Thursday, March 30, 2017

Tak Terganti

“Kamu gak boleh sedih. Seperih, seberat, atau segelap apapun yang terjadi. Aku yakin, kamu kuat menjalaninya” – Beuforion Films, Senja

Meski terkadang, cahaya kalah oleh kegelapan, tetapi akan tiba saatnya dimana kegelapan menjadi lemah. Dan cahaya-cahaya itu akan datang.

Melewati hari-hari dengan hal buruk, bukan berarti hidup harus terpuruk seburuk itu. Karena selain niat dan usaha yang datang dari diri sendiri, kehadiran mereka adalah hal terbaik yang tidak pernah terencana.

Beberapa hari lalu saya sempat down. Setelah mencoba menahan sakit seorang diri tengah malam, akhirnya saya membangunkan Mamak ditengah tidurnya yang begitu nyenyak. Saya merintih kesakitan dan menangis kecil. Mungkin wajah saya saat itu sudah pucat, tapi wajah mamak jauh lebih pucat melihat kondisi saya. Bapak bangun, Kakakpun bangun. Kami langsung bergegas ke klinik terdekat.

Kondisi jalan waktu itu begitu sepi, hanya ada kami berempat. Kami mengetuk klinik yang buka 24 jam. Saya langsung tidur diruang pengecekan sambil menggenggam tangan Mamak, erat, menahan kesakitan. Dokter tiba dengan wajah lusuh, terlihat baru saja dibangunkan. Dalam hati sambil menahan segala sakit, saya bergumam ‘Betapa mulia pekerjaan dokter, yang rela dibangunkan ditengah tidurnya yang begitu terlelap setelah melewati hari yang melahkan, demi pasien dadakan tengah malam seperti saya. Dok, semoga amal mu selalu mengalir jernih. Aamiin’.

Setelah melewati serangkaian pengecekan, dokter meminta saya untuk segera diinfus. Mata saya terbelalak dan pandangan buram dipenuhi air mata menatap takut ke arah Mamak. Mamak hanya berkata, ‘kamu ingin sembuhkan’. Saya hanya mampu menahan diri dibalik genggaman tangan Mamak.

Btw, itu adalah jarum infus pertama saya setelah bertahun-tahun. Saya tidak pernah sakit parah hingga harus di opname (rawat inap) dan merasakan jarum-jarum infus tersebut. Dan disinilah saya pada akhirnya setelah melewati hari hari berat.

Sesuai jadwal yang sudah saya rencanakan,besok saya memiliki aktifitas yang cukup padat. Tetapi saya harus membatalkan semua kegiatan-kegiatan itu. Jam 3 lewat, masih tengah malam, saya mengabari salah satu teman, sebut saja H. Saya bilang kalau saya sakit dan saya tidak bisa memenuhi janji besok. Saya juga mengabari 3 teman lainnya digrub via line. Setelah itu saya langsung istirahat sambil menatap selang inpus yang sudah terpasang ditangan kanan saya.

Pagi hari tiba. Rombongan manusia-manusia yang super kece dan perhatian memenuhi kamar rawat saya. Tentu saja, mereka yang tidak pernah absen disetiap saya terjatuh. Tawa mereka yang baru saja hadir memenuhi kamar langsung menumbuhkan aura kesembuhan. Lihat saja, seketika saya kembali tertawa seperti biasanya, tanpa merasakan sakit sana sini. Ada yang langsung menghambur dan memeluk saya, ada yang langsung mengambil foto, melakukan ‘live’ via instagram dan sebagainya. Semua tingkah mereka membuat saya ingin segera pulang dan sembuh total.

Tak terhitung, pagi-pagi sekali mereka sudah menempuh perjalan yang terbilang tidak dekat demi melihat kondisi saya yang sebenarnya tidak terlalu buruk jika dibandingkan orang sakit parah. Tetapi inilah mereka, rombongan yang mencapai 20 orang ini benar-benar mengubah suasana kamar orang sakit menjadi wahana hiburan. Kalian luar biasa. Super.

Bahkan bukan hanya itu. Setelah saya keluar dari opname dan kembali kerumah, keesokan harinya sebuah pesan dari WhatsApp hadir dan mengubah warna hidup saya.
“Apa kabar? Saya dengar sakit ya?”

“Bahwa sebagian besar dari kita suka begitu; selalu berharap dapat pesan dari seseorang yang istimewa, tapi suka lupa sama perhatian dari orang yang selalu ada, yaitu orang tua” – Catatan Akhir Kuliah 02

“Alhamdulillah. Semoga sudah pulih seperti sedia kala. Kekem harus kuat. Kalau ada masalah bisa share ke saya. Jangan dipikirkan sendiri ya. Boleh WA atau ketemu langsung…”

Singkat, dan begitu berarti.
Mungkin kemarin-kemarin saya boleh  lemah. But, see how many I had the strong people who always strengthens me. Jadi, alasan seperti apalagi yang saya butuhkan untuk tetap kuat. Bukankah ini sudah lebih dari cukup? Memiliki orang tua dan keluarga yang selalu ada di sisi saya, memiliki teman-teman seperti cahaya matahari yang tetap memantulkan sinarnya walau gelap, dan memiliki mereka yang terkadang terlihat semu namun selalu memberikan perhatian kecil yang berarti.

Terimakasih, meskipun itu tidak pernah cukup. Semoga sampai kapanpun tidak pernah ada yang menghalangi ikatan seperti ini.

“Dear Friends…
Kita sama-sama tahu, ada jeda yang tak bisa dipisahkan oleh koma, melainkan titik. Ada pula rasa yang tak bisa disentuh oleh kulit, melainkan lidah. Lantas, adakah jarak yang bisa memisahkan kita? Bahkan ketika wajahmu dan wajahku kelak tidak lagi bertemu di dunia yang fana ini?” - Kem

Note: Kata-kata ini dulunya untuk mereka, tetapi kini, untuk kita bersama. Cause we are friends, we care. 

No comments:

Post a Comment