Tuesday, February 4, 2014

Go For Your Dreams

Hay Februari
Akhirnya Januari terlewati juga. Banyak suka duka yang saya lalui disana, terutama hari hari di akhir Januari. Mulai dari rasa rindu saya pada Desember. Ah ya itu dia, akhirnya saya bisa melewati Januari ini dengan begitu banyak uap-uap kebahagiaan pada Desember. Dan saya bersyukur, akhirnya bisa menjemput udara Februari ini. Meskipun ini baru hari ke-4 pada bulan ini, tetapi saya harus memulainya dengan baik. Saya tidak ingin Februari berakhir dengan buruk ketika saya mulai menjemput sang Maret.

Akhir akhir ini ada sesuatu yang janggal dibenak saya. Sebenarnya, mungkin ini bukan sesuatu yang rumit. Hanya saja, hal tersebut terus mengganggu pikiran saya. Lagi pula, kalau tidak saya pusingkan juga tidak apa apa. That’s not a big trouble. Saya bukan seseorang yang terlalu membesar-besar kan sesuatu yang kecil, dan juga meremehkan sesuatu yang kecil. Ini adalah tentang 2 buah gagasan, yang berhasil membingungkan saya.

“Bermimpilah setinggi langit, kalaupun kamu jatuh setidaknya tidak jatuh-jatuh kali”

“Semakin besar harapan yang kita harapkan, semakin besar pula kekecewaan yang kita dapatkan”

What do you think? Same with me?

Dulu, kawan saya pernah bilang seperti gagasann kutipan yang pertama. Saya disuruh bermimpi setinggi langit. Kenapa? Ya mimpi aja, tidak ada yang ngelarang kan kita untuk bermimipi. Karena justru dari mimpi itulah lahir siapa kita yang sesungguhnya. Kalau kita lagi dimasa-masa galau, setidaknya mimpi bisa ngelepasin jeratan kita dari kegalauan. I said ‘yes’ to my self. Saya pun bermimipi. Saya benar-benar bermimpi, everytime. Saya pun mengajak kawan lainnya untuk bermimpi, dan akhirnya kami pun sama-sama bermimpi. And we believe, if we can get it. Saya tidak pernah putus ada, begitupun mereka. Kami sama-sama menempati suatu ruang mimpi masing-masing, yang hanya kami sendiri benar-benar tau bagaimana ruang tersebut dari luar maupun dalam, sedangkan lainnya, mereka hanya bisa melihat ruang tersebut dari luar. Kami saling menyemangati, membopoh teman-teman ‘pemimpi’ kami ketika mereka hampir terjatuh. Kami saling berpegangan erat satu sama lain, berharap ketika kami bermimpi setinggi langit, dan  bila terjatuh jarak kami tidak akan terlalu jauh.

Baby you’re all that I want
When you’re lying here in my arms
I’m finding it hard to believe
We’re in heaven
And love is all that I need
And I found it there in your heart
It isn’t too hard to see
We’re in heaven
(Bryan Adams – Heaven)

The last, gagasan tentang kutipan “Semakin besar harapan yang kita harapkan, semakin besar pula kekecewaan yang kita dapatkan.” Saya bermimpi setinggi langit, dan sangat besar harapan saya untuk dapat meraihnya, tetapi ketika saya jatuh ternyata bukan ‘tidak jatuh-jatuh kali’ yang saya dapatkan, melainkan ‘kekecewaan yang besar’, bahkan bisa jadi begitu besar. How to say that? It’s so painful.
Do you feel that? Dari mimpi setinggi langit yang selama ini berhasil mencetak rekor pembangkit semangat, tiba-tiba yang didapat adalah sebuah kekecewaan. That’s called stupid.

Tidak ada kekecewan yang tidak sakit. Terlebih lagi ketika pegangan erat teman-teman ‘pemimpi’ lepas saat meraih mimpi setinggi langit. Dan seketika itu juga, tidak ada lagi yang namanya ‘tidak jatuh-jatuh kali’. Yang ada hanya sebuah ‘kekecewaan’.

You’re reaching out
And no one hears your cry
You’re freaking out again
Cause all your fears remind you
Another dream has come undone
You feel so small and lost
Like you’re the only one
You wanna scream
Cause you’re desperate
(David Archuleta – Desperate)

Bagaimana dengan kamu? Pernahkan kamu merasa seperti itu? Yang kamu tau, kamu hanya bermimpi setinggi langit, karena ketika kamu jatuh setidaknya tidak akan jatuh-jatuh kali. Tetapi pada akhirnya tanpa kamu pernah tau, bahwa disana, disetiap ada harapan ada pula kekecewaan yang mendampinginya.

Itulah yang selama ini mengganggu pikiran saya. Sebenarnya memang bukan suatu masalah yang besar, tetapi karena itulah pada akhirnya menjadi suatu masalah bagi saya, meskipun tidak besar. Bukankah sudah saya katakan, saya tidak membesar-besarkan suatu masalah yang kecil, pun tidak meremehkan suatu hal yang kecil. Because sometimes something small that can make things bigger. Saya peduli pada mimpi setinggi langit, pun peduli pada kekecewaan yang saya dapatkan.

Jadi, apa yang harus saya lakukan sekarang?

Haruskah saya tetap bermimpi setinggi langit? Dengan berharap tidak akan jatuh-jatuh kali ketika saya jatuh? Atau saya harus sedikit berharap, dengan kata lain tidak bermimpi setinggi langit, agar kekecewaan yang saya dapatkanpun tidak terlalu besar. Saya serius, saya benar-benar bingung harus memilih yang mana. Atau mungkin, saya bisa menyatukan keduanya. Seperti . . .

“Bermimpilah setinggi langit, karena ketika kamu jatuh setidaknya tidak jatuh-jatuh kali. Dan dimanapun kamu jatuh, kamu harus siap menerima setiap kekecewaannya”

Kenapa? Karena setiap harapan yang gagal pasti ada kekecewaan. Tetapi dibalik itu semua setidaknya kebanggaan itu pasti ada, karena kamu telah berani bermimpi dan menerimanya. Tidak banyak orang yang bisa melakukannya.

No comments:

Post a Comment