Hopeless?
Seperti apa rasanya?
Sulit dijelaskan. Yang
pasti, ada begitu banyak harapan yang terbuang sia-sia. Ada begitu banyak
kesakitan yang mengalir dalam setiap hembusan nafas. Ada begitu banyak
kekecewaan yang menghujani satu persatu tulang beserta nadi.
It’s so painful.
Menunggu satu persatu rintik
hujan yang jatuh membasahi bumi, berharap pelangi yang indah akan muncul dari
balik cakrawala yang sedang menanti hujan usai. Mendengar detak irama suara
rintikan hujan yang merdu. Tik…tik…tik… mengalunkan denting-denting piano yang mengalir
indah, menggugah suasana romantis dalam kesejukan.
Menunggu.
Seperti menunggu hujan –akan
berhenti. Membayangkan mekaran bunga warna warni yang mulai dihinggapi
kupu-kupu indah, juga tetesan sisa hujan dibalik selimut kaca seperti embun
pagi.
Hopeless?
Ketika hujan tidak pernah
berhenti. Ketika warna indah pelangi hanya tinggal noda hitam dibalik awan
gelap. Ketika alunan rintikan hujan yang seperti piano berubah menjadi petir.
Ketika bunga-bunga hancur ditelan oleh badai dalam kemarahan hujan. Ketika
tidak pernah ada embun dari sisa hujan yang menempel dibalik selimut kaca.
Hopeless?
Seperti rasa ini. Hanya
tinggal potongan harapan yang saling kehilangan.
Seperti asa ini. Mulai pupus
ditelan waktu dan keadaan.
No comments:
Post a Comment