Tuesday, June 30, 2015

Yang Ku Rindu (Part 3)


Baca
Part 1

Tangan ku mengipas lembut wajah nenek yang berkeringat. Butir-butir keringatnya mengalir dari ubun-ubun rambut dan keningnya. Nenek bergumam, sangar-sangar ku dengar suara parau nenek menyebut namaku seperti ingin mengatakan sesuatu. Ku pegang sedikit erat jemari nenek, mengurut-ngurut tangannya yang sudah keriput. Ku ambil minyak kayu putih, kemudian menuangkannya pada pergelangan tangan nenek. Kembali ku urut perlahan tangan tua nenek yang sudah sulit digerakkan. Mata nenek tertutup, entah kenapa aku begitu sering melihat hidung serta dada nenek, sambil  bertanya dalam diam ku, apakah nenek masih bernafas? Aku hanya khawatir, keadaanya tidak baik sama sekali. Terlebih ketika dokter datang dan memeriksa keadaan nenek, ia mengatakan bahwa nenek memiliki sedikit penyakit jantung. Tentu saja aku terkejut, bagaimana tidak. Selama ini penyakit itu tidak pernah menyerang nenek. Aku tidak percaya.

Sore pun tiba. Aku pulang ke rumah untuk beres-beres, mandi, dan melakukan aktifitas lainnya. Mamak dan bapak juga pulang. Nenek tinggal dengan anaknya yang lain (kakak dari bapak). Sebelum pulang, aku menghampiri nenek, mencium jidadnya yang sudah kembali normal tanpa keringat yang mengalir seperti tadi. Ku tatap wajah nenek dalam-dalam. “Ani pulang dulu ya nek. Nenek cepat sembuh ya, nanti ani balik lagi.” Nenek tersenyum padaku. Matanya sudah bisa terbuka, keadaannya sudah lebih baik. Meskipun begitu, kami semua tetap khawatir. Jika tiba-tiba keadaan nenek kembali down.

Malam hari.
Mamak mendapat telpon dari salah satu saudara yang tak lain anak nenek sendiri. Wajahnya begitu pucat mendengar percakapan dari ujung penelpon sana. Aku dan Bapak ikut khawatir. Setelah pembicaraan singkat di telpon itu usai, mamak langsung membuka mulut. “Ganti baju sekarang, kita ke rumah nenek.” Mendengar hal tersebut, kekhawatiran ku mulai meningkat seiring detak nafasku yang tak lagi beraturan. Tanpa menunggu perintah untuk kedua kalinya aku langsung ke kamar mengganti pakaian, kemudian kami berangkat ke rumah nenek.

Kaki ku gemetar menaiki anak tangga rumah nenek. Harap-harap melihat nenek sedang duduk di tempat tidur sambil menonton atau melakukan aktifitas lainnya, dari pintu masuk yang bisa ku dengar hanyalah lantunan Surat Yaasin. Perasaanku langsung tidak enak, dan segera menghampiri nenek yang berbaring di tempat tidur. Wajahnya tidak pucat, tidak berkeringat juga. Tetapi lagi-lagi aku mengkhawatirkan hal yang sama. Ku lihat hembusan nafas nenek pada hidung. Tidak ada gerakan naik turun di sana. Ku amati dada nenek, berharap ada sedikit gerakan di sana. Tetapi hanya kediaman membisu yang menghiasi tubuh nenek. Mataku mulai sakit, lelah. Ku dekati tubuh nenek, ku cium keningnya. Sama sekali tidak ada gerakan apapun di sana. Mataku mulai menangis. Ku panggil nenek pelan, tapi kemudian air mataku kembali jatuh. Lantunan Surat Yaasin itu membuat mataku semakin basah. Nenek. Ia sudah tiada.


The End



#Fasting13

No comments:

Post a Comment