Sunday, June 16, 2019

Kopi, Lukisan, Kenangan


Listening: Wira Nagara - Kopi, Lukisan, Kenangan

“Lihat. Tepat setelah lampu lampu dipadamkan, kau menyala sebagai satu-satunya yang kurindukan. Disini, di tempat yang paling kau hindari, Aku pernah berdiri menggores kata, menulis warna. Pada ratapan panjang yang menguat dalam dinding kecemasan, Aku mengisahkan kenangan di kepasrahan yang begitu lapang. Retak berserakan tanpa kediaman. Terkoyak sepi, melayang diantara pekat aroma kopi.

Dengar. Tepat setelah jejak jejak dilangkahkan, Kau menyapa sebagai satu satunya yang kunantikan. Disini, dipeluk yang pernah kau nikmati. Aku masih sendiri. Mencari kehilangan. Menemui perpisahan. Pada letupan kenang yang memuat ruang kekosongan, Aku membicarakan senyummu di keindahan yang telah hilang, hancur berkeping, tersapu kesunyian, terinjak lara, melarut dalam pahit yang diseduh air mata.

Tunggu. Santailah sejenak. Karena tepat setelah meja meja ditinggalkan, kedai ini menyesak sebagai satu satunya keterangan. Satu kisah yang pernah kita upayakan, beribu rencana yang pernah kita perjuangkan, lenyap. Kau memutuskan berpindah hati sebelum satu persatu rencana kita berhasil diwujudkan. Menggores kesadaran. Menyayat perasaan. Pada setiap kata yang memuat pertanyaan.
Aku mencari kau yang kurindukan
Aku menyapa kau yang kunantikan
Aku mencari
Aku menyapa
Aku menanti
Aku merindu
Aku terisak
Aku menunggu hadirmu

Dan kini satu satunya yang tersisa hanyalah goresan yang kubuat sebagai prasasti kesendirian. Kapanpun sunyi merasuk jiwamu, kemarilah. Pesan kopi terpahit dengan kenangan termanismu. Genggam kesedihanmu sebagai duka paling bahagia. Dan bila hatimu butuh didengarkan. Temui aku dalam perbincangan. Niscaya kopi yang kau pesan. Tak akan pernah sepahit kehilangan.”

Akhir-akhir ini saya sedang senang berkunjung ke youtubenya Wira. Pertama kali tau tentangnya, adalah saat ia ikut stand up comedy. Kemudian Fiersa Besari membuat sebuah projek yang bernama Suar Aksara pada tahun 2017 bersama Wira dan Panji. Suar Aksara ini merupakan sebuah proyek musik dan puisi yang dibuat selama mereka melakukan perjalanan. Menciptakan bait-bait puisi, instrument nada, pengambilan video, serta proses rekaman.  Di sana, saya baru tau, ternyata Wira pandai berpuisi. Bahkan, ia sudah menjadi penulis dan menerbitkan bukunya. Unik sih, seorang stand up comedy, bisa begitu indah membawakan puisi-puisinya, penuh perasaan.

Kopi, Lukisan, Kenangan, adalah favorit saya. Selain itu, ada Musikalisasi Puisi yang berjudul Pesanku, juga menarik perhatian saya. Seperti ini penggalan Musikalisasi Puisinya.
Nyatanya dia hanya ingin ditemani, bukan dilengkapi.
Tak pernah merindukanmu, dia hanya benci sendiri.
Bagai badut yang membawa tawa dan cerita
Begitu tangisnya berhenti dia beralih ke lain hati.

Ada juga Musikalisasi Puisi dengan genre yang tidak mellow, tapi tetap penuh perasaan, Judulnya Aritmia. Nah, kalau yang ini Wira membawakannya bersama sang stand up comedy juga yaitu Dodit Mulyanto.

So, kalau bosan dengan konten-konten youtube yang setiap hari kamu dengar, saya rekomendasiin deh untuk dengan puisi-puisinya Wira. Jangan lupa pakai headset kamu ya.

No comments:

Post a Comment