Inilah manusia
Inilah aku.
Selalu mengeluh. Kasian kamu.
Hampir
setiap pagi aku mendengar kicauan burung. Mungkin lebih tepatnya memang setiap
pagi. Mereka selalu bersemangat mengumandangkan alunan nyaring khasnya. Tidak pernah
mengeluh seperti ku. Kata teman ku, mereka sedang bernyanyi. Untuk apa tanya
ku? Mungkin karena mereka hidup untuk bernyanyi dipagi hari, seperti ayam yang
berkokok di pagi buta membangunkan manusia katanya.
Aku
pun mengambil kesimpulan bahwa burung hidup untuk bernyanyi, benarkah mereka
bernyanyi? Apakah mereka selalu berlatih seperti para penyanyi agar bisa
bernyanyi. Do re mi fa so la si. Seperti itu? Ku pikir tidak. Mungkin kata lain
yang lebih tepat dari bernyanyi adalah, apa ya? Aku sedang memikirkannya.
Menangis?
Tidak tidak. Tidak mungkin mereka menangis setiap pagi dengan suara nyaring
seperti itu. Meskipun aku kerap sekali mendengan suara orang menangis dengan
nyaring. Baiklah, fokus.
Aku
masih memikirkannya. Belum mendapatkan kata yang sesuai.
Ok,
mungkin ini lebih baik. Bagaimana kalau aku berpendapat bahwa burung burung
tersebut sedang mengajak semua yang mendengarnya untuk berceria di pagi hari
dengan mengeluarkan suara suara nyaring nan merdu seperti bernyanyi. Lebih baikkah
itu?
Intinya,
setidaknya burung burung itu sedang bersenang senang bukan. Mungkin mereka
menampakkan wujud yang selalu tampak bahagia, meskipun kerap kali melihat teman
teman atau bahkan keluarga mereka di tembak oleh tangan tangan manusia yang
tidak bertanggung jawab, yang selalu memikirkan ego diri sendiri dan kesenangan
hidup semata wayang. Tetapi mereka selalu tampak bahagia.
Aku
pun tidak pernah mendengar mereka mengeluh tentang hidup. Seperti, “kenapa aku
di ciptakan menjadi seekor burung? Yang nasib ku selalu buruk. Jika tidak di
tembak, di kurung dalam sangkar yang begitu sempit, membuat sayap sayap ku
seperti mati.” hai, aku tidak pernah mendengar burung mengeluh seperti itu.
Yang
ku dengar selalu isakkan manusia yang selalu mengeluh, isakkan ku sendiri.
Kapan aku berhenti mengeluh?
“Tidak ada yang harus dikeluhin
jika kamu sanggup melewatinya”
Aku
masih memainkan jari jari di tombol tombol ini. Sambil memutarkan lagu. John Lennon
– Imagine. Tidak jauh berbeda dengan kehidupan memang. Tentang perjuangan orang
orang untuk tetap hidup. Akhir dari tujuan hidup itu sendiri di dunia. Itulah
yang kerap kali di lupakan oleh manusia, aku sendiri. Bagaimana dengan burung?
Sudahkan mereka mencapai sesuatu yang di impikannya? Mungkin seperti hidup
bebas bukan terkurung dalam sangkar. Sehingga sayap sayap mereka masih terus
bergerak dengan leluasa.
Aku
sedang memikirkan keluhan keluhan ku sendiri. Kapan keluhan ini berakhir?
Setidaknya
aku punya impian seperti burung, tidak hidup dalam sangkar. Bedanya adalah,
bukan sangkar ataupun alam bebas yang aku inginkan. Aku hanya ingin di
mengerti.
Pantaskah
aku mengeluh bahwa aku ingin di mengerti? Pun untuk mengerti orang lain saja
aku sulit. Aku yang sulit mengerti mereka, atau mereka yang terlalu menutup
diri agar aku bisa mengertikan mereka? Masih pantaskah mereka untuk aku
mengertikan? Atau,masih pantaskah aku untuk dimengertikan oleh mereka?
Kapan aku
berhenti mengeluh?
Ayolah. Nikmatilah
hidup ini apa adanya, jangan terlalu banyak mengeluh.
No comments:
Post a Comment