Hi
Ini penghujung Maret. Dan rasanya sudah lama sekali tidak memberi sentuhan di blog ini. How are you? Good? Or do you need more time?
Bicara soal waktu, 2
hari ini, saya mendengar cerita sedih dari 2 orang yang berbeda. Ditambah cuaca
yang mendung tak beraturan, suasana duka jadi terasa semakin lengkap. Bukan hanya
kali ini, saya menyadari bahwa disaat-saat tersulit, manusia butuh sebuah “tempat”.
Tempat yang membuat dirinya nyaman, aman, merasa diterima dan didengarkan.
Saya jadi teringat
sebuah pesan yang dikirimkan oleh seorang teman. “Pelatih tidak bermain”. And
I said, yes.
Bergerak dari
pengalaman-pengalaman mendengarkan, saya jadi terbiasa memberi solusi disetiap
cerita-cerita mereka, tanpa pernah mengalami hal yang serupa. Kenapa? Karena
ada banyak cerita manusia di dunia ini yang nyaris sama. Meskipun, tak dipungkiri
bahwa alasan dan solusi tersebut juga berasal dari pengalaman pribadi. Bukankah
kita hidup untuk berbagi pengalaman dan memberi pelajaran untuk orang lain? Rasanya
menyenangkan, ketika berhasil membantu mereka mengeluarkan unek-unek dan
segala keresahannya.
Ada sebuah quote
dari Film The Perfect Date yang masih menyentuh isi kepala dan menyegarkan ingatan
saya. “We are all just figuring it out as we go along. So, the best you can
do is reflect on who you were in the past and compare that to who you wanna be
in the future and you split the difference. That's who you are now.”
Karena beberapa
pengalaman pahit yang telah berlalu dikehidupan saya, rasanya sekarang jadi
lebih bersyukur. Saya jadi membandingkan diri sendiri di masa lalu dan masa
sekarang. Apa hal yang buruk yang sudah berhasil hilang di kehidupan saya, dan
apa hal baik yang berhasil membuat saya menjadi seperti hari ini. Benarkan?! Hal
terbaik dari membandingkan diri sendiri adalah dengan diri sendiri di masa lalu,
bukan dengan orang-orang sekitar, bukan teman kecil, tetangga, ataupun sahabat
terbaik sekalipun.
Jika diputar beberapa
tahun lalu, saya adalah teman yang buruk. Yang lebih sering mementingkan ego sendiri.
Karena pada waktunya, saya pernah merasa lelah dengan mendengarkan orang-orang.
Seakan-akan isi dunia hanya cerita-ceritanya. Bukankah kita juga memiliki
keinginan membangun cerita sendiri? Tanpa diintimidasi oleh pandangan-pandangan
orang?! Tetapi semakin ke sini, hal yang saya sadari adalah menjauh dari circle
yang membuat kita menjadi seorang teman yang buruk. Kita bisa kok, mengatur ego.
Mulai mendengarkan. Karena dari mendengar, justru ada banyak insight baru
untuk kehidupan kita sendiri. Jadi, setelah membandingkan diri sendiri saat
ini, saya merasa bersyukur telah mendengar banyak cerita, belajar lebih banyak
hal dari kemarin.
Seperti salah satu cerita dari 2
teman yang saya sebutkan di awal.
“Aku pulang naik ojek, duduk di belakang, nangis di dalam helm.” Ucapnya.
Saya terdiam. Lalu langsung menyodorkan sebuah pertanyaan.
“Hasil tes MBTI kamu apa?” secara random setelah ceritanya mencapai titik menuju ending.
“****” ucapnya.
“Really? Sama, aku juga. Pantes, aku langsung ngeuh dan nanyain ini ketika kamu bilang waktu pulang dan nangis dibalik helm. Dulu aku sering ngelakuin hal itu.”
Hasil MBTI kami adalah tipikal orang yang memiliki kecenderungan untuk menahan diri dari mengekspresikan emosi secara verbal, selain itu juga mampu memahami orang lain dan menjadi pendengar yang baik.
See, bahkan seorang pendengar juga butuh didengarkan.
Jadi, apa yang sudah
kamu bandingkan dengan dirimu di beberapa tahun lalu?
Ini penghujung Maret. Dan rasanya sudah lama sekali tidak memberi sentuhan di blog ini. How are you? Good? Or do you need more time?
“Aku pulang naik ojek, duduk di belakang, nangis di dalam helm.” Ucapnya.
Saya terdiam. Lalu langsung menyodorkan sebuah pertanyaan.
“Hasil tes MBTI kamu apa?” secara random setelah ceritanya mencapai titik menuju ending.
“****” ucapnya.
“Really? Sama, aku juga. Pantes, aku langsung ngeuh dan nanyain ini ketika kamu bilang waktu pulang dan nangis dibalik helm. Dulu aku sering ngelakuin hal itu.”
Hasil MBTI kami adalah tipikal orang yang memiliki kecenderungan untuk menahan diri dari mengekspresikan emosi secara verbal, selain itu juga mampu memahami orang lain dan menjadi pendengar yang baik.
See, bahkan seorang pendengar juga butuh didengarkan.
No comments:
Post a Comment