Listening THANTRI - Temaram
Rindu ini menggema
Sampai di ujung luka
Kau yang bertabur sinar
Hanya membias dalam imaji
Sampai di ujung luka
Kau yang bertabur sinar
Hanya membias dalam imaji
4 Agustus 2019
Sebut saja namanya S. Setelah libur panjangnya
usai, ia kembali. Saya juga kembali. Sedih.
8 Agustus 2018 lalu
Saya dan beberapa teman lain mengantarnya ke
bandara, membuat sebuah perpisahan kecil, untuk sebuah pertemuan baru yang luar
biasa. Ada sebuah haru yang bahagia di sana tanpa perlu berurai air mata. Ada
sebuah “Good bye, see you soon” yang
begitu berarti tanpa perlu diberi arti. Sosoknya hilang perlahan, ditelan arus
antrian bandara. Dan dia akhirnya terbang, memilih sebuah pulau yang jauh di
sana.
Sebelum kepulangannya yang kedua, ia pernah pulang
kesini akhir tahun 2018.
Jadi ceritanya,
.
.
.
Mau baca ni?
Lanjut?
Yakin?
Ok. Jangan komentar dulu ya.
Jadi ceritanya, S pernah mengirim tiket pesawat.
Dan dia benar-benar merahasiakan tanggalnya. Ia mencoba menjadi
sosok yang misterius saat itu.
Suatu hari, di sore hari, beberapa teman
hangout, kecuali saya. Kalau tidak salah, hari itu rasanya badan lelah
sekali dan saya sedang butuh istirahat. Tiba-tiba, masuk lah video call, dan di sana
ada S, yang sedang tertawa sambil kesal karena saya tidak hadir. Dia begitu
niat ingin memberi surprise dengan kehadirannya yang tiba-tiba berada di sini,
tetapi sayanya tidak hadir. Jadi gagal deh.
Duh, tu kan. Jangan jadi orang misterius sama
saya, S.
Beberapa hari kemudian, saya sedang diskusi
dengan beberapa teman di sebuah warkop. Tiba-tiba (saya merasa disurprise-kan), S datang menghampiri memberi kejutan, wkwkwk. Saya justru mengejeknya terlebih
dahulu sebelum melepas kangen, atas ke-tidak-surprise-an yang telah ia buat
beberapa hari lalu.
Dan, saya bahagia bisa bertemu dengannya lagi.
Mei 2019.
S kembali pulang. Namun kali ini kepulangannya
dengan cara yang jauh berbeda. Ia memoto tiket pesawatnya dilengkapi dengan
tanggal dan jam tibanya pesawat.
Katanya “Enggak mau surprise-surprise lagi,
enggak pro. Merasa di prank balik.”
Yaiyalah.
Juni – Juli – Awal Agustus
We spend time together.
Awal-awal kepulangan S, saya diterpa beberapa
aktivitas yang begitu banyak menyita waktu saya. Di ajak ngumpul susah, diajak
duduk sebentar susah, sabtu minggu penuh kegiatan. Intinya, saya jarang bertemu
dengan S dan teman-teman lainnya. Suatu hari, S menulis sesuatu di twitternya,
sesuatu yang menampar habis ego saya. Saya langsung
membatalkan beberapa keperluan yang sekiranya tidak begitu urgent, menggantinya dengan bertemu S dan teman-teman lain. Saya
rasa, sudah cukup mempertahankan segala ego, pekerjaan, dan aktivitas lain. Ini
saatnya bertemu dan bertukar cerita selagi diberi kesempatan. Kau tau kan?
Dalam hidup, untuk memilih sesuatu sering kali kita harus mengorbakan sesuatu
yang lainnya, atau bahkan beberapa lainnya. Mengorbankan sesuatu yang 50%
penting demi 90% lainnya yang lebih penting. Ini hanya masalah menurunkan ego
sendiri, untuk memilih sebuah prioritas dan sebuah kesempatan.
Thanks, S. Saya segera sadar dan merasa belum
terlambat waktu itu. Belum, kan?
Juli 2019.
Kita selalu menghabiskan akhir pekan bersama.
Ke laut, ke kampus, ke gramedia, ke festival,
ke blang padang, ke ke dan ke lainnya.
Bahkan, ketika saya penat dengan sebuah acara
yang sedang saya jalani, saya menyempatkan diri untuk kabur
dan menemui kalian. Menikmati sepotong manggo cake dan minuman soda diiringi
seniman jalanan yang menyanyikan lagu sendu. Sempurna.
Minggu terakhir sebelum kita terpisah jarak
kembali, kita memutuskan untuk menginap dirumah S. Kita ngopi sore harinya.
Setelah makan malam, saya dikejar sebuah deadline. Sedih rasanya harus
mendengar cerita-certia kalian dari balik meja dan laptop, tanpa bisa nimbrung.
Ya, deadline pukul 12.00 malam, jadi untuk kali ini saya benar-benar harus
memprioritaskan ini. Pukul 11 lewat, dibantu dengan sentuhan magic S, saya berhasil
menyelesaikan deadline. Mata kalian sudah sayu, bahkan sudah ada yang tertidur.
Saya hanya bisa mematikan laptop kemudian memainkan hp di tempat tidur. Kalian
sudah sampai di alam mimpi, dan bahkan ketika jam menunjukkan pukul 3 pagi, mata
saya masih melek. Seharusnya, kita bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengan
bercerita. Andai saja tidak ada deadline dan kerjaan lainnya. Maaf ya. Saya selalu
seperti ini.
Minggu.
Setelah menikmati aroma blang padang ketika
matahari mulai meninggi, kita berpisah. Saya ikut mewek dengan keadaan yang
baru saja terjadi.
Rasanya ingin kembali mengulang Bulan Juni
lalu. Belum ingin berpisah.
4 Agustus 2019
Kita kembali LDR-an. Jaga diri baik-baik ya.
Hugging Tight |
No comments:
Post a Comment