Saturday, August 25, 2018

Amigdala

Playing : Amigdala - Kukira Kau Rumah

Entah sejak bulan apa saya mulai mengetahui lagu ini, tetapi akhir-akhir ini saya baru benar-benar memahami liriknya.

Kau datang tatkala sinar senjaku telah redup
Baris pertama ini tentu saja menceritakan tentang kedatangan seseorang dalam hidup seseorang (kau mengerti jika saya tuliskan ‘seseorang’ dan ‘seseorang’, kan?!). Kedatangan seseorang ditengah hal-hal terberat yang menimpa kehidupan seseorang.

Dan pamit ketika purnamaku penuh seutuhnya
Entah untuk waktu berapa lama, orang itu kemudian pergi ditengah kebahagian yang tengah dirasakannya. Meninggalkan tanya, meninggalkan harapan kosong, meninggalkan cahaya terang yang tengah terang benderang.

Kau yang singgah tapi tak sungguh
Kau yang singgah tapi tak sungguh
Rasa-rasanya seperti menjadi seorang pengecut.

Ku kira kau rumah
Nyatanya kau cuma aku sewa
Dari tubuh seorang perempuan
Yang memintamu untuk pulang
Ternyata bukan hanya sekedar pengecut. Lebih dari itu. Entah apa tujuannya, singgah sesaat, untuk memberi pelajarankah? Atau untuk menertawakan kemudian hari. Mengapa? Karena pada akhirnya ia kembali, pulang, pada sesuatu yang menurutnya rumah, bukan hanya sekedar persinggahan.

Kau bukan rumah
Kau bukan rumah
Kau bukan rumah
Kau bukan rumah
Benar, jadi tak lagi perlu menganggapnya rumah. Dia bukan rumah.

Jadi, kenapa pada akhirnya saya menuliskan tentang lagu ini?
Seperti yang saya tulis di paragraf pertama, ‘akhir-akhir’ ini saya baru memahami. I mean, selain liriknya, saya benar-benar nonton video clip lagu ini dari awal hingga akhir. Dan saya takjub (lagi). Entah, kadang saya suka menaruh kebanggaan yang luar biasa untuk hal-hal yang kreatif. Karena menurut saya, tidak semua orang bisa melakukan hal yang sama.

Seperti akhir-akhir ini, Indonesia heboh dengan beberapa hal minus mengenai Asian Games. Dan Wishnutama, sebagai seorang Creative Director, merasa kecewa dengan “nyinyiran” warganet mengenai SEDIKIT kekurangan di acara pembukaan tersebut. Apa ya, rasanya saya kesal. Kenapa? Gini deh, emang kalau kamu yang berada di posisi Mas Wishnutama, memangnya bisa melakukannya sebagus atau bahkan lebih baik tanpa ada cela sedikitpun? Yakin bisa?
Ya kalau enggak, cukup hargai dong, tidak perlu nyinyir dengan mulut besar itu.
Yaa intinya, seni itu memang luas, tidak pernah ada yang salah. Jadi mengapa masih melakukan kritikan tanpa dasar kepuasan menghargai kreativitas orang lain?
Well, yang begini memang sering buat geram. Itu kenapa saya bilang, saya menaruh kebanggaan untuk hal-hal bersifat kreatif yang hanya bisa dipikirkan dan dilakukan orang sebagian orang saja.

Oke
Balik lagi ke  lagu Amigdala.
Nah, setelah benar-benar saya tonton videonya hingga akhir, muncul rasa keunikan yang membuat saya tersenyum puas. Lagi, untuk keberapa kalinya, video ini menjadi special buat saya. Berbeda dengan video clip pada umumnya, yang menceritakan isi lagu melalui para model yang beradu acting tanpa suara, atau sesekali terdapat scene percakapan maupun suara lainnya, justru di video clip ini hanya ada 1 model.
Seorang perempuan, yang segera melihat pemandangan diluar jendela setelah terbangun di pagi hari. Kemudian tidak ada kontak adegan dengan model lainnya. Perempuan ini hanya menari seorang diri. Dari lirik pertama lagu ini diputar hingga akhir, perempuan ini terus sendiri.

Terlihat begitu sederhana, sekali.
Tetapi (lagi) bagi saya ini suatu karya yang memiliki kreativitas tinggi. Terserah, bagaimana pandanganmu. Seni itu luas, dan kita berhak menentukan pilihan kita sendiri (asal tidak nyinyir).

Jadi, bagaimana?
Sudah tertarik dengan musik indie?

No comments:

Post a Comment