Rasanya saya seperti akan gila.
“Saya macam anak gila sebentar lagi,
memandang profil WA dia kapan online. Ngetik, hapus, ngetik, hapus. Kalau nanti
saya benar-benar gila, tolong bantu pulihkan ingatan saya lagi ya, vi.”
Curhat saya disebuah laman chat WA
pada seorang teman.
Saat menulis ini, saya sedang
mendengarkan lagu nya Fourtwnty - Bukan Untukku. Tentu saja sambil menahan diri
untuk tidak benar-benar menjadi gila. Jadi saya memutuskan membuka laptop dan
menulis tulisan ini.
Pasalnya adalah, saya dilanda perasaan
‘aneh’ semenjak tadi pagi. Ada sesuatu yang terus mengganggu pikiran saya.
Beberapa usaha kecil sudah saya lakukan dari pagi, tetapi hingga malam ini,
ketik-hapus-ketik-hapus masih saja saya lakukan tanpa berani menekan tombol ‘send’.
Seorang teman.
Ini semua bermula dari beberapa tahun
silam. Sebuah kedekatan, sebuah pertemanan, sebuah kehilangan. Alurnya memang
demikian. Saat tiba di titik kehilangan seperti ini, saya kembali flashback
dengan keadaan beberapa tahun lalu. Bagaimana kami berbincang, bercerita
tentang masa SMA. Saling membantu, menutupi tugas satu sama lain. Bercerita
tentang planning kedepan, tentang sepenggal masa lalu. Hingga tiba disuatu
hari, saya patah hati.
Saat itu, saya dan dia sedang
mengikuti sebuah kegiatan. Kami duduk sambil berbagi cerita, hingga ia
menyeletuk.
“Sibukkin diri, ikut-ikut acara dan
kegiatan, ketemu orang-orang. Rasa patah hati itu akan hilang seiring waktu.” Ucapnya
setelah saya bercerita tentang sebuah rasa patah hati. Saya hanya terdiam
saat itu sambil merenungi kalimatnya.
“Ya, kayak acara hari ini. Apalagi
kita duduk di meja paling depan, ketemu orang-orang terus. Pasti rasa galaunya hilang.”
Sambungnya kembali.
Sebuah nasihat darinya yang sampai
saat ini masih begitu terkenang, masih begitu melekat. Karena kalimatnya
benar-benar saya buktikan selama 2 hari dalam kegiatan tersebut. Sibuk atau
menyibukkan diri, hingga tidak ada waktu untuk memikirkan rasa galau, juga
bertemu orang-orang baru. Selama 2 hari dalam kegiatan tersebut, saya merasakan efek yang cukup besar
dalam hidup saya. Bisa dikatakan, dia termasuk salah satu yang mengubah hidup
saya.
“Bisakah saya mengembalikan sesuatu yang telah
hilang? Tidak. Bukan telah hilang. Tetapi, mengembalikan yang belum benar-benar
hilang. Dia belum benar-benar hilang.”
Dan sekarang, setelah menulis ini,
saya memutuskan untuk memilih tombol ‘send’.
“Apa kabar?”
Could
you stay to be my friend? I mean, my best friend?
No comments:
Post a Comment