Friday, September 6, 2013

Berhentilah Mengeluh



Inilah manusia
Inilah aku.
Selalu mengeluh. Kasian kamu.

Hampir setiap pagi aku mendengar kicauan burung. Mungkin lebih tepatnya memang setiap pagi. Mereka selalu bersemangat mengumandangkan alunan nyaring khasnya. Tidak pernah mengeluh seperti ku. Kata teman ku, mereka sedang bernyanyi. Untuk apa tanya ku? Mungkin karena mereka hidup untuk bernyanyi dipagi hari, seperti ayam yang berkokok di pagi buta membangunkan manusia katanya.

Aku pun mengambil kesimpulan bahwa burung hidup untuk bernyanyi, benarkah mereka bernyanyi? Apakah mereka selalu berlatih seperti para penyanyi agar bisa bernyanyi. Do re mi fa so la si. Seperti itu? Ku pikir tidak. Mungkin kata lain yang lebih tepat dari bernyanyi adalah, apa ya? Aku sedang memikirkannya.

Menangis? Tidak tidak. Tidak mungkin mereka menangis setiap pagi dengan suara nyaring seperti itu. Meskipun aku kerap sekali mendengan suara orang menangis dengan nyaring. Baiklah, fokus.

Aku masih memikirkannya. Belum mendapatkan kata yang sesuai.

Ok, mungkin ini lebih baik. Bagaimana kalau aku berpendapat bahwa burung burung tersebut sedang mengajak semua yang mendengarnya untuk berceria di pagi hari dengan mengeluarkan suara suara nyaring nan merdu seperti bernyanyi. Lebih baikkah itu?

Intinya, setidaknya burung burung itu sedang bersenang senang bukan. Mungkin mereka menampakkan wujud yang selalu tampak bahagia, meskipun kerap kali melihat teman teman atau bahkan keluarga mereka di tembak oleh tangan tangan manusia yang tidak bertanggung jawab, yang selalu memikirkan ego diri sendiri dan kesenangan hidup semata wayang. Tetapi mereka selalu tampak bahagia.

Aku pun tidak pernah mendengar mereka mengeluh tentang hidup. Seperti, “kenapa aku di ciptakan menjadi seekor burung? Yang nasib ku selalu buruk. Jika tidak di tembak, di kurung dalam sangkar yang begitu sempit, membuat sayap sayap ku seperti mati.” hai, aku tidak pernah mendengar burung mengeluh seperti itu.

Yang ku dengar selalu isakkan manusia yang selalu mengeluh, isakkan ku sendiri. Kapan aku berhenti mengeluh?

“Tidak ada yang harus dikeluhin jika kamu sanggup melewatinya”

Aku masih memainkan jari jari di tombol tombol ini. Sambil memutarkan lagu. John Lennon – Imagine. Tidak jauh berbeda dengan kehidupan memang. Tentang perjuangan orang orang untuk tetap hidup. Akhir dari tujuan hidup itu sendiri di dunia. Itulah yang kerap kali di lupakan oleh manusia, aku sendiri. Bagaimana dengan burung? Sudahkan mereka mencapai sesuatu yang di impikannya? Mungkin seperti hidup bebas bukan terkurung dalam sangkar. Sehingga sayap sayap mereka masih terus bergerak dengan leluasa.

Aku sedang memikirkan keluhan keluhan ku sendiri. Kapan keluhan ini berakhir?

Setidaknya aku punya impian seperti burung, tidak hidup dalam sangkar. Bedanya adalah, bukan sangkar ataupun alam bebas yang aku inginkan. Aku hanya ingin di mengerti.

Pantaskah aku mengeluh bahwa aku ingin di mengerti? Pun untuk mengerti orang lain saja aku sulit. Aku yang sulit mengerti mereka, atau mereka yang terlalu menutup diri agar aku bisa mengertikan mereka? Masih pantaskah mereka untuk aku mengertikan? Atau,masih pantaskah aku untuk dimengertikan oleh mereka?

Kapan aku berhenti mengeluh?
Ayolah. Nikmatilah hidup ini apa adanya, jangan terlalu banyak mengeluh.

No comments:

Post a Comment