Tuesday, July 23, 2019

Tidak Ada New York Hari Ini


Beberapa hari lalu saya memutuskan untuk segera membeli buku karya Aan Mansyur yang berjudul “Tidak ada New York Hari Ini”. Sebuah buku kumpulan puisi dalam film Ada Apa Dengan Cinta2? Dan juga potret jalanan Kota New York.
Kenapa?
Karena suatu hari, kepala saya terpentol dengan sepenggal puisi dari buku tersebut:

Cinta
“Hari hari membakar habis diriku
Setiap kali aku ingin mengumpulkan
Tumpukan abuku sendiri, jari-jariku
Berubah jadi badai angin
Dan aku mengerti mengapa cinta diciptakan”

So, karena saya sudah selesai membacanya, menikmatinya, memahaminya, saya ingin menulis beberapa puisi favorit saya dari buku tersebut. Jika berkenan, belilah di toko buku. Tidak begitu mahal.

Ok, mulai membaca ya. Tapi janji, jangan nangis di hadapan tulisan ini ya!

Tidak ada New York hari ini
Tidak ada New York hari ini
Tidak ada New York kemarin
Aku sendiri dan tidak berada di sini
Semua orang adalah orang lain

Bahasa Ibu adalah kamar tidurku
Kupeluk tubuh sendiri
Dan cinta – kau tak ingin aku
Mematikan mata lampu
Jendela terbuka
Dan masa lampau memasukiku sebagai angin
Meriang. Meriang. Aku meriang.
Kau yang panas di kening. Kau yang dingin di kenang.

Pukul 4 pagi
Tidak ada yang bias diajak berbincang. Dari jendela kau lihat bintang-bintang sudah lama tanggal. Lampu-lampui kota bagai kalimat selamat tinggal. Kau rasakan seseorang di kejauhan menggeliat dalam dirimu. Kau berdoa: semoga kesedihan memperlakukan matanya dengan baik.
Kadang-kadang, kau piker, lebih mudah mencintai semua orang daripada melupakan satu orang. Jika ada seorang terlanjur menyentuh inti jantungmu, mereka yang dating kemudian hanya akan menemukan kemungkinan-menungkinan. Dirimu tidak pernah utuh. Sementara kesunyian adalah buah yang menolak dikupas. Jika kau coba melepas kulitnya, hanya akan kau temukan kesunyian yang lebih besar.
Pukul 4 pagi. Kau butuh kopi segelas lagi.

Bahasa Baru
Di bawah langit yang sama, ada dua dunia berbeda. Jarak yang membentang di antaranya menciptakan bahasa baru untuk kita. Tiap kata yang kau ucapkan selalu berarti kapan. Tiap kata yang ku kecupkan melulu berarti akan.

Kesedihan Puisi
Puisi ini butuh satu kata
Yang belum pernah menyentuh
Pikiran dan lidah siapa pun – tapi
Kau mengerti artinya. Hanya kau.

Aku ingin hidup di jantung kata itu
Sebagai kesedihan hampa yang jauh
Lebih berat dari seluruh kebahagiaan
Yang mampu manusia terima
Di jalan menuju rumah
Di jalan menuju rumah, aku tidak mampu membedakan antara pagi yang lumrah dan sore yang merah bagai kesedihan pecah di sepasang matamu.
Aku tidak mampu membedakan: kilau lampu-lampu merkuri di tepi jalan dan perkara yang tidak bernama dalam diriku.
Aku tidak mampu membedakan: suara yang memanggil-manggil dari hari lalu dan beku udara yang menggigil di tulang-tulang ku.
Aku tidak mampu membedakan, apakah bayanganmu yang dating atau tubuhku yang pulang.

Itu beberapa puisi karya Aan Mansyur dalam buku “Tidak ada New York Hari Ini” yang berhasil membuat saya memberi tanda lipatan kecil di setiap lembar bukunya untuk puisi-puisi favorit saya. Agar suatu saat jika ingin membacanya kembali, saya tau di mana halaman puisi favorit saya.

Satu jam setelah dari Gramedia

No comments:

Post a Comment