Monday, August 17, 2020

Seseorang Itu, Aku

"Kau percaya? Bahwa, menulis, menyelamatkan hidup saya?"

Gimana sih maksudnya, dengan menulis bisa menyelamatkan hidup kamu? Misalnya seperti menulis surat-surat untuk pemerintah, minta pertolongan, atau? Seperti apa?
 
Bukan, bukan itu.
Kau percaya, ada tipikal manusia di dunia ini yang sulit mengungkapkan perasaannya, memilih menyimpannya sendiri. Satu satunya cara mengungkapkan perasaannya, ya dengan menulis. Dan, salah satu tipikal manusia seperti itu adalah dia yang sedang menulis ini. Kamu yang membacanya, bisa jadi sama dengan dia.
 
Hari ini, setelah terbayang wajahmu, saya membuka sebuah folder di dalam HD. Folder yang sudah cukup lama tidak pernah dibuka lagi. Di sana ada 3 bagian file pdf: masa awal, masa itu, dan masa sekarang. Saya memutuskan untuk kembali masuk dalam kenangan itu.
 
Tik
Tik
Tik
Satu persatu tulisan yang pernah saya tulis di 2017, mulai menggetarkan saya. Hingga tiba di “masa itu”. Bayangan bayangan kelam mulai masuk dan menari patah-patah dalam kepala saya.
 
Saya membuat foto ini untuk kamu. Tetapi tidak pernah ada keberanian sedikitpun untuk mengirimkannya. Saya malu, karena saya pikir tidak ada guna saya mengirim hal-hal seperti ini, menganggap kamu sebagai seseorang yang spesial, bahkan kamu tidak menganggap saya begitu. Jadi hingga saya pulangpun, foto tersebut tidak pernah saya berikan.”
 
Tidak habis pikir, saya pernah se-insecure itu.
 
Kali ini, kau percaya? Bahwa menulis berhasil menyelamatkan hidup saya?!
Saya memberanikan diri memberi 3 part tulisan itu padamu. Karena menurut saya, ada sebuah kesalahpahaman yang perlu kita ungkapkan. Ada sebuah perasaan terluka yang perlu disampaikan. Kenapa? Karena dengan begitu, kita tidak lagi perlu menerka-nerka isi kepala dan hati seseorang.
 
Oh iya, kamu masih ingat tepat setahun lalu, ketika kamu menerima beberapa barang?
 
Itu saya.
 
Setelah setahun, akhirnya saya memilih jujur, lagi-lagi dalam tulisan. Saya yang kirim itu ke kamu, tanpa menyertakan identitas. Saya ingin kamu menebak, siapa yang kira-kira mau mewujudkan harapan mu, memiliki sebuah kaos bertuliskan “The Light of Aceh”. Kemudian saya memintamu memakainya dan mengirimkan fotonya ke “seseorang” yang menurutmu adalah pengirimnya.
 
Setahun saya menunggu. Tidak pernah ada chat atau foto yang masuk ke WA saya. Saya pikir, kamu masih belum mengetahui siapa pengirimnya. It’s Ok. Kalaupun kamu sudah tau, tapi ragu, ya, it’s ok juga. Bukan itu poin pentingnya. Semoga, entah dunia seabstrak apa yang akan kita hadapi di depan kelak, saya harap, momen-momen itu tidak pernah benar-benar tenggelam atau bahkan menghilang ya.
 
Hei, menulis menyelamatkan hidup saya. Menulis menyelamatkan perasaan saya. Menulis menyelamatkan persahabatan saya. Ada banyak hal yang berhasil selamat dengan menulis. Jadi, kau harus percaya, bahwa ketika tidak ada yang bisa kau lakukan dengan perasaanmu, maka menulislah.
 
Seseorang yang sangat mencintai es krim. Semoga suatu saat nanti, si pecinta es krim ini dapat makan es krim bersama mu kembali.

No comments:

Post a Comment