Wednesday, September 5, 2018

Memulai Kembali


Halo September

Sore tadi saya membuka twitter dan menemukan twit paling romantis hari ini. WHAT? Romantis? NOPE.
Twit yang menampar saya, setelah sekian lama tidak ditampar oleh kehidupan.

Bernard Batubara:
Saya sering dapet curhatan dari followers: “Bang saya dulu seneng nulis, tapi dibilang baperan sama temen, trus saya berhenti.”
Saya gak paham kenapa berhenti nulis cuma karena dibilang baperan. Passion kamu serapuh itu sampai bisa hancur oleh sebutan yang juga gak jelas maknanya?

Nampar kamu gak?

Gila sih memang, beberapa kalimatnya langsung nampar saya sore-sore.
Si follower ini menyampaikan apa yang ingin saya sampaikan. Dan jawaban Bg Bara adalah versi terbaik dari yang selama ini saya harapkan.
Ya benarkan, apasih yang diharapkan dari komentar-komentar negatif netizen selain hanya keterpurukan?

Well, untuk beberapa waktu lalu saya pernah berada di titik “Duh, nulis ini dibilang baper, nulis itu dibilang galau.” and suddenly I stopped.
Dan yang bikin semakin kecewanya adalah komentar-komentar itu berasal dari ‘teman’. How to describe it? I think, friends are those who will encourage all of our efforts. Bukan justru sebaliknya.

Sebagian besar dari mereka, saya katakan bahwa ‘saya sedang tidak galau, saya tidak baper’. Sebagian kecilnya paham, sisanya, hanya mereka yang tau. Tetapi, penjelas itu seperti terdengar SIA-SIA, dan saya sedih seketika.

Benar! Bg Bara benar sekali. Kenapa harus berhenti menulis karena dibilang baperan atau galau?
Passion menulis kamu se-RAPUH itu!!!
Hanya karena kata ‘baper’ dan ‘galau’!

Beberapa menit setelah merasa ditampar dengan cukup keras, saya memasang tulisan tersebut di stori IG dan WA -berharap ada yang ikut tertampar. Ada beberapa pesan masuk, menyetujui. Dari pesan-pesan itu saya belajar, bahwa ternyata tidak sedikit orang yang minder, khawatir dianggap seperti itu, sehingga berhenti, atau bahkan malas untuk memulai. Apa itu menulis, bisnis, public speaking, karya apapun.
Rasanya, siapapun yang sering men-judge tulisan-tulisan orang itu, baiknya dipikir dulu. Kenapa? Setidaknya jika tidak bisa berkarya, jangan mencela.

Sambil menulis ini, saya mendengar lagu dengan headset favorit seperti biasa, sebuah lagu dari Monita - Memulai Kembali, terputar dan saya sadar betapa cocoknya lagu ini.

Matahari sudah di penghujung petang
Kulepas hari dan sebuah kisah
Tentang angan pilu yang dahulu melingkupiku
Sejak saat itu langit senja tak lagi sama

Sebuah janji terbentang di langit biru
Janji yang datang bersama pelangi
Angan-angan pilu pun perlahan-lahan menghilang
Dan kabut sendu pun berganti menjadi rindu

Aku mencari
Aku berjalan
Aku menunggu
Aku melangkah
Pergi

Saya rasa setelah selama ini berhenti, inilah waktunya untuk memulai kembali. Mencari, berjalan, menunggu, melangkah, pergi, apapun itu, yang penting memulai kembali.

No comments:

Post a Comment