*1 hari sebelum pengumuman tiba
Saya sedang duduk sambil bermain hp, saat itu saya akan mengikuti
latihan rutin untuk perform
pertengahan Agustus, wisuda ronde Agustus. Tiba-tiba sebuah nama tertera
dilayar hp, memanggil. Saya menjawabnya, kemudian percakapan diantara kami pun
dimulai, kurang lebih seperti ini:
“K, begini (eeng iing eengggg).
Nilai kamu sebenarnya bagus-bagus, tetapi untuk masuk dalam kategori program ke
Jepang masih kalah saing dengan mereka. Bagaimana jika kamu saya luluskan di
program Thailand saja?” hening sesaat (saya yang hening, bukan beliau). Kemudian saya kikuk sejenak.
“Eh iya, (kikuk). Thailand,
boleh.”
Saya benar-benar tidak bisa berekspresi saat itu.
“Kok boleh? Mau atau
tidak?”
Tanyanya kembali memecah ke-kikuk-an saya.
“Boleh dan mau” jawab saya cepat dan
kikuk-pun hilang seketika.
Dan
begitulah, nama saya dan A masuk ke 11 mahasiswa SMP, A berhasil meraih
mimpinya ke negara Jepang, dan saya berhasil meraih jawaban Tuhan atas segala
rasa kegagalan yang pernah saya alami. Dan disanalah, pada akhirnya saya
seperti menemukan hidup yang selama ini telah hilang. Melupakan kekecewaan yang
pernah ada, menggantinya dengan senyuman.
Ini
benar-benar titik kehidupan saya dimulai, garis seperti apa yang akan saya
torehkan dalam setiap lembaran hari yang saya lewati. Dari sana, saya justru
menemukan banyak hal, belajar banyak hal.
Yang
dulunya, saya selalu dinomor 10-kan oleh doping setiap mengerjakan tugas akhir,
sekarang justru menjadi mahasiswa yang ditunggu-tunggu draf serta revisiannya.
Yang
dulunya, saya hanya sekedar mencoba mewujudkan impian orang tua, sekarang
menjadi anak yang mencoba memberikan apa yang terbaik, bukan hanya sekedar
harapan tetapi jawaban.
Yang
dulunya, akan ngomel-ngomel dan kerap kali merasa kecewa, sekarang justru
melihat sebuah jawaban dari setiap kekecewaan.
Dari
sana, akhirnya saya benar-benar menulis draf proposal Tugas Akhir saya. Saya
sampai harus merepotkan salah satu “S”, karena saya sedang mengejar target,
jadi saya menginap di kos S. Dibantu dengan S lainnya, saya berhasil menyiapkan
draf proposal, Bab 1-3 hanya dalam 3 hari
dua malam di kos S, dan diperpustakaan. See,
3 hari tersebut saya benar-benar fokus dan menyelesaikan apa yang sudah
seharusnya saya selesaikan jauh-jauh hari. Saya benar-benar merepotkan kalian
S, dalam 3 hari. Terimakasih banyak, masih setia dan tetap membantu saya hingga
dititik ini. Saya bangga memiliki kalian. Bagian terfavorite saya adalah saat :
“S,
ini translate ke bahasa indonesianya
bagaimana?”
“S,
ini rumus yang untuk ini bisa begini?”
“S,
cara buat nomor bisa diujung ini bagaimana?”
“S,
antar paragraf ini enggak cocok, enggak nyambung. Tambahin apa ya?”
Dan
sederet keluhan-keluhan lainnya.
Saya
seperti memecahkan rekor baru dalam kehidupan saya sendiri, hanya 3 hari. Setelahnya saya langsung konsul
dan melakukan revisi pada beberapa bagian. Hanya menghitung hari, saya langsung
daftar seminar proposal. Untuk beberapa saat, saya break melakukan aktivitas seperti latihan untuk perfom paduan suara (Padus) bulan
Agustus. Saat itu saya masih egois. Saya harus tetap tampil dalam perform tersebut, mengapa? Karena
lagi-lagi, saya percaya pada “ketika mimpi mu gagal, maka jangan biarkan ia
menguap begitu saja, gantilah ia dengan mimpi yang baru”.
Ketika
saya bermimpi untuk bisa wisuda bersama 3S Agustus ini, kemudian gagal, saya
menggantinya dengan hal lain. Saya bertekad, untuk tetap ikut tampil Padus pada hari wisuda. Setidaknya, saya bisa
melihat tawa bahagia di hari bahagia mereka. Tidak rumitkan?
Sebelum 21 Agustus, ….
To be continued
No comments:
Post a Comment