Tuesday, August 6, 2019

Tight Hug

Listening THANTRI - Temaram
Rindu ini menggema
Sampai di ujung luka
Kau yang bertabur sinar
Hanya membias dalam imaji

4 Agustus 2019
Sebut saja namanya S. Setelah libur panjangnya usai, ia kembali. Saya juga kembali. Sedih.

8 Agustus 2018 lalu
Saya dan beberapa teman lain mengantarnya ke bandara, membuat sebuah perpisahan kecil, untuk sebuah pertemuan baru yang luar biasa. Ada sebuah haru yang bahagia di sana tanpa perlu berurai air mata. Ada sebuah “Good bye, see you soon” yang begitu berarti tanpa perlu diberi arti. Sosoknya hilang perlahan, ditelan arus antrian bandara. Dan dia akhirnya terbang, memilih sebuah pulau yang jauh di sana.

Sebelum kepulangannya yang kedua, ia pernah pulang kesini akhir tahun 2018.
Jadi ceritanya,
.
.
.
Mau baca ni?
Lanjut?
Yakin?
Ok. Jangan komentar dulu ya.

Jadi ceritanya, S pernah mengirim tiket pesawat. Dan dia benar-benar merahasiakan tanggalnya. Ia mencoba menjadi sosok yang misterius saat itu.
Suatu hari, di sore hari, beberapa teman hangout, kecuali saya. Kalau tidak salah, hari itu rasanya badan lelah sekali dan saya sedang butuh istirahat. Tiba-tiba, masuk lah video call, dan di sana ada S, yang sedang tertawa sambil kesal karena saya tidak hadir. Dia begitu niat ingin memberi surprise dengan kehadirannya yang tiba-tiba berada di sini, tetapi sayanya tidak hadir. Jadi gagal deh.
Duh, tu kan. Jangan jadi orang misterius sama saya, S.
Beberapa hari kemudian, saya sedang diskusi dengan beberapa teman di sebuah warkop. Tiba-tiba (saya merasa disurprise-kan), S datang menghampiri memberi kejutan, wkwkwk. Saya justru mengejeknya terlebih dahulu sebelum melepas kangen, atas ke-tidak-surprise-an yang telah ia buat beberapa hari lalu.
Dan, saya bahagia bisa bertemu dengannya lagi.

Mei 2019.
S kembali pulang. Namun kali ini kepulangannya dengan cara yang jauh berbeda. Ia memoto tiket pesawatnya dilengkapi dengan tanggal dan jam tibanya pesawat.
Katanya “Enggak mau surprise-surprise lagi, enggak pro. Merasa di prank balik.”
Yaiyalah.

Juni – Juli – Awal Agustus
We spend time together.

Awal-awal kepulangan S, saya diterpa beberapa aktivitas yang begitu banyak menyita waktu saya. Di ajak ngumpul susah, diajak duduk sebentar susah, sabtu minggu penuh kegiatan. Intinya, saya jarang bertemu dengan S dan teman-teman lainnya. Suatu hari, S menulis sesuatu di twitternya, sesuatu yang menampar habis ego saya. Saya langsung membatalkan beberapa keperluan yang sekiranya tidak begitu urgent, menggantinya dengan bertemu S dan teman-teman lain. Saya rasa, sudah cukup mempertahankan segala ego, pekerjaan, dan aktivitas lain. Ini saatnya bertemu dan bertukar cerita selagi diberi kesempatan. Kau tau kan? Dalam hidup, untuk memilih sesuatu sering kali kita harus mengorbakan sesuatu yang lainnya, atau bahkan beberapa lainnya. Mengorbankan sesuatu yang 50% penting demi 90% lainnya yang lebih penting. Ini hanya masalah menurunkan ego sendiri, untuk memilih sebuah prioritas dan sebuah kesempatan.
Thanks, S. Saya segera sadar dan merasa belum terlambat waktu itu. Belum, kan?

Juli 2019.
Kita selalu menghabiskan akhir pekan bersama.
Ke laut, ke kampus, ke gramedia, ke festival, ke blang padang, ke ke dan ke lainnya.
Bahkan, ketika saya penat dengan sebuah acara yang sedang saya jalani, saya menyempatkan diri untuk kabur dan menemui kalian. Menikmati sepotong manggo cake dan minuman soda diiringi seniman jalanan yang menyanyikan lagu sendu. Sempurna.

Minggu terakhir sebelum kita terpisah jarak kembali, kita memutuskan untuk menginap dirumah S. Kita ngopi sore harinya. Setelah makan malam, saya dikejar sebuah deadline. Sedih rasanya harus mendengar cerita-certia kalian dari balik meja dan laptop, tanpa bisa nimbrung. Ya, deadline pukul 12.00 malam, jadi untuk kali ini saya benar-benar harus memprioritaskan ini. Pukul 11 lewat, dibantu dengan sentuhan magic S, saya berhasil menyelesaikan deadline. Mata kalian sudah sayu, bahkan sudah ada yang tertidur. Saya hanya bisa mematikan laptop kemudian memainkan hp di tempat tidur. Kalian sudah sampai di alam mimpi, dan bahkan ketika jam menunjukkan pukul 3 pagi, mata saya masih melek. Seharusnya, kita bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengan bercerita. Andai saja tidak ada deadline dan kerjaan lainnya. Maaf ya. Saya selalu seperti ini.

Minggu.
Setelah menikmati aroma blang padang ketika matahari mulai meninggi, kita berpisah. Saya ikut mewek dengan keadaan yang baru saja terjadi.
Rasanya ingin kembali mengulang Bulan Juni lalu. Belum ingin berpisah.

4 Agustus 2019
Kita kembali LDR-an. Jaga diri baik-baik ya.

Hugging Tight

No comments:

Post a Comment