Sunday, February 9, 2014

Life Of Colorful


Bicara tentang kehidupan, apa sih yang paling kamu suka dari hidup itu sendiri?


Bagi saya, tidak ada hal yang paling saya sukai dari hidup. Semuanya sama. Saya suka semuanya. Dimana hidup itu butuh suatu perjuangan, yang harus kita perjuangkan demi apapun. Hidup juga tentang cinta, apa dan siapa yang kita cintai. Seperti yang selama ini terjadi, bahwa hidup penuh dengan cinta. Tidak hanya tentang cinta, hidup juga tentang sebuah pertemanan, sebuah persahabatan yang terjalin atau putus begitu saja. Karena hidup membutuhkan penyokong dan tonggak yang kuat untuk dapat berdiri seperti persahabatan itu sendiri. Hidup juga tentang pilihan, mana-mana yang harus kita pilih atau kita tinggalkan. Hidup itu warna, dimana setiap orang membutuhkan warna-warna cerah yang dapat menyempurnakan hidup itu sendiri. Kenyataannya hidup itu sendiri tidak selalu berwarna cerah. Hidup terkadang butuh warna-warna gelap. Kenapa? Supaya kita tahu bagaimana warna cerah itu. Kalau tidak ada yang namanya gelap, bagaimana mungkin ada terang? Logikanya, dari mana kita bisa tahu kalau siang itu terang karena cahaya matahari jika kita tidak tahu yang namanya malam dalam gelap? Artinya, hidup yang sempurna itu adalah hidup yang penuh warna, termasuk hitam yang gelap dan abu-abu yang samar. Jadi, bagi saya sendiri hidup itu sama special dan penting semuanya. Karena jika kekurangan satu point saja dalam hidup ini –apapun  itu– ya  tidak ada yang special lagi artinya.

Selama liburan kemarin saya menamatkan beberapa buah buku bacaan –novel–  yang begitu terkesan bagi saya pribadi. Ada beberapa bagian cerita dan kata-kata yang ‘wah, ini sungguh menyentuh’ ataupun ‘wonderful, I love it’ setelah saya membacanya.

“Mungkin adakalanya cinta butuh jarak. Bukan untuk berpisah, tetapi untuk menguji besarnya cinta itu sendiri” ~ Tokyo
Saya tertegun membaca kalimat ini. Ini seperti mengingatkan diri saya sendiri, hidup saya. Kenapa cinta butuh jarak? Istilah gaulnya itu mungkin sekitaran LDR (Long distance relationship) atau apapun itu yang mirip dengan jarak-jarak tersebut. Lantas jarak bisa menguji besarnya cinta seseorang ya? Kalau begitu, jika ada seseorang yang ingin menguji perasaan seseorang kepadanya harus berjarak dulu, seperti itu? Setelah saya pikir-pikir, ada benarnya juga. Terkadang jarak adalah alasan cinta itu runtuh, tetapi dengan jarak terkadang cinta bisa utuh.

“Di dunia ini ada beberapa hal yang disebut takdir, sisanya adalah pilihan” ayah Ai ~ AI - Winna Efendi.
Saya langsung mengangguk setuju setelah menyelesaikan kalimat tersebut. Beberapa hal memang ditakdirkan untuk kita dan kita tidak dapat mengubahnya, seperti kematian. Kematian adalah sebuah takdir yang tidak ada seorangpun bisa mengetahuinya sebelum waktunya tiba. Namun, beberapa hal lain di dunia ini adalah pilihan. Seperti masa depan, tujuan hidup, cita-cita dan harapan. Kita bisa memilihnya, memilih seperti apa masa depan kita nanti dan usaha apa yang kita lakukan dalam memilih tersebut.

“Cinta seperti sesuatu yang mengendap-endap dibelakangmu. Suatu saat tiba-tiba kau baru sadar cinta menyergapmu tanpa peringatan” Natsu ~ AI - Winna Efendi.
Kalimat ini diucapkan Natsu kepada Sei, dimana hati Sei sebenarnya telah disimpan untuk Ai –sahabatnya sejak kecil– namun ia memilih menjalin hubungan dengan Natsu yang mencintainya tanpa ia pernah tahu benar-benar bahwa ia tidak bisa mencintai Natsu seperti Ai. Saya rasa, cinta memang seperti itu. Ia suka mengendap-endap dan menyergap tiba-tiba, tidak peduli kita siap atau tidak, seperti Sei yang belum siap ketika ia tahu bahwa ternyata ia jatuh cinta pada sahabatnya sendiri (saya ulangi sekali lagi, Sei jatuh cinta pada sahabatnya sendiri, Ai).

“Hal terpenting dalam cinta adalah persahabatan, dan hal yang terpenting dalam persahabatan adalah cinta” Shin ~ AI - Winna Efendi.
Sedih ketika harus mengetahui bahwa akhir cerita ini adalah Shin pergi, kecelakaan merenggut nyawanya. Namun meskipun sedih dan tragis, namun itulah adalah masa awal kembalinya hubungan Sei dan Ai (sebelumnya Shin adalah pacar Ai, dan mereka bertiga dulunya adalah sahabat hingga Sei merasa tersisih ketika diantara 3 orang tersebut harus ada hubungan yang lebih khusus 2 orang yaitu Shin dan Ai) bahkan lebih dari sekedar sahabat. Awalnya saya bingung, dalam cinta ada persahaban, dan dalam persahabatan ada cinta. Tetapi ternyata Shin benar, saya setuju dengannya. Persahabatan itu saling bahu membahu, antara telinga yang mendengar dan mulut yang berbicara ada suatu ikatan tak terlihat. Begitupun cinta, jadi lengkap sudah ketika dalam cinta juga terdapat persahabatan. Persahabatan itu juga tidak hanya sekedar saling ada ketika suka dan duka, tetapi juga harus ada cinta yang tertanam dan bersemi didalamnya hingga ia tumbuh dan menyempurnakan persahabatan itu sendiri. Jadi ya ketika terjalin suatu hubungan persahabatan antara dua lawan jenis tidak menutup kemungkinan adanya rasa cinta yang lebih dari sekedar sahabat, seperti yang terjadi antara Sei dan Ai.

“Buat gue perasaan paling enggak enak sedunia adalah sesal. Apapun yang lo lakuin, lo enggak akan bisa menekan tombol rewind untuk kembali ke momen saat segalanya berubah. Lo enggak akan bisa naik mesin waktu atau memutarbalikkan jarum jam untuk kembali ke masa itu, untuk memperbaiki kesalahan yang lo perbuat, atau mengembalikan keadaan seperti sebelumnya.” ~ Melbourne – Winna Efendi.
Sebelum selesai membaca kalimat tersebut saya sudah mengangguk-angguk, dan ketika kalimat tersebut selesai saya langsung setuju tanpa menunggu perintah kerja otak untuk menyatakan setuju. ‘rewind’ tidak akan pernah bisa jika pada waktu. Meskipun kita memohon sampai segila apapun, waktu tetap saja terus berjalan, tidak akan pernah berhenti pun terulang. Lantas bagaimana dengan sesuatu pada masa lalu yang terlalu buruk? Tidakkah kita bisa memperbaikinya? Saya rasa, jika untuk mengulang waktu dan memperbaiki semuanya nilai peluang adalah nol. Namun, jika kita ingin memperbaiki masa depan, dan tidak merusaknya mungkin semuanya bisa berubah tanpa harus me-rewind. Seperti kata-kata ‘penyesalan selalu datang terlambat’, itu pasti. Kalau tidak terlambat namanya bukan penyesalan dong. Dan setiap orang wajar jika mengalaminya, meskipun itu sakit, teramat sakit. Setidaknya, dengan adanya penyesalan, setiap orang bisa belajar dari itu semua dan tidak mengulanginya. Sehingga harapan ‘rewind’ pada waktu itu tidak ada, because that’s so impossible.

Semua yang kita hadapi dalam hidup ini adalah warna-warni kehidupan. Pada satu sisi kita tidak bisa memilih ingin warna apa dalam hidup ­–layaknya ketika punya rumah ingin mengecat jendela rumah dengan warna apa– namun pada sisi lain kita diberi kesempatan untuk mengatur hidup, menatanya dengan warna yang seperti apa. Dan disitulah lewat keistimewaan hidup yang kita pilih, meskipun tidak pernah terlepas dari takdir, kita masih mempunyai pilihan.

No comments:

Post a Comment