Monday, June 22, 2015

Gelas Kaca



Gelas dari kaca itu cantik,kuat,tapi sebenarnya ia begitu rapuh, atau sangat rapuh?

Beberapa hari yang lalu saat saya sedang cuci piring, tiba-tiba gelas yang berada ditangan saya pecah seketika. Padahal tidak terbentur dengan benda apapun, apalagi sampai terjatuh. Begitu adanya, hidup sang gelas cantik berakhir tanpa penyebab apapun. Saat itu yang tinggal hanyalah puing-puing kaca cokelat berserakan di atas tangan saya.

Mengapa bisa?
Apa salah saya?
Apa mungkin selama ini gelas itu terlalu lelah?
Lelah ditimpa suhu panas dingin yang saya berikan, yang orang rumah berikan. Sejahat itukah kami hingga membuat ia terlalu lelah? Kenapa baru sekarang? Karena sekarang ia sudah begitu lelah menanggung semua beban yang kami berikan sejak ia hadir dalam rumah kami. Mungkin itu jawabannya.

Saya jadi berpikir. Mungkin orang-orang diluar sana yang bernasip sama seperti gelas saya  akan memiliki taraf hidup yang sama. Terlalu sering mendapat suhu panas dingin sehingga membuat jiwanya lelah. Karena terlalu lama memendam kelelahan saat nanti waktunya tiba maka berakhirlah –seperti gelas kaca saya.

Seandainya sang gelas kaca bisa berbicara: tolong jangan masukkan air yang terlalu panas pada saya ataupun air yang terlalu dingin, jiwa saya sudah retak di dalam tidak sanggup menampung lagi.
Seandainya.
Jadi,saya dan orang rumah bisa mengatur hal yang sedemikian rupa.

Tetapi, apakah orang-orang di luar sana (yang bernasip sama dengan gelas kaca) bisa mengungkapkan pengandaian yang saya ajukan seperti gelas kaca tersebut? Atau mereka hanya bisa diam. Mengikhlaskan segala ‘panas dingin; yang  menyiksa tubuh dan menunggu hingga waktu itu tiba.

Berdirilah, bangkitlah untuk orang-orang itu. Sesungguhnya Tuhan telah memberi mulut untuk berbicara, pergunakan sebaiknya. Di dunia ini pun terdapat HAM, di mana setiap manusia mempunyai hak untuk hidup. Jadi, berjuanglah untuk menata hidup sebagaimana yang diharapkan.

#Fasting5

No comments:

Post a Comment