Sunday, January 20, 2019

Sunset


“Kita percaya, bahwa semesta selalu memberikan yang terbaik. Segala mimpi, selalu ada seutas harapan. Tinggal bagaimana kita menemukannya.” –K

Jadi, mau membaca cerita saya hari ini?
Jika kau seorang peramal, jenis cerita seperti apa yang akan saya suguhkan kali ini?
Bisakah kau tebak? Seperti menebak isi hati seseorang?

Sudah lama tidak menikmati sunset dilautan. Hari ini saya pikir akan jadi hari yang tepat untuk merealisasikan salah satu rencana diawal tahun 2019. Setelah mengikuti sebuah acara singkat di komunitas dari pagi hari, di siang hari saya memutuskan untuk mengunjungi sebuah pantai yang begitu indah. Sebuah pantai yang tidak pernah bosan untuk saya kunjungi. Ok, sebenarnya ini bukan rencana dadakan, tetapi sudah saya rencakan dari sekitar 2-3 hari lalu bersama beberapa teman. Dan, munculah keinginan untuk melihat sunset sore ini. Tidak hanya sekedar melihat sunset sih, tetapi hunting foto dan juga video tentu saja. Kamera dan tripod pun ready dan siap untuk berkarya bersama hari ini.

Singkat cerita, menjelang sore hari, setelah asar, tiba-tiba langit yang dari tadi sedang galau antara cerah dan mendung, akhirnya memutuskan pilihannya. Langit lebih memilih mencurahkan segala perasaannya pada sore tadi. Rintik hujan yang semula hanya butiran-butiran kecil berubah besar dan deras. Menurut saya, langit sudah cukup lelah menahan beban yang membuatnya begitu kelabu. Wajar saja sih, hujan datang begitu cepat.

Dan planning ‘sunset’ yang telah saya rencakan, akan gagal.

Akan gagal.
Akan.

Saya melihat jarum jam. Masih pukul 4.30. ‘Oke, masih ada sekitar 1 jam setengah lagi sebelum sunset benar-benar bisa dinikmati. Hujan bisa saja reda’ pikir saya. Akhirnya, kami memilih duduk dan berbincang-bincang menunggu hujan reda. Benarkah hujan akan reda? tanya saya kembali. Duduk dan berbincang-bincang? Mereka iya, saya tidak. Kenapa? Entahlah, saya merasa kaki dan tangan tak bisa duduk dan diam saja di jambo (tempat duduk didekat pantai). Saya memilih mengitari beberapa jambo, menangkap momen rintik-rintik hujan yang jatuh dan membasahi beberapa tempat dipinggiran jambo.

Jarum jam menunjukkan angka 5. Saya mulai dilema. Benar-benar dilema. Mencoba tetap optimis dan berkata “Ok, masih ada 1 jam lagi sebelum sunset tiba. Semoga hujan reda.” Namun celetuk sana sini seolah membuat saya kerap ragu.
‘Jangan terlalu berharap’ ucapnya.
‘K, tidak ditakdirkan untuk melihat sunset hari ini.’ Ucapnya
‘K, belum dapat restu Tuhan hari ini’ ucapnya

Tidak.
Saya masih optimis. Masih ada 1 jam lagi. Apapun bisa terjadi dalam 1 jam. Bahkan hujan bisa saja reda dalam 5 menit ke depan.
Tenang, tenang. Masih ada harapan.

Jangan terlalu berharap
Saya tidak terlalu berharap. Saya hanya optimis.

Ternyata, optimis dan terlalu berharap itu beda tipis ya. Sangat tipis. Tipis sih, tapi dampak yang ditimbulkan justru bisa jauh berbeda, sangat jauh.

Sambil mengisi seluruh pikiran dan harapan dengan optimisme, kami pun bermain Q n A.

Pukul setengah 6 lewat, saya memandang langit sebelah barat. Langit yang kelabu kian pudar. Namun, masih belum tergantikan dengan cahaya mentari. Kamipun memilih mengakhiri permainan Q n A di jambo, dan turun ke pantai.
Pukul 6 lewat. Sambil menenggelamkan kepala dalam balutan ombak, saya melihat langit sebelah barat kembali. Secercah cahaya perlahan timbul. Pelan, perlahan, aroma sunset mulai tercium dari bola mata saya. Sebuah senyum bahagia menghiasi wajah saya saat itu juga.

Langit kelabu tersebut kini berubah, meski tidak secerah yang saya harapkan. Tetapi sinar-sinar itu cukup membuat hari saya genap dipenghujung sore ini.

Ternyata, optimis dan terlalu berharap itu beda tipis ya. Sangat tipis. Karena tipisnya, dampak yang ditimbulkan justru bisa jauh berbeda, sangat jauh. Hasil dari terlalu berharap hanyalah rasa kecewa dan penyesalan. Tentu saja, karena rasa terlalu berharap yang tak kunjung memberikan hasil akan berdampak pada rasa kecewa dan penyesalan. Sedangkan rasa optimis, apapun hasilnya bisa diterima. Setidaknya jika bukan hasil yang baik, akan ada rasa syukur yang kerap menutupi segala hal yang terjadi. Seperti sore ini. Meski nyaris putus asa dan rasanya ingin memilih pulang saja, ternyata aroma sunset bisa hadir dipenghujung hari. Meski tidak sempurna, namun sunset tetap bisa dinikmati.
Apa kesimpulannya? Terlalu berharap, JANGAN! OPTIMIS, harus!

Siang hari, saat masih cerah

Hujan disore hari, kami duduk di jambo

Sedang menatap 'harapan'

Secuil harapan. Meskipun tidak sempurna, inilah salah satu bentuk rasa syukur

No comments:

Post a Comment