Saturday, September 7, 2013

Tidak Ada Cinta Yang Salah


“Coba liat langit diatas sana. Bulan sedang tersenyum padaku”
Kata mu dengan seraut wajah bahagia yang terlihat dari sedikit remang remang cahaya bulan. Itulah pertama kalinya aku mengagumi sosok dirimu. Bukan seorang puitis, hanya saja mencoba bergaul dengan kehidupan, apapun, siapapun, dimanapun. Itu penilaian ku pada mu.

Hingga saat ini, kata kata itu masih terkenang begitu jelas dalam ingatanku. Meskipun ingatanku dalam hafalan begitu buruk, ku akui. Tetapi kalimat kalimat yang pernah kau ucapkan tidak pernah terlupakan begitu saja seperti halnya aku menghafal pelajaran.

“Entah kenapa, dia begitu sering melihatku. Padahal aku kerap kali melupakannya di malam hari. Hari hari di waktu malam ku lebih banyak ku habiskan di kamar bersama lampu lampu. Padahal di luar sini ada cahaya bulan yang begitu indah. Yang selalu menatapku. Aku pikir selama ini dia menunggu ku keluar kamar untuk menatapnya juga. Hal yang selama ini ia lakukan untukku.”

Aku kembali terpana mendengar kata katanya. Entah kenapa aku seperti tersihir begitu saja. Untuk waktu yang lama aku tidak menatapnya. Seperti dia. Kami hanya menatap sang rembulan yang juga menatap kami. Bahkan aku bisa mendengar detak jantungnya yang begitu berirama pelan, benar benar sedang menikmati malam dengan cahaya bulan, pikirku.

“Coba kamu lihat, bulan sedang menatap kamu. Sepertinya ia begitu menyukai kamu.” Katanya beberapa menit kemudian membuat jantungku berhenti untuk beberapa saat.

“Iya, dia sedang menatap kita berdua. Sepertinya ia bahagia melihat kita juga menatapnya seperti ia menatap kita.” Kataku dengan seribu ketololan yang ku sadari akhirnya.

Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi antara kami.

Aku jatuh cinta padanya. Pada sang bulan yang terus menatapku. Meskipun pada akhirnya ia lelah, ia akan pergi. Tetapi aku tahu, ia akan kembali esok malam, kembali menantikan ku, menatapku.
Aku juga jatuh cinta pada dia. Dia yang sedang duduk tepat di sebelahku sambil menatap bulan yang sama. Meskipun ia juga sama seperti bulan. Pergi. Tetapi aku juga sama yakinnya seperti bulan, dia akan kembali, dan kami bisa menatap bulan bersama sama lagi.

Tidak pernah ada cinta yang salah, yang ada hanyalah orang yang salah dan waktu yang salah.

Aku tidak salah jika jatuh cinta padanya bukan. Aku bisa saja menyalahkan waktu malam yang membuat ku jatuh cinta padanya. Tetapi itu tidak akan berarti apa apa bagiku. Bahkan aku akan terlihat lebih bodoh jika menyalahkan sang malam.

Aku benar benar jatuh cinta padanya. Bukan karena bagaimana cara ia menatapku. Percayalah, ia tidak pernah benar benar menatapku. Hanya cahaya remang bulan yang benar benar dapat kami tatap. Bahkan aku sendiri pun sama, tidak pernah benar benar menatapnya. Entahlah bagaimana bentuk bola matanya, ia mempunyai warna lensa mata yang seperti apa. Percayalah, aku dan dia benar benar tidak pernah saling menatap satu sama lain.

Aku benar benar jatuh cinta padanya. Bukan karena ia selalu berkata layaknya seorang penyair. Bahkan aku pun sendiri tidak pernah berpikir bahwa ia seorang penyair meskipun setiap kata kata yang ia ucapkan seperti penyair penyair. Yang aku tahu, aku hanya jatuh cinta pada kalimat pertamanya yang mengatakan bahwa bulan sedang menatapnya. Entahlah, aku pikir itu hanya sebuah kalimat yang begitu simpel dan hanya terlontarkan begitu saja. Tetapi percayalah, kalimat itu yang membuat ku jatuh cinta padanya. Mungkin ia menyihir ku dengan kalimat itu.

Aku benar benar jatuh cinta padanya. Bukan karena ia yang pertama kali mengajakku menatap sang bulan dan berkata seperti itu padaku. Itu terlalu mudah saja. Tetapi karena ia adalah orang terakhir yang ku yakini, bisa berkata dengan begitu polosnya sehingga membuat ku jatuh cinta padanya sambil menatap bulan.

Aku benar benar jatuh cinta padanya.

Tidak ada yang salah bukan dengan cara ku jatuh cinta padanya. Bukankah cinta tidak pernah salah?


Jangan salah kan aku atau pun cinta, juga waktu. Jika memang aku jatuh cinta padamu. Tidak ada yang perlu disalahkan.

No comments:

Post a Comment