Kita
seperti memiliki sebuah cerita. Bukan sekedar cerita, mungkin lebih.
Disini
aku pemeran utamanya. Aku tidak begitu pandai, tidak begitu cantik, tidak
begitu putih, tidak begitu antusias dalam berpikir, tidak begitu aktif dalam
organisasi, tidak begitu, sudah cukup. Aku bukanlah pemeran utama yang memiliki
kesempurnaan. Tentu saja, cerita ini juga bukan tentang kesempurnaan kok. Cerita
ini ya tentang sebuah cerita. Dimana kita sama sama memiliki kedudukan masing
masing dalam cerita ini.
# Cerita putri musim gugur
Seperti
cerita dongeng sebelum tidur pada umumnya. Dimana seorang putri yang ingin
menemukan pangeran sejatinya. Melalui berbagai rintangan kesulitan, dan cobaan
demi cobaan pun dilaluinya. Dan cerita ini juga tak jauh berbeda dari dongeng
dongeng itu kok. Aku, si putri musim gugur yang mengharapkan kedatangan seorang pangeran yang bisa mengubah hidupku, sama seperti putri putri lainnya.
Ini musim
gugur pertama yang pernah ku lewati. Entahlah, aku pikir di dunia ini tidak ada
musim seperti ini. Tetapi ternyata tiba tiba pagi ini aku terbangun dan musim
gugur itu datang. Dan kamu pergi begitu saja meninggalkan aku dan musim gugur
ini. Padahal kita belum sempat melihat
musim gugur yang tak pernah ku ketahui ini. Ada suatu rasa yang membebani
hatiku, aku tak mengerti. Tiba tiba saja datang. Mungkin sesaat lagi juga akan tiba
tiba pergi.
Ya,
musim gugur ternyata seperti ini. Tak banyak daun daun yang bisa kulihat lagi. Malah
nyaris tepatnya sama sekali tak ada lagi daun daun yang bisa kulihat. Padahal aku
membutuhkan beberapa helai daun untuk membuat sebuah kotak istimewa kepadamu
sebelum kau pergi. Tetapi ya sudahlah, ku pikir kau pun tidak membutuhkannya. Aku
tidak akan mempersulit diriku kok. Tenang saja. Ini bukan awal yang buruk
harapku. Semoga saja.
Hari
hari hari. Udaranya terasa begitu sejuk. Setiap hari aku perlu mengenakan jaket untuk
menghangati tubuhku, aku tidak ingin sakit gara gara udara yang seperti ini. Dan
tentu saja jaket yang selalu ku gunakan jatuh pada jaket berwarna pink, jaket
favorit ku.
Pada musim ini, banyak perasaan baru yang menyelimuti rangka dan daging setiap hariku. Ada perasaan A yang harus aku lalui setiap bangun pagi. Ada perasaan
B yang harus ku lalui setelah memakai jaket. Ada perasaan C yang selalu ku
lalui sebelum perutku berbunyi minta diberi jatahnya. Dan masih banyak perasaan
perasaan lain yang selalui mengikuti arah perjalan musim gugurku. Banyak
yang aku keluhkan, tetapi aku mulai belajar untuk tidak mengeluh kok. Mungkin musim gugur ini salah satu musim penguji perasaan ku, musim yang memberiku pelajaran baru bagiku.
Ternyata
hari hari musim gugur pertamaku tidak begitu buruk, pun begitu baik juga kok. Aku
sendiri malah tidak tahu ingin menjadikan musim gugur ini musim yang seperti
apa. Aku mulai menerima takdir bahwa musim gugur itu memang ada, seperti saat
ini. Hanya ada diriku sendiri.
Hai,
aku berhasil melewati musim gugur pertamaku. Meskipun tanpa kamu.
Pagi
ini aku terbangun dengan musim yang baru kembali. Awalnya aku berpikir bahwa
musim gugur akan berlangsung lama, bahkan lebih lama dari ini. Tapi ternyata
musim pun berganti. Musim gugur pergi entah kemana. Ia tak mengirimi ku surat
ucapan selamat tinggalnya, bahkan melalui memo pun tidak. Ia pergi begitu saja.
Aku tidak bersedih, entahlah. Mungkin karena pada awalnya aku juga tidak
mengharapkan musim gugur itu hadir, apalagi tanpa kamu.
Pagi
ini aku melihat butiran Kristal Kristal es memenuhi ruang jendela terindahku. Kenapa
terindah? Karena setiap pagi aku selalu memandangnya, berharap sosok yang ku
rindukan mengetuk jendela itu dan tersenyum lebar membangunkanku. Aku selalu
merindukan senyumnya yang teduh, seteduh pohon rindang yang begitu besar di
sepoi oleh angin angin yang datang dari arah utara selatan timur barat. Inilah musim
salju. Kristal Kristal itu salju. Salju yang dingin. Bahkan lebih dingin dari
musim gugur.
Sama
seperti musim gugur, aku tak pernah tahu di dunia ini ada musim yang berjatuhan
Kristal Kristal es dingin seperti ini. Udaranya pun begitu dingin, bahkan lebih
dingin dari musim gugur lalu. Jaket yang ku kenakan tidak cukup satu, aku harus
menambah beberapa lapis jaket lagi untuk menghangatkan tubuhku. Udaranya benar
benar dingin, menusuk hingga ke tulangku.
Hai kamu
yang disana. Apakah kamu tahu musim salju? Aku merasakaanya disini. Begitu dingin,
begitu sakit. Apakah kau merasakannya?
Aku benar
benar tidak tahu ada musim yang begitu memilukan perasaan ku seperti ini. Aku
merasa kesakitan menghadapi musim ini. Bisakah kamu menolongku? Seperti pangeran
yang menolong putri salju. Putri salju yang sekarat, kemudian sesosok pangeran
datang menyelamatkan hidupnya, dan akhirnya mereka hidup bahagia. Adakah hari
bahagia di penghujung musim salju ini untuk ku?
Musim
salju ini nyaris membunuh ku. Tidak, bukan ragaku. Tetapi jiwaku. Jiwaku seperti mati kedinginan
oleh waktu, oleh salju. Pun juga oleh kamu yang jauh saat ini. Bisakah kau merasakan kesakitan musim salju seperti
yang ku alami?
Akhirnya
musim salju berlalu. Ternyata aku bukan seorang putri salju yang di datangi
oleh pangeran. Pangeran musim salju penolongku tidak datang melihat keadaanku
yang serba kedinginan ini. Tetapi, aku mencoba tidak menganggapnya suatu hal
yang perlu diperhitungkan secara matematis dengan rumus aljabar untuk
membuktikan bahwa aku tidak baik baik saja. Buktinya, aku mampu melalui musim
salju ini seorang diri. Masih tanpa kehadiran sesosok pengeran yang bisa menyelamatkanku.
Kali
ini matahari mulai bersinar memamerkan ketangguhan sinarnya dihadapan jendela
kamarku. Aku mulai melepas jaket ku yang berlapis lapis itu dan menikmati
pemandangan indah dari balik jendela. Kau tahu, ku pikir pemandangan indah itu
adalah senyum menawan mu yang selalu ku nantikan dari jendela ini. Tetapi
ternyata sama saja, setelah musim dingin yang nyaris membunuh jiwa ku, kau
tetap saja tak kunjung datang membagi
senyum itu pada ku dimusim yang baru ini. Aku hanya melihat setumpuk bunga
bunga indah yang menghiasi tanah lapang di depan jendela yang dulunya tertutupi
salju. Ada sedikit perasaan bahagia yang menyelimuti ku memang. Pemandangan. Ya,
pemandangan yang kulihat tidak lagi Kristal Kristal putih itu, kali ini lebih
berwarna.
Ku
harap, kamu bisa berada di sampingku saat ini melihat musim semi yang begitu
indah ini. Aku selalu berharap mendapati musim yang indah, tetapi kali ini aku
benar benar sangat mengharapkan ini akan jadi musim terindah, dan tidak akan
berlalu begitu saja.
Dimana
kamu? Tidakkah kau ingin melihat bunga bunga bermekaran ini bersama ku? Ku pikir
ini indah.
Ternyata
musim semi itu sama saja seperti musim musim lainnya. Ia datang dan berlalu
juga.
Aku
menatap jendela ku, ada yang berbeda dengan matahari pagi ini. Ia begitu terik
dan panas. Terlalu memamerkan sinarnya yang hangat pikirku. Itu akan
membakarku, mungkin.
Dan ya,
benar. Musim panas ini benar benar membakar habis jiwaku. Aku benar benar
di buat panas berkali kali dan setiap
saat. Tetapi selalu saja mencoba menenangkan diri bahwa musim ini akan segera
membaik padaku. Setidaknya ya, tidak akan ada aksi bakar membakarlah, itu cukup
bukan.
Kamu
dimana? Aku selalu saja menanti kehadiranmu. Bisakah kau menenangkan sedikit
hatiku? Jangan membuatnya menjadi lebih rumit.
Aku lelah
musim ini, tenaga ku habis sehabis habisnya. Masih adakah kesabaran dalam
relung lengkungan jiwa ini? Meskipun sedikit, itu amat berarti.
Daun
daun kembali berguguran. Musim panas itu telah berakhir. Ada sedikit perasaan
lega, karena aku tidak perlu sampai menahan emosi yang begitu hampir menguap. Tidak
ada lagi. Ini musim gugur seperti yang dahulu. Bedanya, kali ini musim gugur
kedua ku. Samanya, masih tanpa kamu.
Dan kau tahu? Sampai saat ini aku terus saja melewati berbagai musim ini sendirian. Aku kesepian, apakah kau mendengarku? Aku kesepian. Setiap musim gugur, aku selalu menani kehadiranmu. Aku berharap kamu akan datang di hadapanku dengan senyum cerah. Tidak seperti dahulu, musim gugur pertamaku, juga pertama kalinya kamu meninggalkanku. Aku melewati musim musim lainnya dengan biasa saja, tak ada yang istimewa. Tetapi, setiap musim gugur tiba aku ingin selalu merawa ini adalah musim yang istimewa. Musim dimana kamu benar benar akan datang padaku, kembali kepadaku.
Dan kau tahu? Sampai saat ini aku terus saja melewati berbagai musim ini sendirian. Aku kesepian, apakah kau mendengarku? Aku kesepian. Setiap musim gugur, aku selalu menani kehadiranmu. Aku berharap kamu akan datang di hadapanku dengan senyum cerah. Tidak seperti dahulu, musim gugur pertamaku, juga pertama kalinya kamu meninggalkanku. Aku melewati musim musim lainnya dengan biasa saja, tak ada yang istimewa. Tetapi, setiap musim gugur tiba aku ingin selalu merawa ini adalah musim yang istimewa. Musim dimana kamu benar benar akan datang padaku, kembali kepadaku.
Aku mengibaratkan
diriku seperti putri musim gugur. Menantikan sesosok pengeran yang akan meraih
tanganku dan mengobati segala luka yang ada. Luka selama musim musim sebelumnya tentu saja.
Kamu
dimana?
Masihkah
ingin berlari lari dari kehidupan kecilku?
Meninggalkan
sosok yang begitu lemah ini sendirian?
Menganggap
aku akan selalu baik baik saja seperti dahulu?
Kamu
dimana?
Bisakah
datang padaku?
Menikmati
musim gugur kedua ku ini.
Aku memang
tidak pernah tau ada musim gugur seperti ini di dunia. Tetapi bisakah kau
pulang untuk musim gugur ini? Aku sudah menanti kehadiranmu selama bermusim musim gugur ini. Kita lihat guguran daun daun yang jatuh seperti
perasaan ku ketika musim gugur lalu kamu pergi begitu saja. Bisakah kau datang
dan hadir dari balik jendala terbaik ku itu? Jendela penuh harapan yang ku
harapkan dengan kehadiran senyum indahmu.
Aku ingin
menjadi putri musim gugur yang kesepian, kemudian kamu akan datang menjadi
sosok pengeran penolongku.
Bisakah?
Putri musim gugur mu sedang menanti.
No comments:
Post a Comment