Hello June
Sudah masuk
“New Normal” kah hidup, mu?
Saya?
Mungkin
sudah sejak 3 bulan yang lalu saya hidup dalam “New Normal”, atau entah
justru saya sedang bersiap siap hidup dalam “New Normal” lainnya. Ribet.
Tidak perlu membahas New Normal versi apapun di tulisan ini.
Karena bagi saya, entah sejak kapan, ‘normal’ adalah sesuatu yang kadang
singgah dan menetap sesaat.
Let's write
a better topic, something that I like.
28 Mei
lalu, Nadin Amizah merilis album perdananya yang berjudul “Selamat Ulang
Tahun,” isinya adalah rangkaian cerita-cerita di masa remajanya (lagu lagu
tersebut sering jadi prioritas saya akhir akhir ini saat membuka spotify
ataupun youtube). How sweet, Nadin merayakan ulang tahunnya yang ke
20 (20 Mei 2000 to 20 Mei 2020) dengan meluncurkan album
berjudul Selamat Ulang Tahun, hadiah terbaik dari dirinya sendiri. Lah,
saya diumur 20 entah apa yang sudah saya berikan untuk diri saya sendiri.
Saya
menemukan salah satu caption terbaik yang Nadin post di Instagramnya.
“Selamat
Ulang Tahun. Ulang tahun yang kali ini bukan hanya tentangku. Ini juga tentang
banyak orang yang menjadi pemain di banyak bab masa remajaku. Ini tentang
keluargaku, sahabat-sahabatku, dan juga kalian. Terima kasih banyak.”
Postingan lainnya:
“Satu untuk
yang terakhir dari masa remajaku. Berbagai fase ku rangkai padat menjadi album
perdanaku ‘Selamat Ulang Tahun’ yang baru saja lahir.”
Kado
terindahnya, kini jadi Top Hits lagu Indonesia di Spotify, dan trending di
Youtube. I can't imagine.
Ada
beberapa judul lagu dalam album tersebut: Kanyaah, Paman Tua, Kereta Ini
Melaju, Beranjak Dewasa, Bertaut, Taruh, Cermin, Mendarah, Sorak Sorai.
And the one
I like the most is “Bertaut”. Saat mendengar itu, rasanya ada perasaan lain
yang muncul. Tiba tiba saya jadi lebih fokus saja mendengar, masuk dalam setiap
nadanya. Dan, liriknya juga tidak bisa diduakan. Begini:
Bun, hidup berjalan seperti bajingan
Seperti landak yang tak punya teman
Ia menggonggong bak suara hujan
Dan kau pangeranku, mengambil peran
Bun, kalau saat hancur ku disayang
Apalagi saat ku jadi juara
Saat tak tahu arah kau di sana
Menjadi gagah saat ku tak bisa
Sedikit ku jelaskan tentang ku dan kamu
Agar seisi dunia tau
Keras kepala ku sama denganmu
Cara ku marah cara ku tersenyum
Seperti detak jantung yang bertaut
Nyawaku nyala karna denganmu
Aku masih ada sampai disini
Melihatmu kuat setengah mati
Seperti detak jantung yang bertaut
Nyawaku nyala karna denganmu
Bun aku masih tak mengerti banyak hal
Semuanya berenang di kepala
Dan kau dan semua yang kau tau tentangnya
Menjadi jawab saat ku bertanya
Lagu ini
berceritakan tentang masa-masa yang Nadin lalui Bersama Bundanya. Bait ke-2
menjadi lirik favorit saya.
“Bun, kalau
saat hancur ku disayang
Apalagi
saat ku jadi juara
Saat tak
tahu arah kau di sana
Menjadi
gagah saat ku tak bisa.”
Lirik ini
benar-benar relate dengan hidup saya. Ketika saya
sedang hancur, Mamak tetap dan selalu menyayangi saya. Serendah dan seburuk
apapun hidup saya saat itu. Bahkan saat saya sedang menangis, Mamak akan ikut
menangis, merasakan sakit yang sedang saya rasakan. Dan betapa bangganya Mamak
ketika saya berhasil meraih sesuatu. Tak peduli itu sekecil apa, akan selalu
ada apresiasi darinya yang membuat saya ikut bangga pada diri sendiri. Mamak,
yang sering menuntun saya, memberi arah, menasihati, bahkan yang berdiri di
depan menghadapi rasa takut yang saya hadapi.
Ya, rasa
takut. Ada begitu banyak rasa takut yang saya lewati, dan yang paling tak
terlupakan adalah ketakutan saat menghadapi sebuah operasi. Operasi, salah satu
yang tidak ingin saya bagi di tulisan-tulisan ini sebenarnya. Tetapi, sedikit
intro saya rasa tidak masalah.
Waktu itu,
ketika dokter meminta saya untuk dioperasi 'besok', seketika saya langsung
menumpahkan air mata. Semua perasaan bercampur aduk, antara tidak siap, sedih,
dan perasaan paling besar yang saya hadapi saat itu adalah rasa takut. Seharian
menjelang operasi, saya menghabiskan berliter-liter air mata rasanya, karena
takut. Entah ada berapa pikiran nakal yang terus menghantui saya. Mamak memeluk
dan menenangkan saya. Tetapi, semakin dipeluk, perasaan ingin menangis terus
melengkapi hari buruk saya. Saya benar-benar kacau saat itu.
Ok,
intronya cukup segitu saja.
Kembali ke
lagu Bertaut. Menurut saya, lagu ini menjadi salah satu lagu terbaik versi saya
di tahun 2020 ini. Bukan hanya sekedar lagu terbaik, tapi juga lagu paling
romantis.
Dan saya
akan sangat senang, jika teman-teman juga menyukai lagu ini. Kenapa? Rasanya
senang saja gitu, punya banyak teman yang menyukai lagu yang sama.
No comments:
Post a Comment