Thursday, October 3, 2013

Putri Musim Gugur

Kita seperti memiliki sebuah cerita. Bukan sekedar cerita, mungkin lebih.
Disini aku pemeran utamanya. Aku tidak begitu pandai, tidak begitu cantik, tidak begitu putih, tidak begitu antusias dalam berpikir, tidak begitu aktif dalam organisasi, tidak begitu, sudah cukup. Aku bukanlah pemeran utama yang memiliki kesempurnaan. Tentu saja, cerita ini juga bukan tentang kesempurnaan kok. Cerita ini ya tentang sebuah cerita. Dimana kita sama sama memiliki kedudukan masing masing dalam cerita ini.

# Cerita putri musim gugur


Seperti cerita dongeng sebelum tidur pada umumnya. Dimana seorang putri yang ingin menemukan pangeran sejatinya. Melalui berbagai rintangan kesulitan, dan cobaan demi cobaan pun dilaluinya. Dan cerita ini juga tak jauh berbeda dari dongeng dongeng itu kok. Aku, si putri musim gugur yang mengharapkan kedatangan seorang pangeran yang bisa mengubah hidupku, sama seperti putri putri lainnya.

Ini musim gugur pertama yang pernah ku lewati. Entahlah, aku pikir di dunia ini tidak ada musim seperti ini. Tetapi ternyata tiba tiba pagi ini aku terbangun dan musim gugur itu datang. Dan kamu pergi begitu saja meninggalkan aku dan musim gugur ini. Padahal  kita belum sempat melihat musim gugur yang tak pernah ku ketahui ini. Ada suatu rasa yang membebani hatiku, aku tak mengerti. Tiba tiba saja datang. Mungkin sesaat lagi juga akan tiba tiba pergi.

Ya, musim gugur ternyata seperti ini. Tak banyak daun daun yang bisa kulihat lagi. Malah nyaris tepatnya sama sekali tak ada lagi daun daun yang bisa kulihat. Padahal aku membutuhkan beberapa helai daun untuk membuat sebuah kotak istimewa kepadamu sebelum kau pergi. Tetapi ya sudahlah, ku pikir kau pun tidak membutuhkannya. Aku tidak akan mempersulit diriku kok. Tenang saja. Ini bukan awal yang buruk harapku. Semoga saja.

Hari hari hari. Udaranya terasa begitu sejuk. Setiap hari aku perlu mengenakan jaket untuk menghangati tubuhku, aku tidak ingin sakit gara gara udara yang seperti ini. Dan tentu saja jaket yang selalu ku gunakan jatuh pada jaket berwarna pink, jaket favorit ku.

Pada musim ini, banyak perasaan baru yang menyelimuti rangka dan daging setiap hariku. Ada perasaan A yang harus aku lalui setiap bangun pagi. Ada perasaan B yang harus ku lalui setelah memakai jaket. Ada perasaan C yang selalu ku lalui sebelum perutku berbunyi minta diberi jatahnya. Dan masih banyak perasaan perasaan lain yang selalui mengikuti arah perjalan musim gugurku. Banyak yang aku keluhkan, tetapi aku mulai belajar untuk tidak mengeluh kok. Mungkin musim gugur ini salah satu musim penguji perasaan ku, musim yang memberiku pelajaran baru bagiku.

Ternyata hari hari musim gugur pertamaku tidak begitu buruk, pun begitu baik juga kok. Aku sendiri malah tidak tahu ingin menjadikan musim gugur ini musim yang seperti apa. Aku mulai menerima takdir bahwa musim gugur itu memang ada, seperti saat ini. Hanya ada diriku sendiri.

Hai, aku berhasil melewati musim gugur pertamaku. Meskipun tanpa kamu.

Pagi ini aku terbangun dengan musim yang baru kembali. Awalnya aku berpikir bahwa musim gugur akan berlangsung lama, bahkan lebih lama dari ini. Tapi ternyata musim pun berganti. Musim gugur pergi entah kemana. Ia tak mengirimi ku surat ucapan selamat tinggalnya, bahkan melalui memo pun tidak. Ia pergi begitu saja. Aku tidak bersedih, entahlah. Mungkin karena pada awalnya aku juga tidak mengharapkan musim gugur itu hadir, apalagi tanpa kamu.

Pagi ini aku melihat butiran Kristal Kristal es memenuhi ruang jendela terindahku. Kenapa terindah? Karena setiap pagi aku selalu memandangnya, berharap sosok yang ku rindukan mengetuk jendela itu dan tersenyum lebar membangunkanku. Aku selalu merindukan senyumnya yang teduh, seteduh pohon rindang yang begitu besar di sepoi oleh angin angin yang datang dari arah utara selatan timur barat. Inilah musim salju. Kristal Kristal itu salju. Salju yang dingin. Bahkan lebih dingin dari musim gugur.

Sama seperti musim gugur, aku tak pernah tahu di dunia ini ada musim yang berjatuhan Kristal Kristal es dingin seperti ini. Udaranya pun begitu dingin, bahkan lebih dingin dari musim gugur lalu. Jaket yang ku kenakan tidak cukup satu, aku harus menambah beberapa lapis jaket lagi untuk menghangatkan tubuhku. Udaranya benar benar dingin, menusuk hingga ke tulangku.

Hai kamu yang disana. Apakah kamu tahu musim salju? Aku merasakaanya disini. Begitu dingin, begitu sakit. Apakah kau merasakannya?

Aku benar benar tidak tahu ada musim yang begitu memilukan perasaan ku seperti ini. Aku merasa kesakitan menghadapi musim ini. Bisakah kamu menolongku? Seperti pangeran yang menolong putri salju. Putri salju yang sekarat, kemudian sesosok pangeran datang menyelamatkan hidupnya, dan akhirnya mereka hidup bahagia. Adakah hari bahagia di penghujung musim salju ini untuk ku?

Musim salju ini nyaris membunuh ku. Tidak, bukan ragaku.  Tetapi jiwaku. Jiwaku seperti mati kedinginan oleh waktu, oleh salju. Pun juga oleh kamu yang jauh saat ini. Bisakah kau  merasakan kesakitan musim salju seperti yang ku alami?

Akhirnya musim salju berlalu. Ternyata aku bukan seorang putri salju yang di datangi oleh pangeran. Pangeran musim salju penolongku tidak datang melihat keadaanku yang serba kedinginan ini. Tetapi, aku mencoba tidak menganggapnya suatu hal yang perlu diperhitungkan secara matematis dengan rumus aljabar untuk membuktikan bahwa aku tidak baik baik saja. Buktinya, aku mampu melalui musim salju ini seorang diri. Masih tanpa kehadiran sesosok pengeran yang bisa menyelamatkanku.

Kali ini matahari mulai bersinar memamerkan ketangguhan sinarnya dihadapan jendela kamarku. Aku mulai melepas jaket ku yang berlapis lapis itu dan menikmati pemandangan indah dari balik jendela. Kau tahu, ku pikir pemandangan indah itu adalah senyum menawan mu yang selalu ku nantikan dari jendela ini. Tetapi ternyata sama saja, setelah musim dingin yang nyaris membunuh jiwa ku, kau tetap saja tak  kunjung datang membagi senyum itu pada ku dimusim yang baru ini. Aku hanya melihat setumpuk bunga bunga indah yang menghiasi tanah lapang di depan jendela yang dulunya tertutupi salju. Ada sedikit perasaan bahagia yang menyelimuti ku memang. Pemandangan. Ya, pemandangan yang kulihat tidak lagi Kristal Kristal putih itu, kali ini lebih berwarna.

Ku harap, kamu bisa berada di sampingku saat ini melihat musim semi yang begitu indah ini. Aku selalu berharap mendapati musim yang indah, tetapi kali ini aku benar benar sangat mengharapkan ini akan jadi musim terindah, dan tidak akan berlalu begitu saja.

Dimana kamu? Tidakkah kau ingin melihat bunga bunga bermekaran ini bersama ku? Ku pikir ini indah.

Ternyata musim semi itu sama saja seperti musim musim lainnya. Ia datang dan berlalu juga.

Aku menatap jendela ku, ada yang berbeda dengan matahari pagi ini. Ia begitu terik dan panas. Terlalu memamerkan sinarnya yang hangat pikirku. Itu akan membakarku, mungkin.

Dan ya, benar. Musim panas ini benar benar membakar habis jiwaku. Aku benar benar di  buat panas berkali kali dan setiap saat. Tetapi selalu saja mencoba menenangkan diri bahwa musim ini akan segera membaik padaku. Setidaknya ya, tidak akan ada aksi bakar membakarlah, itu cukup bukan.

Kamu dimana? Aku selalu saja menanti kehadiranmu. Bisakah kau menenangkan sedikit hatiku? Jangan membuatnya menjadi lebih rumit.

Aku lelah musim ini, tenaga ku habis sehabis habisnya. Masih adakah kesabaran dalam relung lengkungan jiwa ini? Meskipun sedikit, itu amat berarti.

Daun daun kembali berguguran. Musim panas itu telah berakhir. Ada sedikit perasaan lega, karena aku tidak perlu sampai menahan emosi yang begitu hampir menguap. Tidak ada lagi. Ini musim gugur seperti yang dahulu. Bedanya, kali ini musim gugur kedua ku.  Samanya, masih tanpa kamu.

Dan kau tahu? Sampai saat ini aku terus saja melewati berbagai musim ini sendirian. Aku kesepian, apakah kau mendengarku? Aku kesepian. Setiap musim gugur, aku selalu menani kehadiranmu. Aku berharap kamu akan datang di hadapanku dengan senyum cerah. Tidak seperti dahulu, musim gugur pertamaku, juga pertama kalinya kamu meninggalkanku. Aku melewati musim musim lainnya dengan biasa saja, tak ada yang istimewa. Tetapi, setiap musim gugur tiba aku ingin selalu merawa ini adalah musim yang istimewa. Musim dimana kamu benar benar akan datang padaku, kembali kepadaku.

Aku mengibaratkan diriku seperti putri musim gugur. Menantikan sesosok pengeran yang akan meraih tanganku dan mengobati segala luka yang ada. Luka selama musim musim sebelumnya tentu saja.

Kamu dimana?
Masihkah ingin berlari lari dari kehidupan kecilku?
Meninggalkan sosok yang begitu lemah ini sendirian?
Menganggap aku akan selalu baik baik saja seperti dahulu?

Kamu dimana?
Bisakah datang padaku?
Menikmati musim gugur kedua ku ini.

Aku memang tidak pernah tau ada musim gugur seperti ini di dunia. Tetapi bisakah kau pulang untuk musim gugur ini? Aku sudah menanti kehadiranmu selama bermusim musim gugur ini. Kita lihat guguran daun daun yang jatuh seperti perasaan ku ketika musim gugur lalu kamu pergi begitu saja. Bisakah kau datang dan hadir dari balik jendala terbaik ku itu? Jendela penuh harapan yang ku harapkan dengan kehadiran senyum indahmu.

Aku ingin menjadi putri musim gugur yang kesepian, kemudian kamu akan datang menjadi sosok pengeran penolongku.
Bisakah?

Putri musim gugur mu sedang menanti.

No comments:

Post a Comment