"Banyak yang bersinar, tetapi perlu tenggelam dulu. Banyak yang ingin berjuang, tetapi perlu sembuh dulu. Tenang, kalau hidup pelik, jangan buat semuanya semakin rumit." -K
Tepat akhir tahun 2019, saya menulis bait puisi tersebut. Mungkin lebih tepatnya bukan puisi, tapi ungkapan hati.
1 Januari 2020, saya memutuskan resign dan melakukan ME TIME.
Apa sih arti Me Time buat kamu?
Simpelnya ni, orang orang menyebutnya waktu untuk diri sendiri. Apa itu berarti menyendiri, menghabiskan waktu dengan istirahat tanpa melakukan pekerjaan, tidur-tiduran, apapun deh. Yang penting me time itu dihabiskan untuk membahagiakan diri sendiri.
Nah Me Time saya sebenarnya juga enggak jauh jauh amat dari definisi kebanyakan orang, tapi tetap saja ada bedanya. Bagi saya, Me Time adalah dimana saya memutuskan sendiri ingin menggunakan waktu sekian untuk melakukan apa. Kalau dulu setiap jam sekian harus berada di tempat ini, melakukan ini, dan istirahat jam segini. Diawal tahun 2020 saya justru selalu berkompromi dengan diri sendiri. Ingin melakukan apa pagi hari, ingin bertemu siapa hari ini, ingin melakukan hobi apa setelah melakukan beberapa pekerjaan. As simple as that. Saya benar benar menikmati awal 2020 tersebut.
1 Januari 2020, saya meminta seorang teman untuk menemani saya pangkas rambut. Saya bertanya padanya, "kalau misalnya saya potong rambut jadi cepak, gimana?"
Dia langsung menatap saya bingung. Mengerutkan dahi dan mengeluarkan beberapa kalimat larangannya. Tiba ditempat pangkas, saya mencoba mengusulkan kembali ide tadi, tapi ternyata gagal. Akhirnya saya nurut dan potongan rambut cepakpun gagal.
Dia langsung menatap saya bingung. Mengerutkan dahi dan mengeluarkan beberapa kalimat larangannya. Tiba ditempat pangkas, saya mencoba mengusulkan kembali ide tadi, tapi ternyata gagal. Akhirnya saya nurut dan potongan rambut cepakpun gagal.
2 Januari, saya menghabiskan waktu didepan laptop dan HP. Membersihkan semua file di HP dan mem back up data ke laptop. Cukup banyak file yang harus di back up dan tentu saja menghabiskan waktu yang lama. Belum lagi, saya tipikal manusia yang suka merapikan file dalam folder ke folder. Jadi, begitulah.
3 Januari dan seterusnya, saya benar benar memutuskan untuk Me Time.
Saya jadi ingat pertanyaan salah seorang teman.
"Lagi apa, K?" tanyanya saat melihat saya sedang mengerjakan water color.
"Lagi me time ni" jawab saya sambil tersenyum dan kembali melanjutkan campuran warna diatas kotak putih dengan kuas.
"Me time?" tanyanya sambil mengerutkan kening.
"Iya, lagi nyoba nyoba water color."
"Ok, jadi seorang K kalau lagi me time gituan ya. Lanjutkan."
Mungkin kepalanya sedang berdiskusi memikirkan jawaban me time ala saya.
Di situasi lain.
"K, lagi dimana?" tanya seseorang.
"Lagi di blablabla ni. Kenapa?"
"Ngapain? Kami lagi di cafe ini ni, kemarilah."
"Ada yang lagi dikerjain. Ooh rame? Oke deh bentar ya 5 menit lagi kelarin ini sedikit lagi."
Me Time, bagi saya ketika saya bebas mau menggunakan waktu untuk melakukan apa dan bertemu siapa saja.
Atau dilain waktu. Me Time berarti ketika saya bebas mengendarai sepeda motor kemana pun saya mau. Pagi hari saya akan bergerak ke tempat A, membuat janji dengan seseorang ditempat B, siang hari menuju tempat C, tapi mampir dulu ke tempat D. Kemudian menunggu sore untuk bertemu dengan orang orang lain di tempat E, lalu pulang. Meskipun berat hati bolak balik SPBU untuk mengisi tangki minyak motor hingga penuh, terkadang ada rasa kepuasan sendiri setiap kali saya menghabiskan bahan bakar motor terlalu cepat. Karena itu berarti, saya sudah melakukan banyak perjalanan.
Bertemu seseorang lainnya.
"K, lagi sibuk apa sekarang? Saya minta tolong buatin video ini boleh?"
"Boleh." jawab saya dengan pasti ketika seseorang, mungkin lebih tepatnya orang yang punya andil cukup besar dalam perubahan hidup saya, meminta sebuah pertolongan.
"Terimakasih, K. Kamu boleh hubungi L ya untuk tanya file filenya. Saya kirimkan nomornya. Kalau ada apa apa kabari saja."
Bahkan, me time akan menjadi sangat berarti ketika dapat membantu orang lain.
Saya percaya, segala sesuatu yang saya lakukan hari ini, akan memiliki manfaat. Entah nanti, esok, atau suatu hari nanti.
Beberapa hari belakangan saya jadi teringat sebuah pertanyaan yang rumit, yang kini saya tahu pasti jawaban dari diri saya sendiri.
"Jika kamu harus memilih, kamu akan hidup untuk masa sekarang atau hidup untuk masa depan?"
Jika beberapa waktu lalu saya ditanyai pertanyaan tersebut, saya bingung akan menjawab apa. Tentu saja bingung untuk memilih 'hidup untuk masa sekarang', atau 'untuk masa depan'. Keduanya sama sama penting. Apalagi masa depan.
Tapi kini, saya tau persis jawaban dari pilihan rumit tersebut. Dengan bangga saya akan menjawab:
"Hidup untuk masa sekarang."
Kenapa? Bukannya masa depan lebih penting?
Masa sekarang justru jauh lebih penting. Sederhananya seperti ini, kita tidak akan ada dimasa depan tanpa melalui masa sekarang. Apa yang kita lalui saat ini, apa yang kita hadapi saat ini, akan berpengaruh untuk masa depan. Bahkan apa yang kita lewatkan, apa yang hilang dari kita hari ini, tentu tidak akan ada lagi dimasa depan, kecuali beberapa hal yang dapat kembali. Semua yang kita lakukan hari ini, memang akan berguna untuk masa depan. Tapi, ketika kita terlalu fokus untuk mengejar kehidupan di masa depan, tanpa sadari kita akan melewatkan hal hal berharga yang terjadi hari ini. Kita akan kehilangan sesuatu, entah apa, karena kita terlalu sibuk mencapai target target untuk masa depan.
Ada satu kondisi yang membuat saya memilih "Hidup untuk masa sekarang."
Itu terjadi sejak 1 Januari 2020.
Tanpa rencana apa-apa, saya hanya memutuskan Me Time. Begitu saja. Saat menulis ini, betapa bersyukurnya saya atas pilihan hidup saat itu, melakukan me time dan hidup di masa sekarang, kala itu. Jadi, dalam kondisi seperti saat ini, saya sangat bersyukur telah melalui 'masa sekarang' kala itu dengan moto "Hidup untuk masa sekarang."
Ketika saya menulis ini, sejujurnya saya baru saja melalui salah satu titik yang berat dalam hidup saya. Seperti bait puisi, eh, ungkapan hati, yang pernah saya tulis tepat dipenghujung 2019 lalu.
"... Banyak yang ingin berjuang, tetapi perlu sembuh dulu...."
Toh, matahari kalau mau terbit, perlu tenggelam dulu, kan?!
Toh, matahari kalau mau terbit, perlu tenggelam dulu, kan?!
Jadi, ketika hal ini terjadi pada saya saat ini, betapa bersyukurnya saya telah melalui Me Time yang begitu berarti dalam hidup.
PS:
Ketika menulis ini, saya sedang merindukan mengendarai sepeda motor. RINDU.
No comments:
Post a Comment