Monday, August 27, 2018

Opini Siapa?


“Kalau berusaha untuk di dengar itu sulit maka mulailah mendengar terlebih dahulu” –K

Kalau sudah pening karena mendapat tekanan dari pihak manapun, biasanya saya akan memasang musa sok bertahan, seakan-akan hal yang terjadi adalah sesuatu yang simpel.
Tetapi kali ini saya memilih menjadi diri saya yang lain, atau barangkali inilah diri saya yang mulai menemukan miliknya.
Apa yang saya pilih?
Mengerutkan muka, benar-benar memasang wajah ‘tidak enak’ hingga seseorang itu merasa bahwa dirinya sudah berlebihan. I dunno, right way or not. Tetapi rasanya capek. Capek harus benar-benar menahan perasaan itu. Sekali-kali membebaskannya bukan masalah kan?

Saya jadi teringan quote milik Bung
“Ternyata memang benar, ketika pujian membuat seseorang besar kepala, ia tidak lagi besar hati untuk menerima saran” – Fiersa Besari

Menjadi orang kecil itu sulit. Sulit sekali. I mean, bukan orang berbadan kecil, tetapi seseorang yang tidak memiliki jabatan, terlebih lagi seseorang itu adalah seorang wanita. Ketika ia dihadapkan oleh seseorang yang lebih senior dan orang itu berjenis kelamin laki-laki, ah rasanya sarannya tak ada guna. Selain tak didengar, sesekali tak dianggap itu seperti bukan masalah baginya, barangkali begitu

Ini kali kesekian. Dan opini saya benar-benar tidak ada nilai sepertinya. Dan untuk kali ini saya ingin marah.

Kenapa harus marah?

Selain capek, rasanya benar-benar sulit untuk menanamkan mind set bahwa opini saya tidak segitu buruknya hingga tak digubris. Jadi, memilih diam dan mengakhir sesuatu yang bisa diakhiri adalah hal baik. Setuju?

Karena sedang kesal, saya asik memutar lagu Young Lex – Nyeselkan.
Please, jangan komentar apapun. Saya punya cara bahagia sendiri.

No comments:

Post a Comment