April telah berlalu. Niatnya awal
April saya akan membuat postingan tentang lagu April, sebuah lagu dari Fiersa
Besari tentang April-nya. Tetapi, niat tersebut hanya berakhir dengan cover-an
durasi kecil ala Instagram Story di akun saya sendiri, tepat di penghujung
bulan April, tanggal 30. Masih tentang lagu April, lupa sih kapan pertama kali
saya tau tentang lagu April, tetapi yang jelas, pertama mendengarnya saya
seketika langsung jatuh cinta. Sampai sekarang.
Oya, beberapa hari ini ada banyak
quote bagus yang saya temukan dan beberapa kiriman dari teman-teman. Saya ingin
menulisnya di sini. Barangkali, ada teman-teman yang belum tau, dan mungkin bisa
terinspirasi.
Ini salah satu kiriman dari teman saya
melalui DM, dari akun IG @kartinifastuti
Istirahatlah Sejenak!
“Aku
capek. Aku pengen berhenti.” Kata-kata itu masih tertahan di rongga dada.
Sesak. Tetapi kamu tidak ingin memuntahkannya. Karena bagaimanapun, meski
terlatih, kamu harus terus berjalan. Kamu tengok ke belakang: orang-orang
seperti ingin menangkapmu. Kamu pandang ke depan: orang-orang seperti
menghujanimu banyak pertanyaan tentang kapan giliran kamu tiba di sana. “Aku
pengen udahan aja,” katamu sekali lagi. Kamu tak ingin menyusul siapa-siapa.
Tak ingin meraih apa-apa. Masa bodoh dengan tapak demi tapak tak selesai yang
telah dimulai. Kamu menyalahkan dirimu sendiri yang pernah terlalu banyak
berambisi, berjanji ke sana ke mari, mengambil porsi dan posisi sesuka hari.
Kamu menyesal, amat menyesal. “Seharusnya aku enggak di sini.” Seharusnya kamu
memang tidak di sini: di tempat kamu putus asa ini. Kamu harus ada disebelah
sini: di tempat kamu memeluk diri sendiri. Istirahatlah. Tetapi jangan diam.
Ajak dirimu bicara. Dirimu, diri yang begitu pemalu, terlalu sering kamu
tinggalkan. Kenali lebih dalam apa gairahmu. Periksa lebih teliti apa yang
terlupakan. Adakah beban yang membuatmu kelelahan? Berceritalah. Katakan pada
dirimu, “Kamu boleh berhenti. Tapi, tolong, jangan selamanya. Berhenti
selamanya sama dengan menyerah. Dan menyerah itu.. seperti kekalahan paling
menyedihkan. Aku nggak suka kamu menyerah.” Arahkan matamu ke seberang lautan
satu kali dan tatap langkah kakimu berkali-kali. Kamu harus fokus pada
perjalanan, bukan pada tujuan. Kamu harus cermat pada persiapan, bukan pada
cara-cara untuk tidak sempat dikalahkan. Jangan tergesa-gesa berenang seperti
mereka. Santai. Duduk saja. Renungkan bagaimana kamu bisa menyeberang lebih
mudah. Rakit sampan dan kayuh misalnya. Abaikan teriakan yang mengganggu. Ada
cita-cita mulia yang bisa kamu gapai setiap detik, di setiap titik: ibadah. Ke
sanalah kamu akan sampai. Akan sampai.
Terkadang, saya merasa berada dititik itu. Capek, ingin berhenti. Rasa-rasanya, saya merasa bahwa seharusnya
saya tidak berada di sini, dititik ini, dengan porsi ini. Tetapi, jika saya
memilih untuk berhenti, maka saya benar-benar kalah. Jadi, saya putuskan untuk
tetap berjalan, sambil sesekali mengambil jeda, untuk beristirahat.
Another
quote, yang saya temukan di IG, @liveinthedetails
“I
lost you. But I found me. So I win.”
Quote
dari Emma Grace.
Bener nggak?
Kalian pernah ngalamin suatu ‘kehilangan?’
Setelah kehilangan, apa kalian
benar-benar menemukan diri kalian sendiri? Kalau iya, Congrats. You win. Karena tidak ada yang lebih baik dari sebuah
kehilangan selain kita menemukan diri kita sendiri. Menemukan jati diri.
Menemukan arah langkah akan kemana. Menemukan tempat istirahat. Melanjutkan
mimpi. Mendalami passion. Banyak hal.
Intinya, benar-benar menemukan diri sendiri.
Another
quote.
Dari Rintik Sedu, alias Tsana.
“Kadang,
lebih mudah baikan sama orang lain daripada sama diri sendiri. Lebih mudah tau
orang lain lagi kenapa, daripada diri sendiri yang ternyata punya banyak masalah.
Lebih kenal orang lain, daripada sama diri sendiri. Enggak semua orang pintar
cerita. Enggak semua orang berteman baik sama hatinya sendiri. Enggak semua
orang berani minta maaf sama diri sendiri. Dalam hubungan ini, jangan sampai
kamu kehilangan kamu, kita kehilangan kita, sendiri kehilangan sendiri. Jaga
jarak maaf.”
Nah, kalau situasi seperti ini?
Kadang iya sih, merasa paling jago
jadi telinga buat orang-orang sekitar. Padahal diri sendiri juga sedang butuh
telinga. Apalagi kalau bicara tentang rasa kecewa. Dibuat kecewa sama orang
lain, ya, lumayan lah, cukup sering. Tetapi setiap rasa kecewa itu, punya jalan
keluarnya masing-masing, yaitu memilih untuk melupakan atau memilih untuk ‘masa
bodoh’. Nah, yang luar biasanya adalah jusru ketika kita merasa kecewa pada
diri sendiri. Saat saya kecewa pada diri saya sendiri. Susah jalan keluarnya.
Mana ada pilihan seperti melupakan dan masa bodoh? Ya, jalan keluarnya adalah
berani meminta maaf pada diri sendiri, atas rasa kecewa yang pernah kita buat
terhadap diri sendiri.
So, bagaimana cara kita memulai dan
mengakhiri sesuatu yang terkadang tidak berjalan sesuai harapan? Percaya pada
diri sendiri. Jangan pernah sungkan mengajak diri sendiri untuk berbicara.
Karena memahami dalam diam saja ternyata tidak cukup.
“Sebab bukan berapa lama kita hidup. Tetapi
seberapa berarti kita menghabiskan waktu.” - K
No comments:
Post a Comment