Listening:
Wira Nagara - Kopi, Lukisan, Kenangan
“Lihat.
Tepat setelah lampu lampu dipadamkan, kau menyala sebagai satu-satunya yang
kurindukan. Disini, di tempat yang paling kau hindari, Aku pernah berdiri
menggores kata, menulis warna. Pada ratapan panjang yang menguat dalam dinding
kecemasan, Aku mengisahkan kenangan di kepasrahan yang begitu lapang. Retak
berserakan tanpa kediaman. Terkoyak sepi, melayang diantara pekat aroma kopi.
Dengar.
Tepat setelah jejak jejak dilangkahkan, Kau menyapa sebagai satu satunya yang
kunantikan. Disini, dipeluk yang pernah kau nikmati. Aku masih sendiri. Mencari
kehilangan. Menemui perpisahan. Pada letupan kenang yang memuat ruang kekosongan,
Aku membicarakan senyummu di keindahan yang telah hilang, hancur berkeping,
tersapu kesunyian, terinjak lara, melarut dalam pahit yang diseduh air mata.
Tunggu.
Santailah sejenak. Karena tepat setelah meja meja ditinggalkan, kedai ini
menyesak sebagai satu satunya keterangan. Satu kisah yang pernah kita upayakan,
beribu rencana yang pernah kita perjuangkan, lenyap. Kau memutuskan berpindah
hati sebelum satu persatu rencana kita berhasil diwujudkan. Menggores
kesadaran. Menyayat perasaan. Pada setiap kata yang memuat pertanyaan.
Aku
mencari kau yang kurindukan
Aku
menyapa kau yang kunantikan
Aku
mencari
Aku
menyapa
Aku
menanti
Aku
merindu
Aku
terisak
Aku
menunggu hadirmu
Dan
kini satu satunya yang tersisa hanyalah goresan yang kubuat sebagai prasasti
kesendirian. Kapanpun sunyi merasuk jiwamu, kemarilah. Pesan kopi terpahit dengan
kenangan termanismu. Genggam kesedihanmu sebagai duka paling bahagia. Dan bila
hatimu butuh didengarkan. Temui aku dalam perbincangan. Niscaya kopi yang kau
pesan. Tak akan pernah sepahit kehilangan.”
Akhir-akhir ini saya sedang senang
berkunjung ke youtubenya Wira. Pertama kali tau tentangnya, adalah saat ia ikut
stand up comedy. Kemudian Fiersa Besari membuat sebuah projek yang bernama Suar
Aksara pada tahun 2017 bersama Wira dan Panji. Suar Aksara ini merupakan sebuah
proyek musik dan puisi yang dibuat selama mereka melakukan perjalanan.
Menciptakan bait-bait puisi, instrument nada, pengambilan video, serta proses
rekaman. Di sana, saya baru tau,
ternyata Wira pandai berpuisi. Bahkan, ia sudah menjadi penulis dan menerbitkan
bukunya. Unik sih, seorang stand up comedy, bisa begitu indah membawakan
puisi-puisinya, penuh perasaan.
Kopi,
Lukisan, Kenangan, adalah favorit saya. Selain itu, ada
Musikalisasi Puisi yang berjudul Pesanku,
juga menarik perhatian saya. Seperti ini penggalan Musikalisasi Puisinya.
Nyatanya
dia hanya ingin ditemani, bukan dilengkapi.
Tak
pernah merindukanmu, dia hanya benci sendiri.
Bagai
badut yang membawa tawa dan cerita
Begitu
tangisnya berhenti dia beralih ke lain hati.
Ada juga Musikalisasi Puisi dengan
genre yang tidak mellow, tapi tetap penuh perasaan, Judulnya Aritmia. Nah,
kalau yang ini Wira membawakannya bersama sang stand up comedy juga yaitu Dodit
Mulyanto.
So, kalau bosan dengan konten-konten
youtube yang setiap hari kamu dengar, saya rekomendasiin deh untuk dengan
puisi-puisinya Wira. Jangan lupa pakai headset kamu ya.
No comments:
Post a Comment