Saya
semakin deg-degan, menanti hari yang kelak akan saya lewati. Tetapi disela-sela
waktu tersebut, saya dan 3S lainnya sepakat untuk bertemu dan merancang sebuah
kejutan untuk salah satu S yang akan berumur 22 tahun. Kamipun bertemu disuatu
minggu, 19 Agustus dengan alasan: saya akan belajar presentasi untuk prepare seminar proposal.
Senin, 20 Agustus 2017, Saya
pun naik seminar proposal. Tidak buruk, saya berhasil melewati tahap tersebut
dengan baik. 3S tetap setia mendampingi saya, menemani saya loncat-loncat
karena rasa grogi, menggeleng-gelengkan kepala melihat saya yang mulai panik. You already made my day better.
Setelah naik seminar proposal, saya kembali terjun pada
aktivitas latihan padus, yang tinggal 2 hari lagi.
Esok
harinya (selasa), 3S dan teman lainnya yudisium. Saya siap dengan kamera
andalan, mengabadikan momen yudisium dalam bentuk foto dan video –mengambil
beberapa gambar bahagia. Menit-menit berlalu, saya sibuk memotret mereka, tanpa
ada yang meminta untuk berfoto dengan saya (sedih sekali). Hingga saya tiba
memotret 3S. Jepretan pertama, saya baik-baik saja. Jepretan kedua, mata saya
berair. Jepretan ketiga, saya menyerah (bahkan saat menulis ini sambil
membayangkan momen itu, saya tidak sanggup). Saya gesit menghapus embun-embun
tersebut, hingga 3S akhirnya mengajak saya berfoto.
Kalau
kata quote yang bertebaran itu “We don’t remember the day, we remember the
moments”
Saya
benar-benar ingin mengabadikan moment,
apa saja, bentuk gambar, video, percakapan. Karena, entah kapan itu, saya akan
benar-benar merindukan sebuah moment
hingga meriang (merindukan kasih sayang).
Saat
hari Rabu dan Kamis, saya bersama teman-teman tim padus lainnya perform, tepat di tribun sisi kanan
ditempat biasa. Dari sana, saya dapat menyaksikan seluruh wajah-wajah bahagia,
yang segera mencabut statusnya sebagai mahasiwa. Di sana pula, saya menyaksikan
kursi yang diduduki oleh 3S. Sempat terpikir didalam benak saya ‘seharusnya, saat ini saya sedang duduk
disalah satu kursi tersebut, disalah satu sisi 3S.’ (Cryiiiing). Beberapa menit kemudian sayapun segera menepis rasa
tersebut
Adakah
yang bisa membayangkan bagaimana rasanya melihat sahabat-sahabat terbaikmu lulus,
sedangkan kau hanya memandangnya dari kejauhan sambil memimpikan beberapa hal
dan menelusuri ribuan kata ‘ANDAI’? Atau, adakah yang bisa tetap tersenyum
melihat tawa-tawa bahagia sahabat mu yang selama ini selalu beriringan
bersamamu, kemudian mengambil kamera dan memotret momen bahagia tersebut?
Ada.
Saya
memilih yang kedua.
Tidak
ada lagi yang perlu disesali. Sebaik-baik rencana, matang dan mapan sekalipun,
jalan yang Tuhan berikan jauh lebih indah. (Gaya sekali menulis seperti ini.
Dulu, hati terasa mati).
Ada,
setidaknya meski saat ini saya tidak menempati kursi kursi tersebut, saya bisa
tersenyum dengan bangga memiliki teman-teman hebat seperti 3S dan lainnya. Saya
senang, bisa mengambil video dari spot ter-cakep
selama proses wisuda, saat satu persatu teman angkatan dipanggil dan dibagikan
ijazahnya.
To be continued
No comments:
Post a Comment