Sunday, January 4, 2015

Saya



Angin bergerak perlahan mundur, mengitari arus sungai di tepi dermaga, menghembuskan secuil harapan, kosong.

Terlihat larian kecil yang penuh bahagia di sudut putaran meja pada balok-balok kayu yang dihias rapi di atas dermaga itu. Memutar-mutar sekeliling meja, mendelik puas seolah dunia hanya miliknya. Menyelami seluruh sudut sungai dengan ekor mata yang bebas tanpa cela. Mungkin, ia sedang menikmati suasana malam yang dingin, meski tanpa selapis jaket tebal. Baginya, matanya sudah cukup membuat orang lain membaca bahwa ia sedang menikmati kebahagiaan seorang diri.

Orang-orang masih berlalu lalang, menatap bintang yang melihat bumi tanpa berkedip, seolah-olah ribuan tahun berlalu pun bumi masih terlihat sama. Sedangkan seekor anak ayam yang baru menetaspun belum tentu bisa hidup selama itu dan menyaksikan bahwa bumi masih terlihat baik-baik saja. Berbeda dengan si pemilik larian kecil tersebut, orang-orang menikmati kebahagiaannya bersama orang lain, saling bergandengan tangan, menatap satu sama lain penuh kehangatan, tertawa sampai meneteskan air mata bersama banyak orang dan melakukan segala kegiatan bersama-sama.  Si pemilik larian kecil yang penuh bahagia itu, masih berputar-putar mencari kehangatan dibalik baju tipisnya, menatap hangat muara sungai seolah musim panas tiba dan ikan-ikan  berlompatan ria mencari makanan.

Ia masih dengan kebahagiaannya sendiri. Menatap malam yang dingin, tanpa pernah memahami kontroversi malam yang dingin, seolah baginya kebahagiaan pada malam yang dingin adalah bahagianya sang putri salju yang dikecupi oleh sang pangeran.

Ia masih duduk menatap bintang yang terus menatapnya. Memikirkan mungkin jika bintang-bintang itu punya sayap, ia akan menghampiri si pemilik larian kecil itu, kemudian menggenggam tangannya dan membawanya ke langit sana.

Ia masih sendiri. Membungkam mulut serta hatinya. Seolah kesendiriannya adalah hal terbaik yang ia miliki. Mengikuti sajak hati, bahwa hidup dengan banyak orang akan membuatnya lupa diri, melupakan semua hal-hal baik yang pernah ia lakukan seorang diri.

Sendiri?
Sebaik itukah?
Sebahagia itukah?
Apa jawab si pemilik larian kecil itu?
“Ya, tentu saja.”

***
Hey, seharusnya saya sudah memenuhi keinginan saya beberapa waktu lalu. Bahwa tepat 31 desember penghujung 2014 lalu saya akan menulis (seperti cerita desember yang masih bahagia dengan cerita-cerita tentang perjalanan sebelum akhir tahun), dan juga tepat 1 januari 2015 (si tahun baru yang meninggalkan desember). Tetapi kondisi saya beberapa hari lalu bisa dikatakan tidak sehat, ternyata akhir desember membawa sakit kepala serta flu kepada saya. Alhasil, di sinilah saya berada. Meski tidak tepat sesuai keinginan, ini masih awal tahun 2015 yang indah bukan? (ya tentu saja, banyak tissue yang sudah menjadi sahabat karib saya beberapa hari ini, terimakasih ya). Setidaknya masih ada (mungkin) harapan-harapan yang ingin digapai pada desember lalu, meskipun itu sudah berakhir.

Bagaimana cerita tentang desember?
Hanya sebuah quote yang berhasil saya simpulkan setelah melalui banyak hal.
Bahwa:



“Dahulu, kita (memang) berjalan beriringan, tetapi sekarang rasanya ada tirai tipis yang memisahkan kita.”

No comments:

Post a Comment