Hai.
Masih di penghujung Januari 2021. Tapi, rasanya saya baru saja melakukan sebuah kesalahan.
Berangkat dari tulisan beberapa waktu lalu, saya menuliskan harapan kecil saya, ingin memberi apresiasi untuk diri sendiri lebih baik di tahun ini. Ya, rasanya tidak ada yang salah sih, tapi hari ini saya merasa ‘salah’.
Begini.
Saya termasuk tipikal manusia yang jarang menolak kesempatan. Saya hampir tidak pernah mengatakan “Tidak” pada hal-hal yang menurut saya baik dan ada manfaatnya. Bahkan ketika ada 2 kesempatan baik di waktu yang sama, rasanya saya ingin menjadi amoeba, agar bisa membelah diri. Mungkin terdengar aneh, tapi itu yang saya rasakan. Apa yang ada di depan mata, apa yang saya anggap baik dan bermanfaat, pasti saya sikat. Bahkan dari sanalah saya belajar mengambil keputusan sendiri.
Kenapa?
Karena dengan memilih, artinya saya telah berani menerima resiko.
Ya, resiko. Saya jadi belajar bahwa disetiap saya memilih A, maka saya bisa saja kehilangan B, tapi mungkin saya bisa mendapatkan C atau D, atau bahkan saya bisa kehilangan semuanya. Saya jadi belajar bahwa ketika saya memilih A, B, dan C, maka saya harus lebih pintar memanajemen waktu. Bukan hanya itu, selain bisa mendapat banyak pengalaman, tentu ada banyak juga hal yang harus dikorbankan. Waktu misalnya.
Saya
ingat, semester sekian disaat kuliah, waktu itu pernah belajar Pengantar Ilmu
Ekonomi. Dan yang paling di ingat selain kurva demand dan supply,
adalah sebuah magic word, yaitu Opportunity Cost. Biaya peluang
atau kesempatan yang hilang sebagai pengorbanan atas pilihan lain. Kita merelakan
suatu kesempatan untuk kesempatan lainnya. Kenapa? Karena terbatas. Maka kita
perlu memilih dengan tepat dan bijak agar bisa meminimalisir resiko yang akan
terjadi.
And
it always happen.
Ada
yang harus kita korbankan. Waktu yang kita miliki setiap harinya sama, 24 jam.
Kalau biasanya punya waktu istirahat 8 jam sehari, dengan mengambil resiko
resiko itu (pilihan A,B dan C) maka kita harus mengorbankan waktu istirahat itu,
atau waktu waktu lainnya.
Itu
yang selalu saya lakukan, hampir tidak pernah mengatakan “Tidak”.
Tapi, makin kesini, saya justru belajar untuk berkata “Tidak”. Menurut saya, saya mulai berada di titik lelah. Dimana, rasanya menikmati waktu bergerak sambil beristirahat jauh lebih nikmat dari pada kejar-kejaran. Apa sih yang mau dicari? Saya justru belajar untuk menolak ‘kesempatan’ berbuat baik yang mendatangkan manfaat. Menurut saya, masa kejar-kejaran itu sudah tertinggal dibelakang. Kini saatnya fokus pada 1 atau 2 hal saja, yang benar-benar saya butuhkan. Masa pencarian itu sudah berakhir. Sudah selesai.
Sudah
selesai, saya pikir begitu.
Tapi,
tepat 1 hari sebelum tulisan ini saya tulis, saya baru saja menolak 2 kesempatan
baik yang bermanfaat. Lalu saat kesempatan ke 3 datang, saya jadi flashback.
Apa yang sudah saya lakukan? Apa yang sudah saya lewatkan? Jujur, saya jadi merasa
bersalah atas 2 kesempatan baik itu. Apa sih yang salah hingga saya berani mengatakan
“Tidak”? Waktu? Memang sepadat apa sih sampai tidak bisa berbuat baik lagi?
Memang sekurang itu jam tidur sampai menolak untuk mengerjakan sesuatu yang hanya
mengambil beberapa jam waktu istirahat?
Please,
open your eyes.
Apa adanya kamu hari ini, adalah kamu yang hampir tidak pernah mengatakan “Tidak”
di masa lalu, K!
Jika
saat menulis ini kamu merasa bersalah, wajar.
K,
do you remember this quote? Hurt Is Good.
“Buatlah kesalahan, belajarlah dari mereka. Dan saat hidup menyakitimu, karena itu pasti, ingatlah rasa sakitnya. Rasa sakit itu baik. Artinya kamu keluar dari gua itu”.
Sebuah quote di akhir film Stranger Things 3.
It’s
ok, K,
jika bahkan hari ini kamu masih melakukan kesalahan yang awalnya kamu anggap
benar. Intropeksi diri ya. Belajar tidak pernah cukup. Belajar lagi ya.
The
last,
sebelum tulisan ini berakhir, mungkin kamu perlu mendengar Fourtwnty - Kita Pasti Tua, agar tidak menyesal kemudian hari. You are still young. Explore
the world.
Masih di penghujung Januari 2021. Tapi, rasanya saya baru saja melakukan sebuah kesalahan.
Berangkat dari tulisan beberapa waktu lalu, saya menuliskan harapan kecil saya, ingin memberi apresiasi untuk diri sendiri lebih baik di tahun ini. Ya, rasanya tidak ada yang salah sih, tapi hari ini saya merasa ‘salah’.
Saya termasuk tipikal manusia yang jarang menolak kesempatan. Saya hampir tidak pernah mengatakan “Tidak” pada hal-hal yang menurut saya baik dan ada manfaatnya. Bahkan ketika ada 2 kesempatan baik di waktu yang sama, rasanya saya ingin menjadi amoeba, agar bisa membelah diri. Mungkin terdengar aneh, tapi itu yang saya rasakan. Apa yang ada di depan mata, apa yang saya anggap baik dan bermanfaat, pasti saya sikat. Bahkan dari sanalah saya belajar mengambil keputusan sendiri.
Ya, resiko. Saya jadi belajar bahwa disetiap saya memilih A, maka saya bisa saja kehilangan B, tapi mungkin saya bisa mendapatkan C atau D, atau bahkan saya bisa kehilangan semuanya. Saya jadi belajar bahwa ketika saya memilih A, B, dan C, maka saya harus lebih pintar memanajemen waktu. Bukan hanya itu, selain bisa mendapat banyak pengalaman, tentu ada banyak juga hal yang harus dikorbankan. Waktu misalnya.
Tapi, makin kesini, saya justru belajar untuk berkata “Tidak”. Menurut saya, saya mulai berada di titik lelah. Dimana, rasanya menikmati waktu bergerak sambil beristirahat jauh lebih nikmat dari pada kejar-kejaran. Apa sih yang mau dicari? Saya justru belajar untuk menolak ‘kesempatan’ berbuat baik yang mendatangkan manfaat. Menurut saya, masa kejar-kejaran itu sudah tertinggal dibelakang. Kini saatnya fokus pada 1 atau 2 hal saja, yang benar-benar saya butuhkan. Masa pencarian itu sudah berakhir. Sudah selesai.
“Buatlah kesalahan, belajarlah dari mereka. Dan saat hidup menyakitimu, karena itu pasti, ingatlah rasa sakitnya. Rasa sakit itu baik. Artinya kamu keluar dari gua itu”.
Sebuah quote di akhir film Stranger Things 3.
No comments:
Post a Comment