Sunday, May 5, 2019

(Being) Understand

Hello May
April telah berlalu. Niatnya awal April saya akan membuat postingan tentang lagu April, sebuah lagu dari Fiersa Besari tentang April-nya. Tetapi, niat tersebut hanya berakhir dengan cover-an durasi kecil ala Instagram Story di akun saya sendiri, tepat di penghujung bulan April, tanggal 30. Masih tentang lagu April, lupa sih kapan pertama kali saya tau tentang lagu April, tetapi yang jelas, pertama mendengarnya saya seketika langsung jatuh cinta. Sampai sekarang.

Oya, beberapa hari ini ada banyak quote bagus yang saya temukan dan beberapa kiriman dari teman-teman. Saya ingin menulisnya di sini. Barangkali, ada teman-teman yang belum tau, dan mungkin bisa terinspirasi.

Ini salah satu kiriman dari teman saya melalui DM, dari akun IG @kartinifastuti
Istirahatlah Sejenak!
“Aku capek. Aku pengen berhenti.” Kata-kata itu masih tertahan di rongga dada. Sesak. Tetapi kamu tidak ingin memuntahkannya. Karena bagaimanapun, meski terlatih, kamu harus terus berjalan. Kamu tengok ke belakang: orang-orang seperti ingin menangkapmu. Kamu pandang ke depan: orang-orang seperti menghujanimu banyak pertanyaan tentang kapan giliran kamu tiba di sana. “Aku pengen udahan aja,” katamu sekali lagi. Kamu tak ingin menyusul siapa-siapa. Tak ingin meraih apa-apa. Masa bodoh dengan tapak demi tapak tak selesai yang telah dimulai. Kamu menyalahkan dirimu sendiri yang pernah terlalu banyak berambisi, berjanji ke sana ke mari, mengambil porsi dan posisi sesuka hari. Kamu menyesal, amat menyesal. “Seharusnya aku enggak di sini.” Seharusnya kamu memang tidak di sini: di tempat kamu putus asa ini. Kamu harus ada disebelah sini: di tempat kamu memeluk diri sendiri. Istirahatlah. Tetapi jangan diam. Ajak dirimu bicara. Dirimu, diri yang begitu pemalu, terlalu sering kamu tinggalkan. Kenali lebih dalam apa gairahmu. Periksa lebih teliti apa yang terlupakan. Adakah beban yang membuatmu kelelahan? Berceritalah. Katakan pada dirimu, “Kamu boleh berhenti. Tapi, tolong, jangan selamanya. Berhenti selamanya sama dengan menyerah. Dan menyerah itu.. seperti kekalahan paling menyedihkan. Aku nggak suka kamu menyerah.” Arahkan matamu ke seberang lautan satu kali dan tatap langkah kakimu berkali-kali. Kamu harus fokus pada perjalanan, bukan pada tujuan. Kamu harus cermat pada persiapan, bukan pada cara-cara untuk tidak sempat dikalahkan. Jangan tergesa-gesa berenang seperti mereka. Santai. Duduk saja. Renungkan bagaimana kamu bisa menyeberang lebih mudah. Rakit sampan dan kayuh misalnya. Abaikan teriakan yang mengganggu. Ada cita-cita mulia yang bisa kamu gapai setiap detik, di setiap titik: ibadah. Ke sanalah kamu akan sampai. Akan sampai.

Terkadang, saya merasa berada dititik itu. Capek, ingin berhenti. Rasa-rasanya, saya merasa bahwa seharusnya saya tidak berada di sini, dititik ini, dengan porsi ini. Tetapi, jika saya memilih untuk berhenti, maka saya benar-benar kalah. Jadi, saya putuskan untuk tetap berjalan, sambil sesekali mengambil jeda, untuk beristirahat.

Another quote, yang saya temukan di IG, @liveinthedetails
I lost you. But I found me. So I win.”
Quote dari Emma Grace.

Bener nggak?
Kalian pernah ngalamin suatu ‘kehilangan?’
Setelah kehilangan, apa kalian benar-benar menemukan diri kalian sendiri? Kalau iya, Congrats. You win. Karena tidak ada yang lebih baik dari sebuah kehilangan selain kita menemukan diri kita sendiri. Menemukan jati diri. Menemukan arah langkah akan kemana. Menemukan tempat istirahat. Melanjutkan mimpi. Mendalami passion. Banyak hal. Intinya, benar-benar menemukan diri sendiri.

Another quote.
Dari Rintik Sedu, alias Tsana.
“Kadang, lebih mudah baikan sama orang lain daripada sama diri sendiri. Lebih mudah tau orang lain lagi kenapa, daripada diri sendiri yang ternyata punya banyak masalah. Lebih kenal orang lain, daripada sama diri sendiri. Enggak semua orang pintar cerita. Enggak semua orang berteman baik sama hatinya sendiri. Enggak semua orang berani minta maaf sama diri sendiri. Dalam hubungan ini, jangan sampai kamu kehilangan kamu, kita kehilangan kita, sendiri kehilangan sendiri. Jaga jarak maaf.”

Nah, kalau situasi seperti ini?
Kadang iya sih, merasa paling jago jadi telinga buat orang-orang sekitar. Padahal diri sendiri juga sedang butuh telinga. Apalagi kalau bicara tentang rasa kecewa. Dibuat kecewa sama orang lain, ya, lumayan lah, cukup sering. Tetapi setiap rasa kecewa itu, punya jalan keluarnya masing-masing, yaitu memilih untuk melupakan atau memilih untuk ‘masa bodoh’. Nah, yang luar biasanya adalah jusru ketika kita merasa kecewa pada diri sendiri. Saat saya kecewa pada diri saya sendiri. Susah jalan keluarnya. Mana ada pilihan seperti melupakan dan masa bodoh? Ya, jalan keluarnya adalah berani meminta maaf pada diri sendiri, atas rasa kecewa yang pernah kita buat terhadap diri sendiri.

So, bagaimana cara kita memulai dan mengakhiri sesuatu yang terkadang tidak berjalan sesuai harapan? Percaya pada diri sendiri. Jangan pernah sungkan mengajak diri sendiri untuk berbicara. Karena memahami dalam diam saja ternyata tidak cukup.

“Sebab bukan berapa lama kita hidup. Tetapi seberapa berarti kita menghabiskan waktu.” - K

No comments:

Post a Comment