Monday, October 27, 2014

Hopeless?

Hopeless?
Seperti apa rasanya?
Sulit dijelaskan. Yang pasti, ada begitu banyak harapan yang terbuang sia-sia. Ada begitu banyak kesakitan yang mengalir dalam setiap hembusan nafas. Ada begitu banyak kekecewaan yang menghujani satu persatu tulang beserta nadi.
It’s so painful.

Menunggu satu persatu rintik hujan yang jatuh membasahi bumi, berharap pelangi yang indah akan muncul dari balik cakrawala yang sedang menanti hujan usai. Mendengar detak irama suara rintikan hujan yang merdu. Tik…tik…tik… mengalunkan denting-denting piano yang mengalir indah, menggugah suasana romantis dalam kesejukan.

Menunggu.
Seperti menunggu hujan –akan berhenti. Membayangkan mekaran bunga warna warni yang mulai dihinggapi kupu-kupu indah, juga tetesan sisa hujan dibalik selimut kaca seperti embun pagi.

Hopeless?
Ketika hujan tidak pernah berhenti. Ketika warna indah pelangi hanya tinggal noda hitam dibalik awan gelap. Ketika alunan rintikan hujan yang seperti piano berubah menjadi petir. Ketika bunga-bunga hancur ditelan oleh badai dalam kemarahan hujan. Ketika tidak pernah ada embun dari sisa hujan yang menempel dibalik selimut kaca.

Hopeless?
Seperti rasa ini. Hanya tinggal potongan harapan yang saling kehilangan.
Seperti asa ini. Mulai pupus ditelan waktu dan keadaan.

No comments:

Post a Comment