Saat
ini saat dahulu. Sepertinya tidak ada yang berubah. Aku tetap menjadi seseorang
yang selalu mudah dilupakan. Sepertinya itu memang takdir aku. Mau tidak mau
aku harus bisa menerimanya kalau masih ingin bertahan hidup.
Semalam
hujan. Sudah lama tidak melihat hujan
kembali. Entah karena hujan memang tidak pernah menghampiriki ku lagi atau aku
yang terlalu sibuk ya? Tetapi, meskipun hujan sesaat itu datang dan mengguyur
genting genting rumahku, aku tetap mendengarnya dengan penuh penghayatan hingga
akhirnya aku memutuskan untuk mengambil hp dan menyentuh tombol tombol di layar sentuh tersebut.
“Hujan itu awan yang menangis”
Aku
jadi teringat langit, sang biru yang begitu perkasa di atas sana. Ia hanya bisa
menatap sang awan yang sedang menangis. “Hai
awan, bisakah kau berhenti menangis? Hujan mu terlalu membuatku dingin”
mungkin kata itu yang bisa langit katakan. Entahlah.
Hai
awan, apakah kamu sering dilupakan oleh orang orang? Ya misalnya seperti aku.
Apakah kamu percaya? Aku adalah orang yang begitu mudah dilupakan loh. Kamu
bisa lihat sendiri, aku selalu mencari cara untuk membuat diriku bahagia,
tampak bahagia. Aku bisa dengan begitu mudah tertawa, bukankah tidak sulit
untuk tertawa. Jadi aku tertawa tawa saja untuk bahagia. Apakah kamu percaya?
Meskipun sudah sejauh ini, aku masih saja terlihat baik baik meskipun selalu
saja di lupakan. Aku tidak mengeluh, tidak lagi. Aku mulai menerimanya
sekarang.
Bagaimana
denganmu awan? Apakah kamu senasib seperti ku? Menjadi sesuatu yang begitu
mudah dilupakan?
Aku
sering diabaikan, terlalu sering. Sepertinya aku benar benar seonggok daging
yang berjalan di hadapan mereka. Aku ada, namun aku tiada. Seperti saat ini,
aku ada. Tetapi aku tetap saja diabaikan. Andai saja mereka bisa melihat ku,
melihat keberadaan ku saja cukup pikirku. Setidaknya mereka sadar bahwa ada aku
loh diantara mereka saat ini. Tolong jangan mengabaikanku.
Hei.
Kamu tidak perlu menatapku dengan tatapan kasihan seperti itu. Aku tak perlu
dikasihani kok. Aku masih punya banyak cara untuk bisa tertawa agar terlihat bahagia. Kamu perlu
bukti? Kemari. Datanglah pada ku. Lihat tawaku. Masih terbuka dengan lebar kan.
Jadi aku ulangi sekali lagi, kamu tak perlu mengasihaniku.
Hai awan, ku
pikir kita berbeda. Aku selalu
diabaikan dan terus saja dilupakan. Sedangkan kamu tidak. Langit selalu memerhatikanmu kan? Tak perlu malu malu menutupi
senyummu. Aku tau. Langit selalu
perhatian padamu. Ia selalu setia
menjagamu awan. Tenang saja, langit
terus berada diatasmu kok, tentu saja menjaga dan menyayangimu dengan caranya
sendiri. Terkadang caranya ya seperti itu, tidak kamu ketahui. Kamu hanya perlu
lebih peka lagi terhadap langit,
awan. Ada hal hal yang ia tunjukan
padamu karena ia begitu menyayangimu,
tapi kamu tidak peka menanggapinya. Jadi, selamat
ya. Kamu menjadi awan yang berbeda dari ku. Kamu bukanlah sesuatu yang
mudah dilupakan seperti aku kok. Tenang saja.
Congrats awan.
***
Kemarin
kemarin dan kemarin. Terlalu banyak kemarin. Aku sibuk, benar benar sibuk.
Tetapi aku selalu menyempatkan diri untuk berbahagia. Tentu saja aku kan ingin
bertahan hidup. Headset selalu jadi
sasaran utamaku, tentu saja dengan sekumpulan lagu di playlist favorit ku. Apa
jadinya headset tanpa lagu yang di putar. Hanya bising udara yang terdengar
kalau begitu.
Selain
itu, aku juga menyempatkan diri mencari kebahagiaan lain. Kan sudah ku katakan. Aku ingin bahagia agar
bisa bertahan hidup. Meskipun sibuk aku selalu bisa membuat diriku bahagia.
Kamu juga ya.
Sekitar
seminggu yang lalu, aku mengikuti salah satu acara jurusan di kampus ku. Ospek
gitu. Jadi ya aku benar benar sibuk sepertinya. Pulang malam, banyak yang harus
aku persiapkan untuk segala perlengkapannya. Jadi aku kehilangan banyak waktu. Kehilangan?
Waktu itu bisa hilang ya? Haha lucu juga waktu bisa hilang. Terus sehari bukan
24 jam? Jadi?
Fokuslah.
Sehari tetap 24 jam kok. Hanya saja aku kehilangan waktu istirahat dan waktu
untuk bahagia. Itu saja mungkin.
Banyak
yang ku dapatkan dari acara itu. Selain menambah teman teman baru juga, (yang
kuharap tidak dengan mudah bisa melupakanku begitu saja) aku bisa lebih
menghargai waktu waktu sekarang. Kenapa? Karena tentu saja ini adalah masa masa dimana aku merasakan menjadi seorang mahasiswa dan kuliah. Setelah beberapa tahun lagi, insyaAllah,
masih diberikan umur mungkin statusku bukan sebagai mahasiswa lagi. Jadi ya,
nikmatin saja masa masa kuliah ini. Jangan mengecewakan orang tua. Raih semua
apa yang belum aku dapatkan. Ya kalau dipikir pikir banyak, banyak sekali hal
yang belum bisa aku raih.
Apakah
kamu tahu mimpiku? Harapanku?
Begitu
banyak. Aku ingin mewujudkannya saat ini. Maukah kau menyemangatiku? Jangan lupakan
aku ya, juga jangan abaiknan aku. Aku ada.
Hai, kamu pernah pergi meninggalkanku. Jujur
saja. Aku terluka saat itu. Kamu tau bagaimana lukanya seorang perempuan yang
ditinggal, pergi, oleh seorang laki laki yang disayanginya? Aku pikir kalimat “perempuan
menggunakan 90% perasaannya dalam menghadapi sesuatu, sedangan laki laki hanya
beberapa persennya saja” itu benar, dan terjadi padaku. Aku kehilangan rasa. Aku
menutupi rasaku. Aku membencinya.
Apakah
kau tau, rasa yang pernah menyergap seluruh jiwaku hingga lemah, seakan semua
darah mengalir keluar dari tubuhku. Apakah kau tau, tawa tawa yang semenjak kau
tinggalkan aku begitu sulit ku ciptakan seorang diri dengan terpaksa. Apakah kau
tau, bagaimana perjuanganku untuk menutup ingatan memori tentang kepergian mu
rapat rapat dalam kotak pengingatku? Apakah kau tau, kesedihan setiap kali aku
menatap layar ponsel dan ucapan selamat tinggal darimu selalu saja bisa
membuatku menangis.
Kamu pernah pergi meninggalkanku. Dan
aku tahu itu.
Salahkah
jika sekarang, untuk saat ini, aku hanya ingin membuang ingatan bahwa kamu
pernah pergi?
Setelah
waktu berlalu, aku mulai mengerti. Kamu tidak tau sakitnya ditinggalkan. Kamu tidak
tau perasaan wanita seperti aku. Kamu melihat aku bahagia? Ya, tentu saja aku
bahagia. Aku ingin bertahan hidup.
Aku perempuan
yang aneh pasti. Aku tahu itu.
Mungkin
kita bisa bertukar posisi. Aku yang jadi kamu, dan kamu yang akan menjadi
diriku. Ceritanya tetap sama, tidak ada yang berubah. Aku akan pergi
meninggalkanmu, sama seperti kamu. Dan kamu akan jadi perempuan aneh seperti
ku. Jadi kita sama sama tahu bagaimana rasanya. Bagaimana rasanya meninggalkan
wanita yang amat disayangi, bagaimana menjadi wanita yang aneh. Kita akan sama
sama tahu.
Jadi
kupikir, usaha ku untuk menutup rapat rapat kenangan kepergianmu itu sia sia
saja. Aku selalu menutupnya, tetapi selalu juga terbuka kembali. Aku berpikir
bahwa aku terlalu bodoh saat itu, saat kamu pergi. Seharusnya aku bisa membalas
kembali ucapan selamat tinggal itu. Jadi aku tidak akan merasa bahwa hanya
akulah yang ditinggalkan, seperti saat ini. Kasian sekali perempuan seperti ini
ya.
“Good bye doesn’t mean to forever”
Ya,
aku tahu itu. Tidak semua ucapan selamat tinggal benar benar untuk ‘selamat
tinggal selamanya.’ Aku selalu mempercainya. Tentu saja karena aku ingin
bahagia. Jadi aku mempercayai bahwa suatu saat nanti kamu yang meninggalkan ku
akan kembali. Kita masih punya cerita disini. Ku harap.
Aku butuh
udara segar saat ini. Hidupku terasa hambar dan hampa. Aku tidak kekurangan
oksigen yang selalu kuhirup dan kuhembuskan itu, hanya saja aku kekurangan
oksigen yang bisa membuatku merasa benar benar menghirup udara dan
menghembuskannya kembali. Apa bedanya? Tentu saja beda. Oksigen yang ku
butuhkan ini harus benar benar bisa membuatku merasa hidup. Kenapa? Sepertinya selamanya
ini aku hanya sekedar untuk mencukupi kebutuhan hidup, paru paruku, darahku,
semuanya. Aku tidak benar benar menghirup dan menghembuskan. Sudah lama aku
tidak pernah berdiam diri, kemudian menghayati satu persatu setiap tarikan dan
hembusan nafasku sehingga aku merasa hidup, benar benar hidup. Sudah lama
sekali.
Bring back my soul, your soul, together.
Ini bukan sebuah penyesalan. Ini hanyalah upaya untuk menyembuhkan diri
dari luka. Luka lama, luka baru, semua luka.
Ada luka, pasti.
Seperti
ada pertemuan dan ada perpisahan. Semuanya ada dan tiada, meskipun kamu
berharap ada walaupun takdir mengharuskan tiada. We are not God. Hanya tuhan yang bisa menentukan takdir kita. Jika suatu
saat nanti aku ataupun kamu terluka, Tuhan telah menentukan takdir kita untuk
terluka. Kita tidak memilih, pun tak ingin. Tuhan yang memilih. Seperti pertemuan
ini. Apakah aku dan kamu pernah memilih untuk dipertemukan?
Apapun,
kita harus bersiap siap pada takdir yang telah di tentukan Tuhan. Kita tidak
pernah memilih untuk hidup kan? Tuhanlah yang meniupkan roh dalam tubuh kita
sehingga kita bisa hidup. Bagaimana mereka mereka yang telah meninggal? Pernahkah
mereka memilih untuk pergi dari dunia ini?
Destiny belongs to God, who knows.
Seperti takdir kita, bagaimana kita dipertemukan. Semuanya adalah
benar benar takdir Tuhan.
No comments:
Post a Comment