Ridho
kita ridhonya orang tua. Ridho orang tua ridhonya Tuhan.
Hidup
ini selalu penuh pertanyaan dan terselip pula jawabannya. Tugas kita menemukan
jawaban jawaban tersebut. Dimana?
Tidak
ada yang tahu. Kitalah yang akan menemukannya kelak. Tentu saja dengan ridho.
Ridho orang tua dan ridho Tuhan.
Hari
ini aku kembali di bukakan pikiran. Sebenarnya aku sudah pernah menyadarinya.
Namun kali ini kesadaran yang dulu pernah ada itu terbuka kembali.
Tepat
setelah salah satu teman ku bercerita tentang kisah hidupnya. Katanya itu salah
satu pengalaman hidupnya yang pahit, pun mungkin tidak terlupakan. Mungkin.
Inti
dari kisah hidupnya itu adalah, bahwa dia menginginkan sesuatu yang adalah
mimpinya, cita cita nya. Ia sudah berjuang keras, bahkan dalam waktu yang lama,
hanya untuk mengejar mimpinya yang akan tercapai. Namun, pada suatu titik
ternyata mimpinya harus berhenti. Tidak, bukan berhenti, namun terhenti!
Padahal
hanya tinggal menapakkan beberapa langkah kakinya saja untuk mencapai tempat
mimpinya itu. Tetapi dengan suara parau dan sedih ia mengatakan bahwa ia harus
berhenti menyusuri mimpinya itu. Tentu saja ada sedikit nada kecewa dalam
dirinya. Aku yakin. Meskipun ia tidak menampakkannya, tetapi aku bisa
membacanya. Kenapa? Karena aku pernah dan sudah berada di posisi seperti dia
sebelumnya. Berat. Pahit. Kecewa. Tentu saja semua perasaan bercampur aduk
dalam jiwaku. Itulah masa masa dimana aku benar benar berada di titik terendah,
meskipun butuh waktu lama agar aku bisa kembali di titik normal.
Waktu
dan proses.
Itulah
selalu yang ku butuhkan. Aku tidak pernah lupa pada 2 kata itu. Karena
merekalah yang sudah mengajarkanku banyak bagaimana cara bertahan hidup.
Bagaimana menghadapi situasi dan kondisi yang selalu membuatku terpuruk.
Meskipun prosesnya begitu membuat ku sakit dan terluka.
Okey
kembali lagi ke topik, tentang teman ku.
Aku
tahu bagaimana rasanya. Aku pernah mengalaminya kok. Hal semacam itu bukan cuma
kamu yang pernah merasakannya. Aku, orang orang sebelum kita tentu sudah lebih
dahulu mencicipinya. Kepahitan yang seperti saat ini sedang kau rasakan.
Aku
jadi ingat bahwa ‘ridho kita ridhonya orang tua, ridho orang tua ridhonya
Tuhan’. Itulah yang selalu terjadi pada kita semua. Kamu pernah bermimpi
mengejar cita cita mu bukan? Sama seperti ku. Bahkan aku teramat sangat ingin
meraih mimpi tersebut. Mungkin kamu juga. Dan problema kita cukup sama. Yaitu
ridho orang tua dan Tuhan. Kamu bilang bahwa orang tua kamu lebih senang yang
seperti sekarang, meskipun mereka tahu bahwa untuk meraih cita citamu itu hanya
tinggal menghitung berapa tapak langkah lagi yang harus kau tempuh. Tetapi
malah sebaliknya, orang tua kamu benar benar lebih menyukai seperti yang saat
ini.
Sama
seperti ku.
Tidak
mendapatkan ridho mereka.
Benarkah
orang tua kita dan Tuhan tidak memberikan ridho kepada kita untuk mengejar
impian dan cita cita kita itu?
Benarkah
kita tidak di takdirkan untuk meraih impian kita masing masing karena mereka
benar benar tidak meridhoi kita?
Itu
lah yang ku sebut tadi. Kita membutuhkan ridho orang tua, dan tentu saja ridho
Tuhan juga.
Kenapa?
Karena tanpa ridho dari mereka kita tidak akan mampu menjalaninya. Meskipun
kita berpikir bahwa kita akan menunjukan pada mereka, toh kita mampu mengejar
cita cita kita. Tetapi ku rasa itu percuma, karena suatu saat nanti kita akan
jatuh di titik terendah karena tidak mendapatkan ridho mereka. Itulah yang
selama ini ku pelajari.
Buat
kamu, aku tahu ini pahit. Seperti kata ku tadi. Kamu tidak sendiri. Aku pernah
mengalaminya, orang orang sebelum kita juga pernah mengalaminya. Aku dan mereka
sama sama mencoba mengikhlaskan. Karena pada akhirnya kamu pasti juga akan
mengerti bahwa ridho orang tua dan Tuhan lah yang terpenting. Kamu akan
mengerti teman.
Dulu
aku pernah bilang pada teman teman yang setia mendengarkan ku ketika aku benar
benar jatuh. Aku bilang pada mereka bahwa aku telah kehilangan sayap ku,
sayapku telah patah. Mimpi ku, harapanku, cita cita ku. Sama seperti mu. Mereka
harus berakhir. Namun, setelah melewati waktu dan proses aku sadar. Mungkin
sayapku bisa saja patah, tetapi bukan berarti aku tidak bisa memiliki sayap
yang baru bukan?
Sayapku
yang dulu indah, tetapi tidak menutupi kemungkinan bukan untuk ku memiliki
sayap yang lebih indah? Dan sekarang aku sedang berusaha menemukan sayap ku
yang baru itu, yang lebih indah. Mendapat ridho orang tua, tentu saja juga
ridho Tuhan. Kenapa? Karena aku selalu percaya. Tuhan selalu memberikan yang
terbaik kepada hamba hambanya. Meskipun yang terbaik itu terkadang buruk bagi
kita. Dengarlah. Tuhan telah menciptakan sesuatu yang lebih indah kepada kita
semua. Sesuatu yang belum pernah kita temui. Karena kelak kita akna menemuinya.
Percayalah pada Tuhan.
Jadi
teman, kamu jangan sedih. Setiap kita semua memiliki kesempatan untuk mempunyai
sayap yang indah. Mempunyai sayap yang bisa kita kepakkan suatu saat nanti. Aku
yakin, kamu pasti bisa menemukan sayap mu yang baru dengan ridho orang tua dan
Tuhan. Yakinlah pada dirimu sendiri. kamu hidup di dunia ini untuk
membahagiakan dirimu sendiri kelak, tentu saja juga membahagiakan orang orang
yang membuatmu bahagia. Percayalah pada Tuhan mu. Ia telah merencanakan takdir
yang indah untuk mu. Jangan menyerah ya teman.
Ps
:
Terimakasih
hari ini telah membukakan pikiran lama ku. Aku jadi kembali teringat bagaimana
masa masa sulit dahulu yang pernah ku lewati. Dan sekarang aku berhasil
melewatinya. Aku yakin kamu juga pasti bisa. Semangat ya teman. Hidup tidak
akan berakhir hanya karena mimpi mu tidak tercapai. Teruslah berjuang.
No comments:
Post a Comment