Bicara tentang
kehidupan, apa sih yang paling kamu suka dari hidup itu sendiri?
Bagi saya,
tidak ada hal yang paling saya sukai dari hidup. Semuanya sama. Saya suka
semuanya. Dimana hidup itu butuh suatu perjuangan, yang harus kita perjuangkan
demi apapun. Hidup juga tentang cinta, apa dan siapa yang kita cintai. Seperti yang
selama ini terjadi, bahwa hidup penuh dengan cinta. Tidak hanya tentang cinta,
hidup juga tentang sebuah pertemanan, sebuah persahabatan yang terjalin atau
putus begitu saja. Karena hidup membutuhkan penyokong dan tonggak yang kuat untuk
dapat berdiri seperti persahabatan itu sendiri. Hidup juga tentang pilihan,
mana-mana yang harus kita pilih atau kita tinggalkan. Hidup itu warna, dimana
setiap orang membutuhkan warna-warna cerah yang dapat menyempurnakan hidup itu
sendiri. Kenyataannya hidup itu sendiri tidak selalu berwarna cerah. Hidup terkadang
butuh warna-warna gelap. Kenapa? Supaya kita tahu bagaimana warna cerah itu. Kalau tidak ada yang namanya gelap,
bagaimana mungkin ada terang? Logikanya, dari mana kita bisa tahu kalau
siang itu terang karena cahaya matahari jika kita tidak tahu yang namanya malam
dalam gelap? Artinya, hidup yang sempurna itu adalah hidup yang penuh warna,
termasuk hitam yang gelap dan abu-abu yang samar. Jadi, bagi saya sendiri hidup
itu sama special dan penting semuanya. Karena jika kekurangan satu point saja
dalam hidup ini –apapun itu– ya tidak ada yang special lagi artinya.
Selama liburan
kemarin saya menamatkan beberapa buah buku bacaan –novel– yang begitu terkesan bagi saya pribadi. Ada beberapa
bagian cerita dan kata-kata yang ‘wah, ini sungguh menyentuh’ ataupun ‘wonderful, I love it’ setelah saya membacanya.
“Mungkin
adakalanya cinta butuh jarak. Bukan untuk berpisah, tetapi untuk menguji
besarnya cinta itu sendiri” ~ Tokyo
Saya tertegun
membaca kalimat ini. Ini seperti mengingatkan diri saya sendiri, hidup saya. Kenapa
cinta butuh jarak? Istilah gaulnya itu mungkin sekitaran LDR (Long distance relationship) atau apapun
itu yang mirip dengan jarak-jarak tersebut. Lantas jarak bisa menguji besarnya cinta
seseorang ya? Kalau begitu, jika ada seseorang yang ingin menguji perasaan
seseorang kepadanya harus berjarak dulu, seperti itu? Setelah saya pikir-pikir,
ada benarnya juga. Terkadang jarak adalah alasan cinta itu runtuh, tetapi
dengan jarak terkadang cinta bisa utuh.
“Di dunia
ini ada beberapa hal yang disebut takdir, sisanya adalah pilihan” ayah Ai ~ AI -
Winna Efendi.
Saya langsung
mengangguk setuju setelah menyelesaikan kalimat tersebut. Beberapa hal memang
ditakdirkan untuk kita dan kita tidak dapat mengubahnya, seperti kematian. Kematian
adalah sebuah takdir yang tidak ada seorangpun bisa mengetahuinya sebelum
waktunya tiba. Namun, beberapa hal lain di dunia ini adalah pilihan. Seperti masa
depan, tujuan hidup, cita-cita dan harapan. Kita bisa memilihnya, memilih
seperti apa masa depan kita nanti dan usaha apa yang kita lakukan dalam memilih
tersebut.
“Cinta seperti sesuatu yang mengendap-endap dibelakangmu. Suatu saat tiba-tiba kau baru sadar cinta menyergapmu tanpa peringatan” Natsu ~ AI - Winna Efendi.
Kalimat
ini diucapkan Natsu kepada Sei, dimana hati Sei sebenarnya telah disimpan untuk
Ai –sahabatnya sejak kecil– namun ia memilih menjalin hubungan dengan Natsu
yang mencintainya tanpa ia pernah tahu benar-benar bahwa ia tidak bisa mencintai
Natsu seperti Ai. Saya rasa, cinta memang seperti itu. Ia suka mengendap-endap
dan menyergap tiba-tiba, tidak peduli kita siap atau tidak, seperti Sei yang
belum siap ketika ia tahu bahwa ternyata ia jatuh cinta pada sahabatnya sendiri
(saya ulangi sekali lagi, Sei jatuh cinta pada sahabatnya sendiri, Ai).
“Hal terpenting
dalam cinta adalah persahabatan, dan hal yang terpenting dalam persahabatan
adalah cinta” Shin ~ AI - Winna Efendi.
Sedih ketika
harus mengetahui bahwa akhir cerita ini adalah Shin pergi, kecelakaan merenggut
nyawanya. Namun meskipun sedih dan tragis, namun itulah adalah masa awal kembalinya
hubungan Sei dan Ai (sebelumnya Shin adalah pacar Ai, dan mereka bertiga
dulunya adalah sahabat hingga Sei merasa tersisih ketika diantara 3 orang
tersebut harus ada hubungan yang lebih khusus 2 orang yaitu Shin dan Ai) bahkan
lebih dari sekedar sahabat. Awalnya saya bingung, dalam cinta ada persahaban,
dan dalam persahabatan ada cinta. Tetapi ternyata Shin benar, saya setuju
dengannya. Persahabatan itu saling bahu membahu, antara telinga yang mendengar
dan mulut yang berbicara ada suatu ikatan tak terlihat. Begitupun cinta, jadi
lengkap sudah ketika dalam cinta juga terdapat persahabatan. Persahabatan itu
juga tidak hanya sekedar saling ada ketika suka dan duka, tetapi juga harus ada
cinta yang tertanam dan bersemi didalamnya hingga ia tumbuh dan menyempurnakan
persahabatan itu sendiri. Jadi ya ketika terjalin suatu hubungan persahabatan
antara dua lawan jenis tidak menutup kemungkinan adanya rasa cinta yang lebih
dari sekedar sahabat, seperti yang terjadi antara Sei dan Ai.
“Buat
gue perasaan paling enggak enak sedunia adalah sesal. Apapun yang lo lakuin, lo
enggak akan bisa menekan tombol rewind
untuk kembali ke momen saat segalanya berubah. Lo enggak akan bisa naik mesin
waktu atau memutarbalikkan jarum jam untuk kembali ke masa itu, untuk
memperbaiki kesalahan yang lo perbuat, atau mengembalikan keadaan seperti
sebelumnya.” ~ Melbourne – Winna Efendi.
Sebelum
selesai membaca kalimat tersebut saya sudah mengangguk-angguk, dan ketika
kalimat tersebut selesai saya langsung setuju tanpa menunggu perintah kerja
otak untuk menyatakan setuju. ‘rewind’
tidak akan pernah bisa jika pada waktu. Meskipun kita memohon sampai segila
apapun, waktu tetap saja terus berjalan, tidak akan pernah berhenti pun
terulang. Lantas bagaimana dengan sesuatu pada masa lalu yang terlalu buruk? Tidakkah
kita bisa memperbaikinya? Saya rasa, jika untuk mengulang waktu dan memperbaiki
semuanya nilai peluang adalah nol. Namun, jika kita ingin memperbaiki masa
depan, dan tidak merusaknya mungkin semuanya bisa berubah tanpa harus me-rewind. Seperti kata-kata ‘penyesalan selalu datang terlambat’,
itu pasti. Kalau tidak terlambat namanya bukan penyesalan dong. Dan setiap
orang wajar jika mengalaminya, meskipun itu sakit, teramat sakit. Setidaknya,
dengan adanya penyesalan, setiap orang bisa belajar dari itu semua dan tidak
mengulanginya. Sehingga harapan ‘rewind’
pada waktu itu tidak ada, because that’s
so impossible.
Semua yang
kita hadapi dalam hidup ini adalah warna-warni kehidupan. Pada satu sisi kita
tidak bisa memilih ingin warna apa dalam hidup –layaknya ketika punya rumah ingin
mengecat jendela rumah dengan warna apa– namun pada sisi lain kita diberi
kesempatan untuk mengatur hidup, menatanya dengan warna yang seperti apa. Dan disitulah
lewat keistimewaan hidup yang kita pilih, meskipun tidak pernah terlepas dari takdir, kita masih mempunyai pilihan.
No comments:
Post a Comment