“Kau akan selalu jadi yang terakhir meski terpaan
ombak berkali-kali mengikis sang batu
karang yang berdiri kokoh”
Ini pertama kalinya hingga tangis pecah tak mampu
terbendungkan.
Ini pertama kalinya meski telah terjadi dibeberapa waktu
lainnya.
Ini pertama kalinya sampai saya sadar ternyata jarak tak
mampu menyembuhkan luka ini.
Ini pertama kalinya walau cinta bergulir seiring waktu
tetapi pada detik itu saya berharap agar waktu berhenti, agar genggaman tangan
ini tak akan pernah lepas.
Sudah 3 pekan luka itu pulih seiring tawa yang tercipta
disetiap kehangatan ketika melihat wajah yang tak pernah menjadi asing. 3 pekan
rasanya berlalu cepat tanpa koreksi logika yang seakan menghantam bumi menjadi
bergerak lebih cepat. Inikah akhir rasa selama 3 pekan itu?
Luka itu pergi, tetapi kembali…
Banyak orang-orang yang datang, kemudian banyak juga yang pergi
(kembali). Banyak canda serta tawa yang hadir disetiap waktu, kemudian banyak
juga yang berubah menjadi kekecewaan dan tangis.
Saat saya menatap langit, saya tidak pernah menduga bahwa
langit bisa berubah mendung meninggalkan rintik hujan, yang berujung pelangi. Banyak
rahasia yang disimpan olehnya. Banyak duka terkadang, tetapi itu semua tidak
menutupi segala keceriaan yang dibawa oleh langit –yang cerah. 1 hal yang
pasti, menatap langit dengan ketampanan birunya tidak pernah membuat saya putus
asa untuk menunggu kehadirannya, yang selalu menjadi harapan besar untuk saya. Menatap
langit, tidak pernah membuat saya bosan meskipun hampir setiap saat mengeluh
tentang “langit mendung”, tetapi dibalik mendungnya langit saya selalu
mengharapkan pelangi yang indah akan mewarnai sang langit biru.
Kau tau? Waktu yang dahulu pernah saya tunggu kini kembali.
Kembali untuk apa? Untuk kembali saya tunggu. So sweet ya rasanya, saling menunggu dengan sang waktu. Jangan,
jangan berpikir ini mudah untuk saya lalui. Ini tidak pernah menjadi hal mudah
untuk saya, tidak pernah menjadi hal yang biasa saja buat saya. Kenyataannya ini
sungguh sesuatu yang luar biasa.
“Stand
by me”
Rasanya kalimat itu seperti sebuah payung dalam hujan. Berlindung
dari basah.
Rasanya kalimat itu seperti jaket pada musim dingin. Menghangatkan
tubuh.
Rasanya kalimat itu seperti air pada padang pasir. Menghilangkan
rasa haus.
Rasanya kalimat itu seperti sebuah permintaan pada detik
terakhir. Satu-satunya harapan hidup.
Meminta, memohon, apapun itu. Just stand by me, dear.
Mengulang 3 pekan lalu, rasanya membuat dunia seakan hanya
ada dilangit teratas. Tidak ada yang lebih penting dari sebuah kebahagiaan, tidak ada yang lebih ditunggu dari menunggu sebuah kebahagiaan. Hanya kebahagiaan.
Tetapi pernahkah terlintas sebuah akhir dari kebahagiaan
ini seperti apa? Ya, tentu saja. Itu semua terenggut, lepas dari genggaman
tangan. Tetapi, apa yang terjadi tidak pernah sia-sia. Hati ini terobati, jiwa
ini terpulihkan. Setidaknya semuanya masih dan akan baik-baik saja. Percayalah.
“Hidup
itu aneh, saat kau pikir hidup itu sulit, maka suatu hal terjadi, dan tiba-tiba
hidup menjadi indah kembali” – Sammy Adventure
Itu salah satu quote
dari kartun “Sammy adventure”, sebuah kartun yang saya nonton beberapa hari
lalu. Ketika quote itu muncul, saya
merasa seperti berada di dalamnya. Cerita kartun tersebut adalah tentang seekor
kura-kura yang mencari tujuan hidupnya. Ketika lahir ia menjadi kura-kura
terlambat yang lepas di lautan (nyaris dimakan oleh burung ketika di pantai). Kemudian
ia kehilangan teman-temannya, sehingga ia harus berlabuh dilautan seorang diri.
Tetapi kemudian datang seekor kura-kura lainnya, merasa cocok dan nyaman mereka
pun menjadi sahabat. Tetapi sebuah tragedi memisahkan mereka, mereka terperangkap
dalam jala ikan. Selang beberapa waktu kemudian kura-kura (berjenis kelamin
laki-laki) tersebut bertemu dengan seekor kura-kura lainnya (berjenis kelamin
betina). Ia merasa sangat cocok, dan jatuh hati padanya. Sang kura-kura
tersebut menemukan tujuan hidupnya, yaitu melihat dunia luar (seperti gunung
es) dengan kura-kura betina tersebut. Tetapi, di tengah jalan mereka terpisah
dan saling berpikir bahwa pasangannya telah mati. Entah kebetulan atau memang takdir
(saya rasa ‘takdir’) mereka kembali bertemu dan disitulah quote di atas muncul.
Ya saya membayangka bahwa si kura-kura tersebut adalah saya,
dimana kehilangan satu persatu harta berharga dalam hidup, tetapi kemudian
kembali menemukan harta itu. Ya, karena tidak lama si kura-kura tersebut
bertemu dengan pasangan hidupnya, ia juga bertemu dengan sahabatnya yang dahulu
pernah terpisah. See, tiba-tiba hidup
menjadi lebih indah. Percayalah.
I think life
is just about happiness that lost one
by one before, in fact life is never far away from happiness.
Believe it.
Sampai detik
ini, kamu masih menjadi alasan kebahagiaan buat saya. Kenapa? karena jawabannya
ada pada dirimu sendiri. Kamu tentu tau jawabannya. Lihatlah sekitar, apakah
kebahagiaan itu memudar? Apakah ia perlahan menghilang?
“Kau tidak benar-benar mengerti aku, bila kau belum pernah membenciku –lalu
tetap mencintaiku lagi setelahnya.”
-falafu-
Seberapa besar rasa
bencimu kepada saya? Saya tidak ingin mengetahui jawabannya. Yang saya tau, selama
rasa benci itu ada, rasa cintamu lebih besar mengalah rasa yang benci itu, kan.
Meski berkali-kali saya sakiti dan saya lukai, kamu kembali mencintai saya –seperti
kemarin. Seperti itulah cinta yang seharusnya bukan. Seperti itulah rasa
pengertian yang seharusnya ada bukan. Mengapa saya baru menyadarinya sekarang?!
Maaf, untuk selama ini yang pernah membuatmu harus ‘membenci’ dan kecewa. Untuk
semua kesalahan serta ketidakpekaan saya, maaf dan terimakasih untuk segala
pengertianmu itu. Jika saya harus mengelilingi dunia dan mencari sosok
pengganti yang persis seperti dirimu, percayalah, tidak akan pernah ada.
It’s all about you, dear.
No comments:
Post a Comment