“Kita percaya, bahwa semesta selalu
memberikan yang terbaik. Segala mimpi, selalu ada seutas harapan. Tinggal
bagaimana kita menemukannya.” –K
Jadi, mau membaca cerita saya hari
ini?
Jika kau seorang peramal, jenis cerita
seperti apa yang akan saya suguhkan kali ini?
Bisakah kau tebak? Seperti menebak isi
hati seseorang?
Sudah lama tidak menikmati sunset
dilautan. Hari ini saya pikir akan jadi hari yang tepat untuk merealisasikan
salah satu rencana diawal tahun 2019. Setelah mengikuti sebuah acara singkat di
komunitas dari pagi hari, di siang hari saya memutuskan untuk mengunjungi
sebuah pantai yang begitu indah. Sebuah pantai yang tidak pernah bosan untuk
saya kunjungi. Ok, sebenarnya ini bukan rencana dadakan, tetapi sudah saya
rencakan dari sekitar 2-3 hari lalu bersama beberapa teman. Dan, munculah
keinginan untuk melihat sunset sore ini. Tidak hanya sekedar melihat sunset
sih, tetapi hunting foto dan juga video tentu saja. Kamera dan tripod pun ready
dan siap untuk berkarya bersama hari ini.
Singkat cerita, menjelang sore hari,
setelah asar, tiba-tiba langit yang dari tadi sedang galau antara cerah dan
mendung, akhirnya memutuskan pilihannya. Langit lebih memilih mencurahkan segala
perasaannya pada sore tadi. Rintik hujan yang semula hanya butiran-butiran
kecil berubah besar dan deras. Menurut saya, langit sudah cukup lelah menahan
beban yang membuatnya begitu kelabu. Wajar saja sih, hujan datang begitu cepat.
Dan planning ‘sunset’ yang telah saya
rencakan, akan gagal.
Akan gagal.
Akan.
Saya melihat jarum jam. Masih pukul 4.30.
‘Oke, masih ada sekitar 1 jam setengah lagi sebelum sunset benar-benar bisa
dinikmati. Hujan bisa saja reda’ pikir saya. Akhirnya, kami memilih duduk
dan berbincang-bincang menunggu hujan reda. Benarkah hujan akan reda? tanya saya
kembali. Duduk dan berbincang-bincang? Mereka iya, saya tidak. Kenapa?
Entahlah, saya merasa kaki dan tangan tak bisa duduk dan diam saja di jambo
(tempat duduk didekat pantai). Saya memilih mengitari beberapa jambo, menangkap
momen rintik-rintik hujan yang jatuh dan membasahi beberapa tempat dipinggiran
jambo.
Jarum jam menunjukkan angka 5. Saya
mulai dilema. Benar-benar dilema. Mencoba tetap optimis dan berkata “Ok, masih
ada 1 jam lagi sebelum sunset tiba. Semoga hujan reda.” Namun celetuk sana sini
seolah membuat saya kerap ragu.
‘Jangan terlalu berharap’ ucapnya.
‘K, tidak ditakdirkan untuk melihat
sunset hari ini.’ Ucapnya
‘K, belum dapat restu Tuhan hari ini’
ucapnya
Tidak.
Saya masih optimis. Masih ada 1 jam
lagi. Apapun bisa terjadi dalam 1 jam. Bahkan hujan bisa saja reda dalam 5
menit ke depan.
Tenang, tenang. Masih ada harapan.
‘Jangan terlalu berharap’
Saya tidak terlalu berharap. Saya
hanya optimis.
Ternyata, optimis dan terlalu berharap
itu beda tipis ya. Sangat tipis. Tipis sih, tapi dampak yang ditimbulkan
justru bisa jauh berbeda, sangat jauh.
Sambil mengisi seluruh
pikiran dan harapan dengan optimisme, kami pun bermain Q n A.
Pukul setengah 6 lewat, saya memandang
langit sebelah barat. Langit yang kelabu kian pudar. Namun, masih belum
tergantikan dengan cahaya mentari. Kamipun memilih mengakhiri permainan Q n A di jambo, dan
turun ke pantai.
Pukul 6 lewat. Sambil menenggelamkan
kepala dalam balutan ombak, saya melihat langit sebelah barat kembali. Secercah
cahaya perlahan timbul. Pelan, perlahan, aroma sunset mulai tercium dari bola
mata saya. Sebuah senyum bahagia menghiasi wajah saya saat itu juga.
Langit kelabu tersebut kini berubah,
meski tidak secerah yang saya harapkan. Tetapi sinar-sinar itu cukup membuat
hari saya genap dipenghujung sore ini.
Ternyata, optimis dan terlalu berharap
itu beda tipis ya. Sangat tipis. Karena tipisnya, dampak yang ditimbulkan
justru bisa jauh berbeda, sangat jauh. Hasil dari terlalu berharap hanyalah
rasa kecewa dan penyesalan. Tentu saja, karena rasa terlalu berharap yang tak
kunjung memberikan hasil akan berdampak pada rasa kecewa dan penyesalan.
Sedangkan rasa optimis, apapun hasilnya bisa diterima. Setidaknya jika bukan hasil
yang baik, akan ada rasa syukur yang kerap menutupi segala hal yang terjadi.
Seperti sore ini. Meski nyaris putus asa dan rasanya ingin memilih pulang saja,
ternyata aroma sunset bisa hadir dipenghujung hari. Meski tidak sempurna, namun
sunset tetap bisa dinikmati.
Apa kesimpulannya? Terlalu berharap,
JANGAN! OPTIMIS, harus!
Siang hari, saat masih cerah |
Hujan disore hari, kami duduk di jambo |
Sedang menatap 'harapan' |
Secuil harapan. Meskipun tidak sempurna, inilah salah satu bentuk rasa syukur |
No comments:
Post a Comment