"Kau
percaya? Bahwa, menulis, menyelamatkan hidup saya?"
Gimana
sih maksudnya, dengan menulis bisa menyelamatkan hidup kamu? Misalnya seperti
menulis surat-surat untuk pemerintah, minta pertolongan, atau? Seperti apa?
Bukan,
bukan itu.
Kau
percaya, ada tipikal manusia di dunia ini yang sulit mengungkapkan perasaannya,
memilih menyimpannya sendiri. Satu satunya cara mengungkapkan perasaannya, ya dengan
menulis. Dan, salah satu tipikal manusia seperti itu adalah dia yang sedang
menulis ini. Kamu yang membacanya, bisa jadi sama dengan dia.
Hari
ini, setelah terbayang wajahmu, saya membuka sebuah folder di dalam HD. Folder yang
sudah cukup lama tidak pernah dibuka lagi. Di sana ada 3 bagian file pdf: masa
awal, masa itu, dan masa sekarang. Saya memutuskan untuk kembali masuk dalam kenangan
itu.
Tik
Tik
Tik
Satu
persatu tulisan yang pernah saya tulis di 2017, mulai menggetarkan saya. Hingga
tiba di “masa itu”. Bayangan bayangan kelam mulai masuk dan menari patah-patah
dalam kepala saya.
“Saya membuat foto ini untuk kamu. Tetapi tidak pernah ada keberanian
sedikitpun untuk mengirimkannya.
Saya malu, karena saya pikir tidak ada guna saya mengirim hal-hal
seperti ini, menganggap kamu
sebagai seseorang yang spesial, bahkan kamu tidak
menganggap saya begitu. Jadi hingga saya pulangpun, foto
tersebut tidak pernah saya berikan.”
Tidak habis pikir, saya pernah se-insecure itu.
Kali ini, kau percaya? Bahwa menulis berhasil menyelamatkan hidup saya?!
Saya memberanikan diri memberi 3 part tulisan itu padamu. Karena
menurut saya, ada sebuah kesalahpahaman yang perlu kita ungkapkan. Ada sebuah
perasaan terluka yang perlu disampaikan. Kenapa? Karena dengan begitu, kita
tidak lagi perlu menerka-nerka isi kepala dan hati seseorang.
Oh iya, kamu masih ingat tepat setahun lalu, ketika kamu menerima
beberapa barang?
Itu saya.
Setelah setahun, akhirnya saya memilih jujur, lagi-lagi dalam
tulisan. Saya yang kirim itu ke kamu, tanpa menyertakan identitas. Saya ingin
kamu menebak, siapa yang kira-kira mau mewujudkan harapan mu, memiliki sebuah
kaos bertuliskan “The Light of Aceh”. Kemudian saya memintamu memakainya dan
mengirimkan fotonya ke “seseorang” yang menurutmu adalah pengirimnya.
Setahun saya menunggu. Tidak pernah ada chat atau foto yang masuk
ke WA saya. Saya pikir, kamu masih belum mengetahui siapa pengirimnya. It’s Ok.
Kalaupun kamu sudah tau, tapi ragu, ya, it’s ok juga. Bukan itu poin
pentingnya. Semoga, entah dunia seabstrak apa yang akan kita hadapi di depan
kelak, saya harap, momen-momen itu tidak pernah benar-benar tenggelam atau
bahkan menghilang ya.
Hei, menulis menyelamatkan hidup saya. Menulis menyelamatkan
perasaan saya. Menulis menyelamatkan persahabatan saya. Ada banyak hal yang berhasil
selamat dengan menulis. Jadi, kau harus percaya, bahwa ketika tidak ada yang
bisa kau lakukan dengan perasaanmu, maka menulislah.
Seseorang yang sangat mencintai es
krim. Semoga suatu saat nanti, si pecinta es krim ini dapat makan es krim bersama mu kembali.
No comments:
Post a Comment