Tuesday, June 2, 2020

Bertaut


Hello June
Sudah masuk “New Normal” kah hidup, mu?
Saya?

Mungkin sudah sejak 3 bulan yang lalu saya hidup dalam “New Normal”, atau entah justru saya sedang bersiap siap hidup dalam “New Normal” lainnya. Ribet. Tidak perlu membahas New Normal versi apapun di tulisan ini. Karena bagi saya, entah sejak kapan, ‘normal’ adalah sesuatu yang kadang singgah dan menetap sesaat.

Let's write a better topic, something that I like.
28 Mei lalu, Nadin Amizah merilis album perdananya yang berjudul “Selamat Ulang Tahun,” isinya adalah rangkaian cerita-cerita di masa remajanya (lagu lagu tersebut sering jadi prioritas saya akhir akhir ini saat membuka spotify ataupun youtube). How sweet, Nadin merayakan ulang tahunnya yang ke 20 (20 Mei 2000 to 20 Mei 2020) dengan meluncurkan album berjudul Selamat Ulang Tahun, hadiah terbaik dari dirinya sendiri. Lah, saya diumur 20 entah apa yang sudah saya berikan untuk diri saya sendiri.

Saya menemukan salah satu caption terbaik yang Nadin post di Instagramnya.
“Selamat Ulang Tahun. Ulang tahun yang kali ini bukan hanya tentangku. Ini juga tentang banyak orang yang menjadi pemain di banyak bab masa remajaku. Ini tentang keluargaku, sahabat-sahabatku, dan juga kalian. Terima kasih banyak.”
Postingan lainnya:
“Satu untuk yang terakhir dari masa remajaku. Berbagai fase ku rangkai padat menjadi album perdanaku ‘Selamat Ulang Tahun’ yang baru saja lahir.”

Kado terindahnya, kini jadi Top Hits lagu Indonesia di Spotify, dan trending di Youtube. I can't imagine.

Ada beberapa judul lagu dalam album tersebut: Kanyaah, Paman Tua, Kereta Ini Melaju, Beranjak Dewasa, Bertaut, Taruh, Cermin, Mendarah, Sorak Sorai.
And the one I like the most is “Bertaut”. Saat mendengar itu, rasanya ada perasaan lain yang muncul. Tiba tiba saya jadi lebih fokus saja mendengar, masuk dalam setiap nadanya. Dan, liriknya juga tidak bisa diduakan. Begini:

Bun, hidup berjalan seperti bajingan
Seperti landak yang tak punya teman
Ia menggonggong bak suara hujan
Dan kau pangeranku, mengambil peran

Bun, kalau saat hancur ku disayang
Apalagi saat ku jadi juara
Saat tak tahu arah kau di sana
Menjadi gagah saat ku tak bisa

Sedikit ku jelaskan tentang ku dan kamu
Agar seisi dunia tau

Keras kepala ku sama denganmu
Cara ku marah cara ku tersenyum
Seperti detak jantung yang bertaut
Nyawaku nyala karna denganmu
Aku masih ada sampai disini
Melihatmu kuat setengah mati
Seperti detak jantung yang bertaut
Nyawaku nyala karna denganmu

Bun aku masih tak mengerti banyak hal
Semuanya berenang di kepala
Dan kau dan semua yang kau tau tentangnya
Menjadi jawab saat ku bertanya

Lagu ini berceritakan tentang masa-masa yang Nadin lalui Bersama Bundanya. Bait ke-2 menjadi lirik favorit saya.
“Bun, kalau saat hancur ku disayang
Apalagi saat ku jadi juara
Saat tak tahu arah kau di sana
Menjadi gagah saat ku tak bisa.”

Lirik ini benar-benar relate dengan hidup saya.  Ketika saya sedang hancur, Mamak tetap dan selalu menyayangi saya. Serendah dan seburuk apapun hidup saya saat itu. Bahkan saat saya sedang menangis, Mamak akan ikut menangis, merasakan sakit yang sedang saya rasakan. Dan betapa bangganya Mamak ketika saya berhasil meraih sesuatu. Tak peduli itu sekecil apa, akan selalu ada apresiasi darinya yang membuat saya ikut bangga pada diri sendiri. Mamak, yang sering menuntun saya, memberi arah, menasihati, bahkan yang berdiri di depan menghadapi rasa takut yang saya hadapi.

Ya, rasa takut. Ada begitu banyak rasa takut yang saya lewati, dan yang paling tak terlupakan adalah ketakutan saat menghadapi sebuah operasi. Operasi, salah satu yang tidak ingin saya bagi di tulisan-tulisan ini sebenarnya. Tetapi, sedikit intro saya rasa tidak masalah.

Waktu itu, ketika dokter meminta saya untuk dioperasi 'besok', seketika saya langsung menumpahkan air mata. Semua perasaan bercampur aduk, antara tidak siap, sedih, dan perasaan paling besar yang saya hadapi saat itu adalah rasa takut. Seharian menjelang operasi, saya menghabiskan berliter-liter air mata rasanya, karena takut. Entah ada berapa pikiran nakal yang terus menghantui saya. Mamak memeluk dan menenangkan saya. Tetapi, semakin dipeluk, perasaan ingin menangis terus melengkapi hari buruk saya. Saya benar-benar kacau saat itu.

Ok, intronya cukup segitu saja.

Kembali ke lagu Bertaut. Menurut saya, lagu ini menjadi salah satu lagu terbaik versi saya di tahun 2020 ini. Bukan hanya sekedar lagu terbaik, tapi juga lagu paling romantis.
Dan saya akan sangat senang, jika teman-teman juga menyukai lagu ini. Kenapa? Rasanya senang saja gitu, punya banyak teman yang menyukai lagu yang sama.

No comments:

Post a Comment