“Kalau
kamu sedang terluka, istirahat dulu. Tidak baik terlalu memaksakan. Ambil jeda
sejenak. Menjauh dari orang-orang sesaat. Nikmati kesendirian untuk beberapa
waktu.” –K
Ada
satu saat, dimana kita merasa perlu benar-benar menghirup oksigen dengan
tenang, benar-benar tenang. Menikmati kebersamaan dengan diri sendiri. Akan ada
satu saat dimana rasanya kita tidak ingin direpotkan dengan pertanyaan
pertanyan rumit, dengan kerjaan kerjaan yang riweuh, bahkan dengan sebuah
pertanyaan “apa kabar?”.
Mengambil
jeda sejenak itu wajar. Sebab kelak, entah kapan, kita pasti akan kembali dan
melebur bersama sibuknya waktu, dengan pekatnya pertanyaan-pertanyaan rumit.
Jadi sebelum itu semua kembali hadir, nikmati “jeda” terlebih dahulu.
Oya,
halo September.
Semoga ada banyak hal baik yang menghiasi lembar September ini.
Minggu
lalu saya baru menamatkan sebuah buku, “Chicken Soup for the Soul”, yang
berjudul “Kekuatan Memaafkan.”
Sedikit
intermeso.
Jadi saat sekolah SMP dulu, beberapa hari sekali saya dan teman-teman paling senang mampir ke sebuah toko penyewaan buku dekat sekolah. Seperti thread yang pernah saya tulis di twitter 1-2 bulan lalu. Jaman sekolah dulu, ketimbang beli buku, saya lebih sering menyewa buku. Alasannya sederhana, tidak punya banyak uang untuk bisa beli buku. Jadi, sisa uang jajan hanya bisa digunakan untuk sewa buku. Nah, dan buku Chicken Soup adalah satu satu buku favorit saya waktu itu. Hampir semua edisi Chicken Soup yang ada di penyewaan buku tersebut pernah saya sewa. Dan paling favorit seingat saya adalah: Chicken Soup for The Teenage Soul dan Chicken Soup for the Pet Lover's Soul.
Nah,
buat yang belum tau, Chicken Soup ini adalah sebuah buku yang mempunya 101
kisah kehidupan nyata. Semua kisah nyata itu adalah pengalaman langsung
dari penulisnya. Cerita-cerita mereka terkesan biasa dan sederhana, namun
begitu jujur. Sehingga setiap membaca cerita-cerita itu, saya merasa seperti berada
dalam cerita mereka. Jika tema bukunya adalah “Teenage”, maka 101 kisah
di dalam buku itu menceritakan tentang kehidupan remaja, dari berbagai sudut
pandang. Jika temanya “Pet”, maka isinya adalah bagaimana hubungan
manusia dan hewan peliharaannya. Saya ingat, ada beberapa cerita dalam buku Chicken
Soup for the Pet Lover's Soul yang membuat saya menangis 11- 12 tahun lalu.
Ceritanya sederhana, seperti seseorang yang sudah memelihara seekor hewan
peliharaan selama bertahun tahun, kemudian peliharaannya mati. Sederhana,
seperti kisah pada umumnya. Tapi “rasa” yang didapat saat membacanya, proses yang
dimiliki oleh si pemilik cerita, berhasil memporak-porandakan isi hati pembaca,
saya.
Dan
sekitar 2 bulan lalu, mata saya tertuju pada salah satu deretan rak buku di
Gramedia, koleksi buku Chicken Soup for the Soul. Dengan cover buku yang
telah dicetak ulang bernuansa putih, sederhana, saya memutuskan untuk membeli salah
satu bukunya yang bertema “Kekuatan Memaafkan” (jika versi nonterjemahannya
berjudul The Power of Forgiveness). Kenapa?
Karena, saat itu saya merasa buku ini perlu membuka salah satu ruang dikepala saya. Learn how to forgive.
Selama
hampir 2 bulan, buku ini yang menemani saya menjelajahi isi kepala saya
bertahun-tahun belakangan ini. Apa yang terjadi. Apa yang membuat kata maaf berhasil
terucap, apa yang membuat seseorang berhasil memaafkan. Ada banyak hal yang
bersinggungan dengan kata maaf, yang berhasil membuat sebuah ruang di kepala
saya perlahan terbuka. Entah selama ini saya yang merasa tidak memiliki ruang
itu, atau saya yang sengaja mengunci ruang tersebut. Entahlah. Hampir setiap
hari, saya me”waras”kan diri dengan membaca 1-2 kisah di dalam buku tersebut.
Saya
ingat, ada kondisi buruk beberapa saat lalu yang menghampiri salah satu hari
saya. Saya memutuskan untuk mengambil buku tersebut dan membacanya dikasur. Tak
sampai 5 menit, air mata menghiasi pipi saya. Sambil terisak kecil, dan
sesekali menghapus bulir air mata yang jatuh, saya mencoba mengambil nafas
dalam-dalam meresapi rasa sakit disetiap cerita mereka. Kemudian, saya merasa
kondisi buruk yang saya alami hari itu, tidak ada apa apanya dibandingkan kisah
mereka. Meskipun tidak cukup relate dengan apa yang saya alami, kisah
mereka berhasil mengobati perasaan saya.
Ada
banyak sudut pandang dari tema dalam 101 kisah dalam “Kekuatan Memaafkan” ini. Misalnya:
berbagai pelajaran memaafkan Ayah, hubungan antara Ibu dan Anak, memperbaiki
relasi Kakak dan Adik, memaafkan teman dan rekan kerja, memaafkan orang orang
yang kita jumpai, dan memaafkan diri sendiri. Seperti salah satu kisah dalam memaafkan
orang orang yang kita jumpai, dimana sebuah keluarga yang baru saja pindah ke
sebuah rumah sewa, dan memiliki seorang tetangga, nenek, yang hobinya memarahi
mereka dan membanting peralatan rumahnya. Cukup sabar keluarga ini menghadapi si
nenek. Hingga tibalah disuatu hari, mereka tahu bahwa si nenek hanya sedang
kesepian. Ia selalu menunggu anaknya pulang. Tapi ternyata anaknya pulang hanya
untuk memarahi dan meminta uangnya. Dari sanalah, keluarga ini memutuskan untuk
memaafkan perilaku jahat si nenek, dan mencoba berteman dengannya hingga 5 tahun
kemudian nenek ini berpulang dengan damai.
“Diperlukan
orang yang kuat untuk meminta maaf dan orang yang lebih kuat lagi untuk memaafkan” – anonym
Puncak
dari cerita-cerita ini menurut saya adalah, pentingnya memaafkan diri sendiri.
Karena, yang tersulit sebenarnya adalah memaafkan diri sendiri. Jauh sebelum
bisa memaafkan orang lain –yang pernah berbuat salah pada kita– seharusnya kita
bisa memaafkan diri sendiri terlebih dahulu dan belajar untuk menerima.
Semoga ada banyak hal baik yang menghiasi lembar September ini.
Jadi saat sekolah SMP dulu, beberapa hari sekali saya dan teman-teman paling senang mampir ke sebuah toko penyewaan buku dekat sekolah. Seperti thread yang pernah saya tulis di twitter 1-2 bulan lalu. Jaman sekolah dulu, ketimbang beli buku, saya lebih sering menyewa buku. Alasannya sederhana, tidak punya banyak uang untuk bisa beli buku. Jadi, sisa uang jajan hanya bisa digunakan untuk sewa buku. Nah, dan buku Chicken Soup adalah satu satu buku favorit saya waktu itu. Hampir semua edisi Chicken Soup yang ada di penyewaan buku tersebut pernah saya sewa. Dan paling favorit seingat saya adalah: Chicken Soup for The Teenage Soul dan Chicken Soup for the Pet Lover's Soul.
Karena, saat itu saya merasa buku ini perlu membuka salah satu ruang dikepala saya. Learn how to forgive.
Ini quote pada salah satu cerita hubungan yang tidak baik antara seorang anak dan ibu tirinya. Sampai akhirnya si anak diberi kesempatan untuk masuk dan mengetahui masa lalu si ibu yang kelam. Dari sana, dia sadar, bahwa tidak ada ruginya ia memaafkan semua perilaku jahat ibu tiri ini.
‘Saat Itu Aku Tidak Mengerti’. Sebuah cerita tentang permohonan maaf sang adik kepada kakaknya. Si kakak memiliki penyakit mental, banyak memiliki masalah dalam hidupnya, bahkan ketika akhirnya di diagnosa menderita skizofrenia. Sang adik menyalahkan si kakak atas kematian ayah mereka, karena menurutnya si kakak menjadi beban keluarga. Hingga pada akhirnya sang kakak mengalami koma dan menghembuskan napas untuk terakhir kalinya.
Quote ini berasal dari kisah sebuah keluarga yang telah bercerai. Namun ternyata sang ayah baru diketahui menderita kanker stadium akhir. Bagaimana pada akhirnya mantan istrinya bersama anak-anak menemani sisa umur sang ayah.
No comments:
Post a Comment