Friday, February 15, 2019

Jangan Seperti Bapak

Hai, saya kembali jatuh cinta. Bukan pada matahari yang kian terbenam, yang sinar emasnya berpadu merah melebur menjadi senja. Bukan pula pada pagi, yang membawa sejuta harapan untuk mengawali hari. Bukan pula pada desir ombak yang mengepung keheningan lalu pecah membawa ketenangan, tenang.

Saya kembali jatuh cinta, pada hal yang sama. Kalau cinta ini pada seseorang, mungkin ini seperti jatuh cinta lagi, berkali-kali pada orang yang sama. Sama seperti air putih, berkali-kali mencicipi berbagai jenis minuman, pada air putih, haus ini selalu terobati.

Ya, saya kembali jatuh cinta, sama seperti dahulu. Sama tak pernah berubah

Beberapa hari terakhir saya sedang senang mendengarkan 1 lagu bergenre folk. Ya, tentu saja. Musik folk, musiknya anak indie. Musik yang hanya didengar oleh segelintir orang. Karena hanya segelintir orang, jadi menurut saya, mereka tentu saja spesial. Tidak, saya sedang tidak memuji diri sendiri, ataupun pendengar musik indie yang kebanyakan bergenre folk. Tetapi memang begitulah kenyataannya. Indie itu, spesial. Saking spesialnya beberapa hari terakhir ini para musisi indie sedang memperjuangkan karya mereka, hidup mereka.

Pernah mendengar tentang RUU permusikan? Yang akhir-akhir ini marak di media sosial. Hmm saya sebenarnya enggak begitu paham ya, dengan dunia musik apalagi politik. Tapi melihat gencarnya musisi indie yang selama ini berkarya dari hati, menolak keras RUU Permusikan yang dibuat oleh Anang Hermansyah, membuat saya berpikir untuk sepaham dengan musisi indie ini. Ternyata, terdapat beberapa pasal dalam RUU tersebut yang menghambat dan membatasi mereka dalam berkarya. Selain itu, menurut berita yang saya baca, para musisi indie keberatan dengan pasal yang mengatur distribusi karya musik. Artinya mereka tidak lagi memiliki ruang untuk mendistribusikan karyanya secara mandiri. Nah lo, merugikan musisi indie enggak? Tetapi terakhir, sepertinya RUU permusikan tersebut dibatalkan.

Oke, tapi kali ini sebenarnya inti tulisan saya bukan itu sih. Saya ingin mengenalkan lagi, musisi indie yang luar biasa. Saya begitu antusias dengan karya-karyanya. Namanya Iksan Skuter.

Bagaimana, pernah dengar, atau terdengar asing?

Jujur, sebenarnya saya baru tau, baru saja beberapa hari lalu. Jadi, semoga kalau ini hari pertamu tau tentang Iksan Skuter, semoga kau juga bisa jatuh cinta ya. Kalau sudah pernah dengar, ya enggak apa apa. Bagus malahan. Tetapi, apakah sudah cinta?

Apa yang membuat saya terkesan dengan Iksan Skuter? Mungkin karena judul lagu pertamanya yang saya dengar adalah Jangan Seperti Bapak. Rasa-rasanya tipikal lagu seperti ini belum pernah saya dengar. Makna yang tersirat pada lagu tersebut terasa begitu dalam. Sebuah pesan, pesan dari Bapak.

Nak, janganlah seperti bapak
Yang susah mewujudkan mimpinya
Besarlah dengan semua harapan yang kamu miliki
Ku iringi doa dari hati kami
Iksan Skuter – Jangan Seperti Bapak

Tidak sampai disitu, saya mendengar beberapa lagunya yang lain. Karya-karyanya seakan menghidupkan beberapa pesan yang terkesan mati, padahal semuanya menyuarakan suara manusia.

Lagu Iksan Skuter lainnya, yang sama menyentuhnya seperti lagu Jangan Seperti Bapak adalah “Bapak.” Video clipnya juga ok. Musisi Indie yang rekomended pokoknya. Selamat mendengarkan ya. Semoga perasaanmu bisa saya seperti saya.

No comments:

Post a Comment