Monday, January 5, 2015

Looks Like. . .



“Rasa rindu bisa bergulir dalam keadaan terjepit, sekalipun kau kembali menangis semuanya telah berlalu.”

Mengingat kondisi 'kekecewaan' beberapa waktu lalu (tetapi saya rasa bukan hanya sekedar beberapa waktu lalu, rasa itu telah lama hadir), saya jadi berpikir: “betapa bodohnya saya.” Benarkah kalimat itu amukan dari rasa kekecewaan saya? Atau justru tumbuh dari rasa lain –rasa yang entah kapan akan saya sadari.

Saya benci jika harus mengecewakan sesuatu. Kenapa? Pikirkan saja baik-baik. Apa untungnya membesar-besarkan sebuah rasa kekecewaan? Mengulang masa lalu yang membuat posisi bersalah semakin bersalah? Atau membuat posisi yang tidak bahagia semakin terlihat menyedihkan?

Tetapi, bukankah justru posisi kecewa pada hal tertentu bisa mengubah pandangan arti bahagia dalam dimensi hidup yang lain? 

Sama saja. Saya sedikit menyesali rasa kecewa yang tersirat saat ini. Banyak kalimat-kalimat pengandaian yang hadir dalam selang waktu beberapa detik –yang tentu saja mustahil untuk bisa dilakukan– faktanya waktu telah berlalu, teman.

Jadi harus saya bawa kemana suasana hati yang 'kecewa' ini?
Haruskah saya menitipkannya pada angin? Agar dibawa pergi olehnya rasa itu sehingga saya tidak harus membenci?!

No comments:

Post a Comment