukup berkata jujur
saja, itu akan menambah prioritas kepercayaan diriku pada diri sendiri.
Bukankah percaya diri itu cukup penting? Jadi ya jangan menipu nipu diri
sendiri agar terlihat tegar. Dunia bisa saja kau bahongi, tetapi bagaimana
dengan dirimu sendiri? Itu akan menambah luka baru yang semakin dalam yang lama
lama akan membusuk. Tidak ada yang perlu dibohongi pada dirimu sendiri. Ingin
terlihat menjadi wanita yang tegar? Belajarlah. Bukah sok sok-an menjadi wanita
yang tegar, jujur saja itu malah terlihat membuat dirimu semakin menjadi wanita
yang bodoh.
Cintakan
membawamu kembali disini
Menuai
rindu membasuh perih
Bawa
serta dirimu
Dirimu
yang dulu
Mencintaiku
apa adanya
~cintakan
membawamu kembali~
No comments:
Post a Comment