Tuesday, September 1, 2020

Jeda, Untuk Memaafkan

“Kalau kamu sedang terluka, istirahat dulu. Tidak baik terlalu memaksakan. Ambil jeda sejenak. Menjauh dari orang-orang sesaat. Nikmati kesendirian untuk beberapa waktu.” –K
 
Ada satu saat, dimana kita merasa perlu benar-benar menghirup oksigen dengan tenang, benar-benar tenang. Menikmati kebersamaan dengan diri sendiri. Akan ada satu saat dimana rasanya kita tidak ingin direpotkan dengan pertanyaan pertanyan rumit, dengan kerjaan kerjaan yang riweuh, bahkan dengan sebuah pertanyaan “apa kabar?”.
 
Mengambil jeda sejenak itu wajar. Sebab kelak, entah kapan, kita pasti akan kembali dan melebur bersama sibuknya waktu, dengan pekatnya pertanyaan-pertanyaan rumit. Jadi sebelum itu semua kembali hadir, nikmati “jeda” terlebih dahulu.
 
Oya, halo September.
Semoga ada banyak hal baik yang menghiasi lembar September ini.
 
Minggu lalu saya baru menamatkan sebuah buku, “Chicken Soup for the Soul”, yang berjudul “Kekuatan Memaafkan.”
 
Sedikit intermeso.
Jadi saat sekolah SMP dulu, beberapa hari sekali saya dan teman-teman paling senang mampir ke sebuah toko penyewaan buku dekat sekolah. Seperti thread yang pernah saya tulis di twitter 1-2 bulan lalu. Jaman sekolah dulu, ketimbang beli buku, saya lebih sering menyewa buku. Alasannya sederhana, tidak punya banyak uang untuk bisa beli buku. Jadi, sisa uang jajan hanya bisa digunakan untuk sewa buku. Nah, dan buku Chicken Soup adalah satu satu buku favorit saya waktu itu. Hampir semua edisi Chicken Soup yang ada di penyewaan buku tersebut pernah saya sewa. Dan paling favorit seingat saya adalah: Chicken Soup for The Teenage Soul dan Chicken Soup for the Pet Lover's Soul.
 
Nah, buat yang belum tau, Chicken Soup ini adalah sebuah buku yang mempunya 101 kisah kehidupan nyata. Semua kisah nyata itu adalah pengalaman langsung dari penulisnya. Cerita-cerita mereka terkesan biasa dan sederhana, namun begitu jujur. Sehingga setiap membaca cerita-cerita itu, saya merasa seperti berada dalam cerita mereka. Jika tema bukunya adalah “Teenage”, maka 101 kisah di dalam buku itu menceritakan tentang kehidupan remaja, dari berbagai sudut pandang. Jika temanya “Pet”, maka isinya adalah bagaimana hubungan manusia dan hewan peliharaannya. Saya ingat, ada beberapa cerita dalam buku Chicken Soup for the Pet Lover's Soul yang membuat saya menangis 11- 12 tahun lalu. Ceritanya sederhana, seperti seseorang yang sudah memelihara seekor hewan peliharaan selama bertahun tahun, kemudian peliharaannya mati. Sederhana, seperti kisah pada umumnya. Tapi “rasa” yang didapat saat membacanya, proses yang dimiliki oleh si pemilik cerita, berhasil memporak-porandakan isi hati pembaca, saya.
 
Dan sekitar 2 bulan lalu, mata saya tertuju pada salah satu deretan rak buku di Gramedia, koleksi buku Chicken Soup for the Soul. Dengan cover buku yang telah dicetak ulang bernuansa putih, sederhana, saya memutuskan untuk membeli salah satu bukunya yang bertema “Kekuatan Memaafkan” (jika versi nonterjemahannya berjudul The Power of Forgiveness). Kenapa?
Karena, saat itu saya merasa buku ini perlu membuka salah satu ruang dikepala saya. Learn how to forgive.
 
Selama hampir 2 bulan, buku ini yang menemani saya menjelajahi isi kepala saya bertahun-tahun belakangan ini. Apa yang terjadi. Apa yang membuat kata maaf berhasil terucap, apa yang membuat seseorang berhasil memaafkan. Ada banyak hal yang bersinggungan dengan kata maaf, yang berhasil membuat sebuah ruang di kepala saya perlahan terbuka. Entah selama ini saya yang merasa tidak memiliki ruang itu, atau saya yang sengaja mengunci ruang tersebut. Entahlah. Hampir setiap hari, saya me”waras”kan diri dengan membaca 1-2 kisah di dalam buku tersebut.
 
Saya ingat, ada kondisi buruk beberapa saat lalu yang menghampiri salah satu hari saya. Saya memutuskan untuk mengambil buku tersebut dan membacanya dikasur. Tak sampai 5 menit, air mata menghiasi pipi saya. Sambil terisak kecil, dan sesekali menghapus bulir air mata yang jatuh, saya mencoba mengambil nafas dalam-dalam meresapi rasa sakit disetiap cerita mereka. Kemudian, saya merasa kondisi buruk yang saya alami hari itu, tidak ada apa apanya dibandingkan kisah mereka. Meskipun tidak cukup relate dengan apa yang saya alami, kisah mereka berhasil mengobati perasaan saya.
 
Ada banyak sudut pandang dari tema dalam 101 kisah dalam “Kekuatan Memaafkan” ini. Misalnya: berbagai pelajaran memaafkan Ayah, hubungan antara Ibu dan Anak, memperbaiki relasi Kakak dan Adik, memaafkan teman dan rekan kerja, memaafkan orang orang yang kita jumpai, dan memaafkan diri sendiri. Seperti salah satu kisah dalam memaafkan orang orang yang kita jumpai, dimana sebuah keluarga yang baru saja pindah ke sebuah rumah sewa, dan memiliki seorang tetangga, nenek, yang hobinya memarahi mereka dan membanting peralatan rumahnya. Cukup sabar keluarga ini menghadapi si nenek. Hingga tibalah disuatu hari, mereka tahu bahwa si nenek hanya sedang kesepian. Ia selalu menunggu anaknya pulang. Tapi ternyata anaknya pulang hanya untuk memarahi dan meminta uangnya. Dari sanalah, keluarga ini memutuskan untuk memaafkan perilaku jahat si nenek, dan mencoba berteman dengannya hingga 5 tahun kemudian nenek ini berpulang dengan damai.
 
“Diperlukan orang yang kuat untuk meminta maaf dan orang yang lebih kuat lagi untuk memaafkan” – anonym
 
Puncak dari cerita-cerita ini menurut saya adalah, pentingnya memaafkan diri sendiri. Karena, yang tersulit sebenarnya adalah memaafkan diri sendiri. Jauh sebelum bisa memaafkan orang lain yang pernah berbuat salah pada kita seharusnya kita bisa memaafkan diri sendiri terlebih dahulu dan belajar untuk menerima.
 
Ada banyak cerita bagus di buku ini. Tak mungkin saya jelaskan semuanya. Untuk mewakilinya, saya akan menulis beberapa quote yang saya sukai.
 
Ketika kau memaafkan, kau memang tidak mengubah masa lalu, tetapi kau pasti mengubah masa depan” – Bernard Meltzer
Ini quote pada salah satu cerita hubungan yang tidak baik antara seorang anak dan ibu tirinya. Sampai akhirnya si anak diberi kesempatan untuk masuk dan mengetahui masa lalu si ibu yang kelam. Dari sana, dia sadar, bahwa tidak ada ruginya ia memaafkan semua perilaku jahat ibu tiri ini.
 
Pengetahuan akan masa lalu tetap tinggal bersama kita. Mengikhlaskan adalah melepaskan gambaran-gambaran dan emosi, dendam dan ketakutan, ketergantungan dan kekecewaan masa lalu yang mengekang semangat kita” – Jack Kornfield
‘Saat Itu Aku Tidak Mengerti’. Sebuah cerita tentang permohonan maaf sang adik kepada kakaknya. Si kakak memiliki penyakit mental, banyak memiliki masalah dalam hidupnya, bahkan ketika akhirnya di diagnosa menderita skizofrenia. Sang adik menyalahkan si kakak atas kematian ayah mereka, karena menurutnya si kakak menjadi beban keluarga. Hingga pada akhirnya sang kakak mengalami koma dan menghembuskan napas untuk terakhir kalinya.
 
Lakukan segala sesuatu dengan cinta. Peliharalah cinta di hatimu. Dicinta dengan mendalam oleh seseorang akan memberimu kekuatan. Mencintai seseorang dengan mendalam memberimu keberanian” – Jackielou Camacho
Quote ini berasal dari kisah sebuah keluarga yang telah bercerai. Namun ternyata sang ayah baru diketahui menderita kanker stadium akhir. Bagaimana pada akhirnya mantan istrinya bersama anak-anak menemani sisa umur sang ayah.
 
Sebenarnya ada banyak quote yang bagus dan berhasil menyentuh hati ketika saya membaca buku ini. Silahkan nikmati sendiri, baca bukunya. Semoga ketika kata maaf terucap, itu artinya kita telah menerima dan bersiap untuk memperbaiki masa depan.
 
Sebagian besar dari kita membutuhkan waktu untuk mengolah kepedihan dan kehilangan. Kita dapat menemukan semua alasan untuk menunda memaafkan. Salah satu dari alasan ini adalah menunggu pelaku kejahatan untuk menyesal sebelum kita memaafkan. Tetapi penundaan seperti ini hanya menghalangi kedamaian dan kebahagiaan yang bisa menjadi milik kita” – James E. Faust



No comments:

Post a Comment