Sunday, February 17, 2019

Lupa, Harus Berubah


“Rasa lupa itu, kalau terus dicoba lupa, akan sulit untuk dilupa. Biar ia lupa dengan lupanya sendiri.” – K

Kau tau, hari ini untuk pertama kalinya, saya terpaksa mengenang sepenggal kesedihan. Setelah pudar sebuah rasa sakit, hari ini luka lama harus terangkat kembali.

Saya pikir, rasa sakitnya akan sama, masih sama. Tetapi, pada akhirnya saya saja yang terlalu penakut. Semua baik-baik saja.

Tempat berubah, orang berubah, suasana berubah, meski kenangan tetap sama, kenangan buruk kian harus tergantikan. Dan hari ini, saya memutuskan untuk mengubahnya menjadi kenangan lain.

Sebuah tempat, sebuah cerita.

Dulu saya berpikir, saya tidak akan pernah kembali ke tempat itu lagi. Dulu saya berjanji, bahwa hari itu akan menjadi hari terakhir saya berada disana. Dulu, saya sepenakut itu untuk kembali. Khawatir, saya menjadi tidak baik-baik saja. Sepenakut itu, bahkan saya merasa tidak pernah siap, benar-benar tidak pernah. Tetapi, hari ini setelah berdebat dengan diri sendiri dan memastikan bahwa saya akan tetap baik-baik saja, sayapun melangkah. Saya siap, sudah siap. Tidak ada lagi rasa sakit, tidak ada lagi penyesalan, bahkan saya lebih banyak tertawa. Saya baik-baik saja.

Ini hanya sebuah tempat, hanya sebuah cerita.

Adakah inti dari tulisan ini?
Sehambar-hambarnya kisah ini, ada sesuatu yang pada akhirnya saya sadari, dan kamupun harus menyadarinya.

See.
Perubahan justru dimulai dari diri sendiri. Ketika saya berniat untuk berubah, ketika hati, jiwa dan raga saya ingin berubah, saya harus berubah. Saya harus berani. Saya harus siap. Rasa takut perlu dilawan, rasa sedih perlu disampingkan. Saya hanya perlu memulai.

No comments:

Post a Comment