Monday, September 9, 2013

Sebulan Setelah Kepergianmu


Cinta selalu kembali ketika kau menunggunya

Ada saat dalam hidup ini ketika kau harus memilih. Seperti kamu, mungkin memilih untuk pergi.
Ada saat pula dalam hidup ini ketika kau terpaksa harus memilih. Seperti kamu, mungkin terpaksa memilih untuk pergi.

Elegi hidup, elegi cinta.
Ada saat memang dimana kamu harus dengan tabah meninggalkan apa yang seharusnya mendampingimu. Seperti langit, yang dengan tabah membiarkan sang bulan pergi ketika pagi mulai beranjak. Kenapa? Karena rasanya bulan memang harus pergi untuk sementara waktu. Itulah yang langit yakini. Toh, bukankah ketika malam kembali bulan juga akan ikut mendampingi langit kembali?

Hai, aku sudah melewati begitu banyak proses kesendirian. Aku benar benar bingung. Mulai dari sama sekali tidak membuka diri sampai benar benar terlalu membuka diri hingga sedikit over. Itu sedikit keterlaluan memang, tapi aku sudah menjalaninya dan sekarang aku mulai terbiasa. Jangan memandangku dengan sebelah mata, tolonglah. Aku hanya ingin menjadi diriku yang sendiri. Yang bisa ku control apa pun mau ku tanpa harus berlebihan. Percayalah, aku benar benar sudah melewati masa kritis itu sekarang.

Mungkin.

Sampai saat ini aku masih sering memutar lagu ‘mikha – love of my life’ salah satu finalis x-factor Indonesia. Salah satu temanku begitu tergila gila pada mikha, entahlah kenapa. Yang aku tau, aku hanya suka lagunya. Aku bukanlah tipe yang penggemar crazy seperti itu. Percayalah. Oke fokus kembali.

Lagu tersebut hanya begitu menyentuh saja. Tidak. sama sekali bukan hanya sekedar menyentuh. Tetapi aku menilainya lebih dari itu. Liriknya cukup membuatku terdiam seribu bahasa tanpa berkata kata hingga benar benar memahami setiap katanya. Pun juga nada nya mungkin. Mellow, begitu cocok. Apalagi iringan piano yang begitu kental di awalnya hingga berdurasi sekitar setengah menit. Begitu membuatku benar benar memahami lagu tersebut.

Aku mulai sedikit ragu pada diriku sendiri. Benarkah aku sudah melewati masa kritis itu? Kritis? Bukan kritis yang seperti kejadian tabrak ataupun bencana. Ya barangkali memang bencana, bencana hati.

Aku terlalu sering menipu diri ku sendiri. Mengatakan bahwa aku baik baik saja, agar tampak terlihat tegar. Wanita yang tegar. Itulah yang selama ini sedang aku pelajari. Aku selalu berusaha meyakini semua orang bahwa aku baik baik saja, ya karena aku memang baik baik saja tentu. Bukankah kalian bisa menilainya sendiri?

Oke, sudah cukup. Aku tidak bisa menipu diriku sendiri lagi saat ini. Aku sedang tidak baik baik saja. Bisakah kau mengertinya? Apakah dengan aku berkata jujur pada diriku sendiri, kamu, dan orang lain, lantas beribu ribu kalimat ‘sabar, tabah, semangat dan lain lainnya’ akan segera menyerbu telinga ku? Aku tidak perlu dikasihani! Sama sekali tidak. Aku memang sedang tidak baik baik saja, lantas kenapa? Kau ingin mengasihani ku? Tidak perlu. Aku sudah terbiasa menjalaninya. Tidak ada yang perlu di kasihani. Aku cukup mandiri saat ini. Bukankah sudah ku katakan bahwa aku sudah melewati masa masa kritis itu?

Maafkan aku jika berkata kasar seperti ini mungkin. Ini hanya efek dari beberapa waktu silam. Percayalah, aku tetap menjadi aku, aku yang dulu. Tidak ada yang berubah.

Lagi, aku tidak perlu berbohong pada diriku sendiri. Kalau pun aku berubah, aku hanya berubah menjadi sosok diriku yang sedikit lebih baru karena tahun kini telah berganti. Mungkin sifat kekanak kanakan ku juga sedikit terusir dengan sendirinya selama melalui masa kritis ini. Aku hanya tidak ingin berubah. Tetapi waktu selalu berubah. Bagaimana aku bisa bertahan dalam keadaan waktu yang dulu jika waktu itu kini tidak mendampingiku lagi?

Try to be better

Bukankah semua orang mencoba untuk selalu lebih baik? Begitu pun aku.

Masih terkenang begitu jelas dalam ingatan kecilku yang paling dalam. Setelah sebulan lamanya, aku hanya bisa sedikit membuka kenangan itu. Melihat memori memori yang tertulis, yang terekam dalam video, yang terjadi dan teringat. Begitu, apa ya? aku bingung harus menggunakan kata apa yang lebih tepat. Ini tentang secuil kenangan yang terbuka begitu saja. Karena didalamnya masih terlalu banyak kenangan yang masih tersimpan rapi, tidak ternoda sedikitpun.

Dari tadi aku masih mengulang ngulang lagu ‘mikha – love of my life’ tersebut. Mungkin sebaiknya aku menggantinya saja.


This is not a good time to deny, but to accept.

Menerima adalah yang terbaik. Itu yang mungkin saat ini akan ku pelajari. Menerima dan mencoba menerima. Ya itu akan membuat ku lebih baik mungkin. Akan membuat ku kembali baik baik saja. Setelah sebulan lamanya benar benar aku lewati.

No one wrong. Just love me like yesterday you did it.

Percaya? Aku masih menunggumu pulang. Agar kita bisa membuat cerita yang lebih indah. Seperti yang dulu pernah kita impikan bersama. Ku harap kau tidak melupakannya begitu saja. Itu teramat berarti bagiku. Aku tahu kau pasti akan mengerti.

Aku hanya perlu belajar tentang waktu, begitupun kamu. Ku harap kita sama sama bisa mengerti.

Take me with you, I will never let you down. I  will love you now and forever.

Tidak perlu membohongi diri sendiri lagi. Ku pikir aku hanya cukup berkata jujur saja, itu akan menambah prioritas kepercayaan diriku pada diri sendiri. Bukankah percaya diri itu cukup penting? Jadi ya jangan menipu nipu diri sendiri agar terlihat tegar. Dunia bisa saja kau bahongi, tetapi bagaimana dengan dirimu sendiri? Itu akan menambah luka baru yang semakin dalam yang lama lama akan membusuk. Tidak ada yang perlu dibohongi pada dirimu sendiri. Ingin terlihat menjadi wanita yang tegar? Belajarlah. Bukah sok sok-an menjadi wanita yang tegar, jujur saja itu malah terlihat membuat dirimu semakin menjadi wanita yang bodoh.


Cintakan membawamu kembali disini
Menuai rindu membasuh perih
Bawa serta dirimu
Dirimu yang dulu
Mencintaiku apa adanya
~cintakan membawamu kembali~

No comments:

Post a Comment