“Kamu gak boleh
sedih. Seperih, seberat, atau segelap apapun yang terjadi. Aku yakin, kamu kuat
menjalaninya” – Beuforion Films, Senja
Meski terkadang, cahaya kalah oleh
kegelapan, tetapi akan tiba saatnya dimana kegelapan menjadi lemah. Dan cahaya-cahaya
itu akan datang.
Melewati hari-hari dengan hal buruk,
bukan berarti hidup harus terpuruk seburuk itu. Karena selain niat dan usaha
yang datang dari diri sendiri, kehadiran mereka adalah hal terbaik yang tidak
pernah terencana.
Beberapa hari lalu saya sempat down. Setelah mencoba menahan sakit
seorang diri tengah malam, akhirnya saya membangunkan Mamak ditengah tidurnya
yang begitu nyenyak. Saya merintih kesakitan dan menangis kecil. Mungkin wajah
saya saat itu sudah pucat, tapi wajah mamak jauh lebih pucat melihat kondisi
saya. Bapak bangun, Kakakpun bangun. Kami langsung bergegas ke klinik terdekat.
Kondisi jalan waktu itu begitu sepi,
hanya ada kami berempat. Kami mengetuk klinik yang buka 24 jam. Saya langsung
tidur diruang pengecekan sambil menggenggam tangan Mamak, erat, menahan
kesakitan. Dokter tiba dengan wajah lusuh, terlihat baru saja dibangunkan.
Dalam hati sambil menahan segala sakit, saya bergumam ‘Betapa mulia pekerjaan dokter, yang rela dibangunkan ditengah tidurnya
yang begitu terlelap setelah melewati hari yang melahkan, demi pasien dadakan
tengah malam seperti saya. Dok, semoga amal mu selalu mengalir jernih. Aamiin’.
Setelah melewati serangkaian
pengecekan, dokter meminta saya untuk segera diinfus. Mata saya terbelalak dan pandangan buram dipenuhi air mata
menatap takut ke arah Mamak. Mamak hanya berkata, ‘kamu ingin sembuhkan’. Saya hanya mampu menahan diri dibalik
genggaman tangan Mamak.
Btw,
itu adalah jarum infus pertama saya setelah bertahun-tahun. Saya tidak pernah
sakit parah hingga harus di opname (rawat
inap) dan merasakan jarum-jarum infus
tersebut. Dan disinilah saya pada akhirnya setelah melewati hari hari berat.
Sesuai jadwal yang sudah saya
rencanakan,besok saya memiliki aktifitas yang cukup padat. Tetapi saya harus
membatalkan semua kegiatan-kegiatan itu. Jam 3 lewat, masih tengah malam, saya
mengabari salah satu teman, sebut saja H. Saya bilang kalau saya sakit dan saya
tidak bisa memenuhi janji besok. Saya juga mengabari 3 teman lainnya digrub via
line. Setelah itu saya langsung istirahat sambil menatap selang inpus yang
sudah terpasang ditangan kanan saya.
Pagi hari tiba. Rombongan
manusia-manusia yang super kece dan perhatian memenuhi kamar rawat saya. Tentu
saja, mereka yang tidak pernah absen disetiap saya terjatuh. Tawa mereka yang
baru saja hadir memenuhi kamar langsung menumbuhkan aura kesembuhan. Lihat
saja, seketika saya kembali tertawa seperti biasanya, tanpa merasakan sakit
sana sini. Ada yang langsung menghambur dan memeluk saya, ada yang langsung
mengambil foto, melakukan ‘live’ via instagram
dan sebagainya. Semua tingkah mereka membuat saya ingin segera pulang dan sembuh total.
Tak terhitung, pagi-pagi sekali mereka
sudah menempuh perjalan yang terbilang tidak dekat demi melihat kondisi saya
yang sebenarnya tidak terlalu buruk jika dibandingkan orang sakit parah. Tetapi
inilah mereka, rombongan yang mencapai 20 orang ini benar-benar mengubah
suasana kamar orang sakit menjadi wahana hiburan. Kalian luar biasa. Super.
Bahkan bukan hanya itu. Setelah saya
keluar dari opname dan kembali kerumah, keesokan harinya sebuah pesan dari WhatsApp hadir dan mengubah warna hidup
saya.
“Apa
kabar? Saya dengar sakit ya?”
“Bahwa sebagian besar
dari kita suka begitu; selalu berharap dapat pesan dari seseorang yang
istimewa, tapi suka lupa sama perhatian dari orang yang selalu ada, yaitu orang
tua” – Catatan Akhir Kuliah 02
“Alhamdulillah.
Semoga sudah pulih seperti sedia kala. Kekem harus kuat. Kalau ada masalah bisa
share ke saya.
Jangan dipikirkan sendiri ya. Boleh WA atau ketemu langsung…”
Singkat, dan begitu berarti.
Mungkin kemarin-kemarin saya
boleh lemah. But, see how many I had the strong people who always strengthens me.
Jadi, alasan seperti apalagi yang saya butuhkan untuk tetap kuat. Bukankah ini
sudah lebih dari cukup? Memiliki orang tua dan keluarga yang selalu ada di sisi
saya, memiliki teman-teman seperti cahaya matahari yang tetap memantulkan
sinarnya walau gelap, dan memiliki mereka yang terkadang terlihat semu namun selalu
memberikan perhatian kecil yang berarti.
Terimakasih, meskipun itu tidak pernah
cukup. Semoga sampai kapanpun tidak pernah ada yang menghalangi ikatan seperti
ini.
“Dear Friends…
Kita sama-sama tahu,
ada jeda yang tak bisa dipisahkan oleh koma, melainkan titik. Ada pula rasa
yang tak bisa disentuh oleh kulit, melainkan lidah. Lantas, adakah jarak yang
bisa memisahkan kita? Bahkan ketika wajahmu dan wajahku kelak tidak lagi
bertemu di dunia yang fana ini?” - Kem
Note: Kata-kata ini dulunya untuk mereka, tetapi kini, untuk kita bersama. Cause we are friends, we care.
Note: Kata-kata ini dulunya untuk mereka, tetapi kini, untuk kita bersama. Cause we are friends, we care.
No comments:
Post a Comment