Hay December, si bulan penghujung
akhir tahun. Akhirnya kita kembali berjumpa setelah memendam rindu selama 11 bulan lamanya. Apa kabarmu? Masih seperti
yang dulu? Yang lebih tertarik dengan pembahasan orang-orang tentang
kesibukannya akhir tahun. Yang lebih suka mendengar keluh kesah orang-orang dipenghujung
akhir tahun. Yang lebih suka mendengar cerita bahagia orang-orang selama tahun
terakhir sebelum angka pada tahun berganti –atau justru sebaliknya mendengar
kisah-kisah tragis orang lain. Yang lebih suka mengetahui planning orang-orang tentang penyambutanya di tahun baru nanti. Yang
lebih dan lebih suka mendengar cerita-cerita orang lain ketimbang memerhatikan
cerita diri sendiri.
Hay December
Ternyata
hidup dipenghujung akhir tahun bisa berubah menjadi lebih baik atau malah
sebaliknya. Banyak yang berduka, banyak yang bahagia. Banyak yang menghabiskan
sisa tahun terakhirnya dengan menerima semua kepedihan seorang diri, banyak
pula yang menghabiskan kepedihan itu bersama orang kesayangan.
Hay December
Cerita
tentang “seberapa banyak orang yang mampu bertahan” pada detik-detik penghujung
akhir tahun ini selalu jadi kisah yang menarik buat saya. Saya rasa, di luar
sana ada begitu banyak orang yang berharap bisa keluar dari masa lalunya,
kemudian ber-metamormosis menjadi dirinya yang lain, yang lebih utuh. Ada banyak
kisah yang membuat beberapa orang mampu bertahan dan masih mencoba bertahan. Bahwa
hidup untuk lebih baik masih menjadi prioritas utamanya.
Hay December
Ternyata
di luar apa yang pernah sebagian kecil orang lihat, ada banyak para pejuang
yang berusaha tetap hidup –dengan cita-cita, dengan cinta, dengan mimpi, dan
dengan harapan. Masih ada orang yang berharap agar seseorang mampu menggenggam
tangannya membuatnya bangkit dan berlari mengejar tujuan hidupnya. Masih ada
orang yang berharap agar sedikit dari bagian hidup bisa berpihak padanya,
benar-benar membuatnya bisa merasa hidup –seutuhnya.
Beberapa
hari yang lalu saya (kembali) dibukakan mata oleh salah satu orang yang menjadi
inspirasi baru bagi saya. Bahwasannya, hidup harus ber-metamorosis dari satu
keadaan dimana kamu masih belum bisa diterima oleh orang-orang menjadi dimana
kamu adalah yang dicari oleh orang-orang. Dan pada akhir tahun di December yang terbilang cukup mengharukan
tahun ini adalah kesempatan buat saya,
kamu dan kita semua untuk ber-metamorfosis. Menjadi Sesuatu yang lebih berharga
dari berlian, menjadi sesuatu yang paling dicari orang seperti uang, menjadi
sesuatu kebutuhan yang lebih penting dari udara dan air, dan menjadi
satu-satunya dimana kita semua adalah special.
Bermetamorfosis.
Telur-ulat-kepompong-kupukupu.
Bentuk
akhir yang paling sempurna dari ulat adalah kupu-kupu. Bila kelak saya telah
ber-metamorfosis kira-kira bentuk sempurna yang bisa saya dapatkan seperti apa?
Seperti dinding putih yang anti gores? Seperti anak kucing imut yang disayang
oleh orang-orang? Seperti bayi yang baru lahir dan dijaga dalam pangkuan sang
ibu? Atau seperti kapas putih yang akhirnya berubah menjadi pakaian berwarna? Bentuk
akhir sempurna seperti apa yang akan saya dapatkan kelak?!
Ketika
menulis ini saya sedang mendengarkan beberapa lagu, kemudian pada sebuah lagu saya
sempat berhenti menulis dan mengulangnya beberapa kali, yaitu “you raise me up”.
When I am down and, oh my soul so weary
When troubles come and my heart burdened be
Then, I am still and wait here in the silence
Until you come and sit awhile with me
When troubles come and my heart burdened be
Then, I am still and wait here in the silence
Until you come and sit awhile with me
You raise me up, so I can stand on
mountains
You raise me up, to walk on stormy seas
I am strong, when I am on your shoulders
You raise me up to more than I can be
You raise me up, to walk on stormy seas
I am strong, when I am on your shoulders
You raise me up to more than I can be
Ada
banyak harapan dari lagu tersebut. Seperti harapan saya, harapan orang-orang
diluar sana, harapan yang membaca tulisan ini, dan harapan-harapan yang tak
pernah kunjung diberikan kesempatan.
Kemana
lagi hidup harus berpijak jika tanah tempatmu berdiri enggan dipijaki oleh
kedua kakimu? Mungkin itulah yang dirasakan beberapa orang di penghujung December ini. Lagi lagi cerita tentang December harus terdengar tragis (ya?).
Dan
lagi-lagi saya melampiaskan rasa ini dengan mengganti kata “saya” menjadi “beberapa
orang, orang lain” ya?
Ya
benar, beberapa orang memang mengalami penghujung tahun di bulan December yang
indah juga pahit. Beberapa orang mempunyai cerita indah juga kelam. Beberapa orang
akan bermetamorosis juga tidak. Beberapa orang akan berpikir saya orang yang
egois –karena melapiaskan cerita penghujung tahun di bulan December dengan
sudut pandang orang lain– juga tidak.
Pada
kenyataanya, kita harus kembali melihat hidup kita masing-masing seutuhnya. Pada
tingkat mana kamu mampu bertahan dan akan terus bertahan. Melihat masa depan
dengan hidupmu sendiri, bahwa menjadi diri kamu yang seutuhnya adalah salah
satu upaya kamu untuk bertahan.
I am strong, when I am on your shoulders
You raise me up to more than I can be
You raise me up to more than I can be
“Ada
masa di mana kamu harus menempatkan posisimu sebagai kawan dan ada masa di mana
kamu harus menempatkan posisimu sebagai teman, menjadi kawan serta teman
seutuhnya”
No comments:
Post a Comment