Angin bergerak perlahan mundur, mengitari arus sungai di tepi
dermaga, menghembuskan secuil harapan, kosong.
Terlihat
larian kecil yang penuh bahagia di sudut putaran meja pada balok-balok kayu
yang dihias rapi di atas dermaga itu. Memutar-mutar sekeliling meja, mendelik
puas seolah dunia hanya miliknya. Menyelami seluruh sudut sungai dengan ekor
mata yang bebas tanpa cela. Mungkin, ia sedang menikmati suasana malam yang
dingin, meski tanpa selapis jaket tebal. Baginya, matanya sudah cukup membuat
orang lain membaca bahwa ia sedang menikmati kebahagiaan seorang diri.
Orang-orang
masih berlalu lalang, menatap bintang yang melihat bumi tanpa berkedip,
seolah-olah ribuan tahun berlalu pun bumi masih terlihat sama. Sedangkan seekor
anak ayam yang baru menetaspun belum tentu bisa hidup selama itu dan
menyaksikan bahwa bumi masih terlihat baik-baik saja. Berbeda dengan si pemilik
larian kecil tersebut, orang-orang menikmati kebahagiaannya bersama orang lain,
saling bergandengan tangan, menatap satu sama lain penuh kehangatan, tertawa
sampai meneteskan air mata bersama banyak orang dan melakukan segala kegiatan bersama-sama. Si pemilik larian kecil yang penuh bahagia
itu, masih berputar-putar mencari kehangatan dibalik baju tipisnya, menatap
hangat muara sungai seolah musim panas tiba dan ikan-ikan berlompatan ria mencari makanan.
Ia
masih dengan kebahagiaannya sendiri. Menatap malam yang dingin, tanpa pernah
memahami kontroversi malam yang dingin, seolah baginya kebahagiaan pada malam
yang dingin adalah bahagianya sang putri salju yang dikecupi oleh sang
pangeran.
Ia
masih duduk menatap bintang yang terus menatapnya. Memikirkan mungkin jika
bintang-bintang itu punya sayap, ia akan menghampiri si pemilik larian kecil
itu, kemudian menggenggam tangannya dan membawanya ke langit sana.
Ia
masih sendiri. Membungkam mulut serta hatinya. Seolah kesendiriannya adalah hal
terbaik yang ia miliki. Mengikuti sajak hati, bahwa hidup dengan banyak orang
akan membuatnya lupa diri, melupakan semua hal-hal baik yang pernah ia lakukan
seorang diri.
Sendiri?
Sebaik
itukah?
Sebahagia
itukah?
Apa
jawab si pemilik larian kecil itu?
“Ya,
tentu saja.”
***
Hey,
seharusnya saya sudah memenuhi keinginan saya beberapa waktu lalu. Bahwa tepat
31 desember penghujung 2014 lalu saya akan menulis (seperti cerita desember
yang masih bahagia dengan cerita-cerita tentang perjalanan sebelum akhir
tahun), dan juga tepat 1 januari 2015 (si tahun baru yang meninggalkan
desember). Tetapi kondisi saya beberapa hari lalu bisa dikatakan tidak sehat,
ternyata akhir desember membawa sakit kepala serta flu kepada saya. Alhasil, di
sinilah saya berada. Meski tidak tepat sesuai keinginan, ini masih awal tahun
2015 yang indah bukan? (ya tentu saja, banyak tissue yang sudah menjadi sahabat karib saya beberapa hari ini,
terimakasih ya). Setidaknya masih ada (mungkin) harapan-harapan yang ingin
digapai pada desember lalu, meskipun itu sudah berakhir.
Bagaimana
cerita tentang desember?
Hanya
sebuah quote yang berhasil saya
simpulkan setelah melalui banyak hal.
Bahwa:
“Dahulu, kita (memang) berjalan beriringan, tetapi sekarang rasanya
ada tirai tipis yang memisahkan kita.”
No comments:
Post a Comment