Waktu
datang silih berganti. Seperti orang orang yang berada disekitar kita,
disekitar saya. Mereka datang, kemudian pergi. Ada yang datang sesaat kemudian
pergi berlalu begitu saja tanpa pernah menoleh lagi ke belakang untuk
mengucapkan selamat tinggal kepada saya. Ada yang datang lama, kemudian harus
pergi sesaat dengan sebuah janji akan segera kembali pulang dan bertemu lagi dengan
saya. Ada yang datang lama, kemudian pergi untuk waktu yang cukup lama pula dan
menoleh ke belakang, memastikan bahwa saya baik baik saja, tentu saja untuk
waktu yang cukup lama selama ia pergi.
Ini
masih tentang mimpi, harapan. Kenapa? Saya sudah terlanjur terlena oleh mimpi
dan harapan, orang-orang sukses dan berprestasi, orang-orang yang bekerja
keras. Tentang sebuah harapan yang dulu hanya sekedar mimpi belaka, kemudian
menjadi nyata. Tentang mereka yang berhasil menjadi sang pemimpi sukses. Mereka
yang berhasil menjadi motivator bagi kaum-kaum yang masih mempertanyakan arah
hidupnya. Mereka yang dulunya selalu menjadi bahan candaan dan ulok-ulokan
orang lain, kini tersenyum bangga atas dirinya sendiri, atas mimpi-mimpi yang
pernah memotivasi diri sendiri agar dapat meraihnya dan kini bahkan menjadi
inspirasi bagi banyak orang.
“Tuliskan
mimpi-mimpi anda secara nyata. Jangan anda tulis dalam ingatan saja. Karena
pasti anda akan lupa. Tuliskanlah secara nyata. Tulislah 100 target anda diatas
kertas. Hingga suatu hari nanti, yang anda lihat dari 100 target itu hanyalah
coretan. Coretan karena anda telah mencapainya. Dan itulah yang pemuda itu
lakukan. Ia tuliskan 100 target pada 2 lembar kertas dan menempelkannya pada
dinding kamarnya. Meski tak sedikit juga yang tertawa dan mencemoohkan dirinya,
ia tetap menyimpan kertas 100 target itu. Hingga kemudian ia menyadari, bahwa
mimpi yang ia tuliskan dahulu satu
persatu kini TERWUJUD menjadi rangkaian jejak-jejak yang luar biasa dalam
hidupnya. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? (QS : 55).” – Danang
A. Prabowo
Tanpa
harus dipaksa untuk jujur, saya akui bulu kuduk saya berdiri. Bukan karena
takut, tetapi karena saya begitu sangat terhipnotis dan termotivasi oleh video
‘jejak jejak mimpi’ tersebut. Tiba tiba saja tubuh saya gemetaran dan tatapan
saya tak berpaling sedikitpun menyimak satu persatu slide dalam video tersebut.
‘jejak jejak mimpi’ who knows about your
dreams? Terlebih lagi ketika saya membaca bagian “Seberapapun indahnya
rencana kita, jauh lebih indah rencana Allah untuk kita” Subhanallah.
Bagaimana
dengan saya?
Itu
pertanyaan pertama yang terlintas dibenak saya setelah menonton video motivasi
yang begitu bagus tersebut. Rasanya saya sedang berada di atas awan
memperhatikannya, melihat sosok Danang tersebut mengejar mimpi-mimpinya. Bahkan
juga ketika slide yang menampilkan fotonya menggenggam matahari, tiba-tiba saya
menjadi ciut di atas awan sana didekat matahari yang bersinar begitu terang benderang.
Lagi lagi saya teringat tentang ‘Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu
dustakan?’ kenapa saya baru menyadarinya sekarang?
Masihkan
ada waktu untuk saya?
“Beranilah
bermimpi besar! Karena dengan mimpi matahari yang besar dan panas itu dapat ku
genggam dengan tangan ku (tampilan slide : ia sedang menggenggam matahari). Dan kini
giliran anda telah tiba. Untuk mewujudkan mimpi anda. Dan membuat jejak-jejak
anda. Ingatlah pula bahwa mimpi itu adalah harapan. Maka bangkitlah selalu,
karena harapan itupun selalu ada.” – Danang A. Prabowo
Hello
teman semua
Ayo
kita sambut
Hari
baru telah tiba
Apa
yang kurasakan
Ku
ingin engkau tahu
Dan
berbagi bersama
Buka
kita buka hari yang baru
Sebagai
semangat langkah ke depan
Jadi
pribadi baru
Buka
kita buka jalan yang baru
Tebarkan
senyum wajah gembira
Damai
suasana baru
Bukalah
bukalah semangat baru
Bukalah
bukalah semangat baru
Bukalah
bukalah semangat baru
(Ello dkk – Buka
semangat baru)
InsyaAllah
masih ada waktu. Tidak pernah ada kata ‘terlambat’ untuk memulai suatu kebaikan, pun
memulai sebuah mimpi. So, Get your dreams.
Ada banyak sekali peluang diluar sana yang menanti kita tersenyum bangga atas
sebuah keberhasilan, kesuksesan. Bermimpi, jangan hanya sekedar mimpi. Setelah bangun
dari mimpi dan membuka mata, seharusnya keberhasilan yang kita lihat, bukan
malah sebaliknya. Bangun dari mimpi, seharusnya mulai bisa melihat masa depan
yang terang dengan begitu banyak orang-orang tercinta yang selalu mendukung
kita. Bangun dari mimpi, bukan hanya untuk sekedar mengucek-ngucekkan mata
kemudian berkata ‘ah, cuma mimpi’. Itu bukan cara berkata orang-orang hebat. Bukan
berarti saya hebat lantas saya pantas mengatakan hal seperti itu. Saya belum meraih hal-hal besar layaknya orang lain yang
sudah berhasil. Tetapi saya, adalah seorang pemimpi pemula, yang sedang
bermimpi kemudian akan terbangun dengan wajah berseri-seri disambut uluran tangan
keluarga tercinta dan tawa-tawa bahagia mereka.
Entah mulai
sejak kapan saya pernah bermimpi. Seingat memori saya, yang saya tahu saya
bermimpi ketika saya sedang tidur kemudian ketika esok terbangun mimpi tersebut
menjadi samar dan tertelan imajinasi hari-hari saya. Tetapi mulai sekarang,
saya bertekad untuk terus bermimpi dan mewujudkannya. Saya ingin melihat senyum
bahagia pada wajah orang-orang yang saya sayangi pun menyayangi saya.
Tidak perlu takut untuk bermimpi dan berharap. Kenapa? Takut kecewa? Memangnya kenapa kalau kecewa? Bukannya justru kekecewaan itu salah satu penyokong keberhasilan. Dengan kecewa, kita pasti berpikir untuk tidak mengalami kekecewaan kedua kalinya toh. Dengan begitu, darah yang dulunya hanya mengalir pada tubuh, kini ikut mengalir dalam jiwa semangat. Membentuk energi-energi positif yang menjelma sebuah kepercayaan pada diri sendiri.
Tidak perlu takut untuk bermimpi dan berharap. Kenapa? Takut kecewa? Memangnya kenapa kalau kecewa? Bukannya justru kekecewaan itu salah satu penyokong keberhasilan. Dengan kecewa, kita pasti berpikir untuk tidak mengalami kekecewaan kedua kalinya toh. Dengan begitu, darah yang dulunya hanya mengalir pada tubuh, kini ikut mengalir dalam jiwa semangat. Membentuk energi-energi positif yang menjelma sebuah kepercayaan pada diri sendiri.
Jadi,
di sinilah saya sekarang. Menatap langit biru yang cerah dengan harapan dapat menggapainya.
Kalaupun saya terjatuh, saya harus bangkit lagi. Kenapa saya harus menyerah
ketika jatuh? Bukankah orang berhasil tersebut harus jatuh berkali-kali, bahkan
pada lubang yang sama sebelum meraih kesuksesan. Saya harus percaya, bahwa
takdir memang telah ditetapkan. Dan rencana Tuhan kepada saya memang lebih
indah dari rencana siapapun.
Berbicara
tentang mimpi, dulu saya masih ragu bin bimbang binti galau tentang mimpi saya.
Apa sih mimpi itu? Kenapa setiap orang membicarakan mimpi? Sepenting apakah
mimpi itu? Sekarang saya tahu jawabannya. Mimpi begitu penting. Karena mimpi,
kita berani berharap, dan berusaha mewujudkannya. Karena mimpi adalah
butir-butir masa depan yang belum tampak, karena ia masih diselimuti oleh
bongkahan salju –yang ada di gunung Fujiyama mungkin– dan menunggu untuk
ditemukan. Dibalik mimpi, terdapat sebuah rasa percaya diri yang harus digali dan
diasah agar kelak dapat berguna, tentu saja demi mimpi itu sendiri. Dan sekarang,
saya sudah menetapkan mimpi-mimpi saya (cerinya banyak sekali mimpi saya). Bahasa
yang paling mudah dipamahi adalah just do
it. Berkata emang mudah, tetapi melakukan dan mewujudnya adalah bagian
tersulit. Lantas kenapa kalau sulit? You want
give up? NO!
Jadi,
seharusnya tidak masalah dong kalau saya ingin dan terus bermimpi. Bukankah bermimpi
tidak melihat usia? Jadi mau setua apapun saya (setua? Semacam tua sekali),
saya tetap masih bisa bermimpi. Dan semoga mimpi ini, akan terwujud kelak,
seperti mimpi-mimpi orang sebelum saya.
Just do it, and believe.
No comments:
Post a Comment