Wednesday, June 26, 2013

Sebuah Anugerah


Sebenarnya ini cerpen yang udah lama kali aku buat.
Setelah berjam jam membongkar isi laptop akhirnya aku menemukan ini. Aku sudah lupa, entah kapan aku membuat cerpen ini. sudah bertahun tahun silam. Haha
Jadi di posting aja deh.

***
 
Aku tau..
Hidup itu adalah sebuah anugerah
Anugerah dari Tuhan yang enggak bisa diciptakan oleh siapapun kecuali sang pencipta
Aku tau..
Dalam hidup ini
Ada kasih sayang, cinta dan pengorbanan
Namun tak semua orang bisa mengerti...
Tapi,,
Aku hanya bisa berharap dan berdoa kepada sang pencipta
Agar aku bisa menikmati anugerah kehidupan ini,
Bersama orang orang yang ku cintai dan mencintai ku...

“Kriiiingg kringgg kriinngg,,,,” bel berbunyi diiringi suara teriakan siswa siswi karena waktu pulang tiba.
“Sel,, jalan jalan kemana sekarang?” tanya dinda selepas bel pulang berbunyi sambil memasukkan buku ke dalam tasnya.
“Mm dimana ya? Ke caffe ‘coklutberry’ aja gimana?” usul ku sambil memasukkan buku terakhir ke dalam tas ransel biru muda ku.
“Okelah,lagian udah lama kita enggak pernah ke sanakan!" seru mita
“Ayuk“ sambung ayu
“Let’s go!” kata kami berempat serempak dan langsung berjalan keluar menuju pintu dan melesat ke parkiran motor.

Ya itulah kami. Kami berempat sudah bersahabatan sejak kelas 1 SMP,hingga sekarang persahabatan kami masih akur, mungkin hanya sekali sekali terjadi kesalahpahaman antara kami, namun kami dapat mengatasinya bersama. Selain itu sifat dinda yang lebih dewasa dan bisa mengertikan kami semua membuat kami bisa mempertahankan persahabatan kami ini. Persahabatan yang sudah bertahun tahun kami pertahankan mulai kami duduk dibangku SMP hingga SMA. Mungkin persahabatan ini yang membuat kami berempat memasuki SMA yang sama yaitu SMA Model, agar kami terus bersama selalu. Sudah menjadi ritinitas kami setiap akhir pekan pulang sekolah jalan jalan bersama. Baik itu jalan jalan ke mal, nongkrong di caffe sambil becerita cerita atau mengelilingi taman sambil berfoto foto ria.

Aku sangat mencintai persahabatan ini, ada dinda, mita dan ayu. Mereka lah teman teman terbaik ku, sahabat ku, yang selalu ada bersama ku ketika suka maupun duka. Banyak hal baru yang telah kami lakukan bersama, serta pengalaman pengalaman menyenangkan yang tak pernah ku lupakan. Salah satunya yaitu ketika diminggu pagi yang cerah, kami berempat sedang jogging bersama namun tiba tiba ada seokor anjing mengejar kami dari belakang, kamipun lari terbirit birit tanpa arah dengan satu tujuan yaitu menghilang dari anjing gila yang mengejar kami. Pengalaman seru dan membuat jantung kami berempat hampir copot. Tapi aku bangga mempunyai mereka bertiga, karena ku rasa mereka adalah orang orang special dalam hidup ku, yang mampu mengubah hidup ku menjadi lebih baik dan membawa ku kepada semua impian ku.

***
Di parkiran
“Eh din. Sama aku aja yuk, biar mita sama ayu” kata ku sambil menghidupkan mesin motor.
“Okelah, tapi selly yang bawa aja ya,aku mau menikmati udara aja hehe” jawab dinda sambil mengacungkan jempol kemudian menghirup udara dengan tenang.
“ya deh“sahut ku menyetujuinya saja
“Eh udah mau turun hujan deh, coba liat mendung banget tu! Hitam deh awannya kayak kulit mita, haha” ayu berbicara tentang langit mendung sambil menyindir mita, emang sih kulit mita enggak seputih ayu, selly ataupun dinda. Tapi setidaknya tidak sehitam langit mendung di atas sana. Mendengar itu mita pun menjitak ayu,,
“Huwaaaaa” jerit ayu tersiksa karena jitakan dahsyat mita. Siapa suruh juga mengatakan hal yang jelek untuk mita, kena balasan tuh!
“Udah udah jangan berantem kayak anak kecil deh, mending cabut terus yuk, ntar keburu hujan lagi” kata dinda kemudian sambil membujuk mereka berdua untuk segera berangkat. Beberapa detik kemudian pun dua buah motor melesat ke jalan raya dengan kecepatan sedang.

3 menit baru memulai perjalanan, tiba tiba gerimis mulai turun. Aku berencana untuk berhenti, namun melihat motor mita terus melaju pelan, aku pun tetap melaju namun pelan. Tapi karena hati merasa tidak enak akhirnya aku membuka kaca helm ku dan bertanya pada dinda.

“Din ujan ni, gimana? Kita berhenti dulu yuk?” tanya ku pada dinda ketika tetes tetes hujan berjatuhan membasahi ku
“Enggak usah, lagian caffenya hampir sampe tu, tinggal beberapa ratus meter lagi kok. Kita jalan aja terus.” Jawab dinda sambil merapatkan pelukannya yang duduk dibalakang ku.
“Sel,udah ujan ni. Gimana?” tanya mita seketika menjejerkan jalan motornya bersama kami.
“Kita jalan aja terus, hampir sampe tu dikit lagi” kata ku kemudian menutup kaca helm dengan tangan kiri dan kembali menaikkan kecepatan motor.

2 menit berlalu, aku masih memegang erat gas motor ku. Tiba tiba aku merasakan angin seperti bertiup aneh, rasanya seperti berputar putar. Aku tak terlalu menghiraukannya. Tatapan ku tetap terus tertuju ke depan. Tetapi tiba tiba sesuatu yang tak ku duga terjadi. Sesuatu yang membuat semuanya hancur, sirna. Dunia seakan runtuh saat itu juga. Tepat di sebuah tikungan yang tak jauh lagi dari caffe tempat tujuan kami. Sebuah truk besar menabrak kami dari arah berlawan. Setir motor ku terbanting begitu saja. Aku tak bisa mengendalikan lagi motor ku. Tikungan yang tajam, kecepatan yang tinggi ditambah dengan suasana hujan dan jalanan yang basah akhirnya membuat ku bersama dinda yang naik motor bersama ku terjatuh. Dinda terlempar dahsyat jauh dari ku hingga jatuh ke jurang sedangkan aku hanya terhempas beberapa meter mendekati mulut jurang. Di saat sisa sisa penglihatan ku, aku hanya dapat melihat ceceran darah di samping ku dan dengan suara tertahan seperti berbisik ku panggil nama ‘Dinda’. Setelah itu rasanya aku terbang melayang tak sadarkan diri. Hanya jeritan jeritan kawan ku yang menggema.

 
Hidup adalah pilihan
Ketika memilih suatu jalan sebagai masa depanmu
Maka itulah tujuan mu
Tujuan mu untuk meneruskan hidup ini atau berhenti di sini.

Embun pagi masih memberikan kesejukan di sebuah tempat pemakaman. Kicauan burung masih terdengar saling bersahutan. Matahari belum terlalu cerah, masih bersembunyi di balik barat, tapi cahayanya sudah memantul ke bumi. Aku berdiri sendiri di sebuah pemakaman. Ya tempat seorang sahabat ku beristirahat.
Dinda.
Maafkan aku yang tak sempat mengantarkanmu ke tempat peristirahantan terakhirmu
Bukan maksud ku tuk menyakitimu
Jujur ku katakan
Aku masih trauma dengan  peristiwa tersebut
Tapi aku masih terbaring lemah tak berdaya
Aku pikir
Aku akan menyusulmu
Tapi ternyata
Mata ku terbuka
Tuhan memberi ku kesempatan untuk melihat dunia ini lagi
Sedangkan kamu din,,
Apa tuhan tidak adil?
Aku masih ingin selalu bersamamu dinda
Tunggulah aku di surga sana
Suatu saat aku akan menyusulmu
Aku janji...

Kemudian ku letakkan setangkai mawar merah, bunga favorit dinda, dengan pita ungu warna favoritnya.
“Dinda, andai aku diberi kesempatan untuk berjumpa dengan mu lagi, melihat mu kembali, aku akan berkata ‘aku menyayangimu dinda’,, aku ingin diberi kesempatan itu, meski hanya sekali untuk selamanya..”kata ku kemudian bangkit dari duduk. Setelah itu aku pun melangkah pergi dengan setetes air mata jatuh dari mata ku. Sekarang matahari telah tampak keseluruhannya. Pagi mulai menjelang siang. Burung burung sudah tidak bersuara lagi. Hanya terbang melintas dan melintas saja. Aku segera menghapus air mata ku dan terus berjalan meninggalkan tempat pemakaman.

2 bulan kemudian

“Ngapain lagi dekat dekat dengan kami? Asal kamu tau aja ya sel, gara gara kamu tu dinda meninggal tau! Gara gara kamu!!” teriak ayu ketika aku menyapa mereka di sekolah setelah 2 bulan aku dirawat di rumah sakit dan sempat koma beberapa minggu.
“Maksud kamu apa yu?” tanya ku tak mengerti sambil tetap memandang satu satu teman ku dengan bingung. Aneh saja tiba tiba mereka berubah seperti ini. Kenapa tiba tiba memojokkan aku seperti ini?? Apa yang salah pada diri ku? Semuanya menjauh dari ku,, semuanya menbenci ku. ‘kenapa?’ tanya ku dalam hati.
“Hah??? Maksud aku apa? Helloow,, kamu belum nyadar juga sel, siapa sih penyebab kecelakaan itu terjadi  sampai dinda meninggal? Kan kamu yang bawa motornya. Udah aku bilangkan, mau ujan tapi kamu tetap ngotot pergi. Dan yaa kamu tau cerita selanjutnya. Dinda jatuh ke jurang. Nyawanya melayang. Dan itu karena ulah kamu sel. Karna kamu!! Coba aja kamu dengar aku, gak akan kayak gini!” emosi ayu keluar. Kemudian ia mendorong ku hingga terjatuh. Tapi aku mencoba bangkit kembali dengan perasaan sakit sambil tertatih.
“Itu udah takdir yu, enggak ada yang bisa mengelak. Dinda meninggal bukan karena aku.” Aku mencoba berkata pada ayu, tapi ia langsung memotongnya.
“Apa? Setelah sekian lama kamu koma di rumah sakit, sekarang kamu sembuh dan masih bisa menikmati kehidupan, kamu bisa bilang itu bukan salah kamu? kamu tu masih hidup sekarang sel,  sedangkan dinda? Dia tewas di tempat kejadian tau! Bahkan kamu enggak bisa datang ke tempat pemakaman dinda!”kata kata yang pedih kembali keluar dari mulut ayu, bagitu tajam hingga menusuk tepat ke jantung ku.
“Sahabat macam apa kamu? kamu gak pantas disebut sebagai seorang sahabat tau!” kali ini mita ikut bersuara membela ayu dan terus memojokkan ku.
“Ayu, mita, dengerin aku dulu, aku enggak ada maksud,,,,,,,” aku berkata sambil memohon, memegang tangan mereka, namun belum sempat ku menjelaskan, mereka menepis tangan ku.
“Mau ngejelasin apa heh?” kata mita sambil mencibir ku.
“Oke,, mungkin aku salah karena gak bisa hadir ke tempat pemakaman dinda, tapi aku bukan penyebab kematian dinda,. Dinda meninggal bukan karna aku, mungkin tuhan emang udah ngatur semuanya, kecelakaan itu takdir, bukan karena aku. Ayu, mita, aku enggak tau harus ngomong apa sama kalian buat ngeyakinin kalian kalo itu semua udah takdir.” Aku kembali bersuara, ingin rasanya menangis saat itu juga, berteriak sekencang kencangnya untuk berkata kepada mereka bahwa aku bukan penyebab kematian dinda. BUKAN!!
“Hah?? Gak salah dengar aku ni? Eh sel coba deh ingat ingat lagi, yang ngotot tetap pergi siapa, padahal udah mendung kali kan, gerimis aja mulai turun. Cobak mikir sekarang ya, seandainya kamu enggak ngotot gitu dan dengerin kata ayu, gak bakal terjadi kayak gini. Dinda enggak akan mati, enggak akan, pasti dia sekarang masih ada bersama kita disini!” mita berteriak menggemakan hati ku. Terasa ingin mati.  Dengan gampang ia berkata tanpa memikirkan perasaan ku, sahabatnya sendiri. Apa aku memang bukan sahabatnya lagi?? Sahabat bagi mita, ayu dan dinda.

‘Dinda, maafkan aku jika memang benar akulah penyebab kematian mu. Aku tak tau harus berbuat apa sekarang. Kata ku pada diri sendiri. Bukan  hanya ayu dan mita yang bersikap seperti itu kepada ku. Tapi teman teman lain juga. Mereka sering mengucilkan ku, menatap ku sinis. Aku tak tau harus bagaimana lagi menghadapi ini semua. Dinda andai kamu masih ada disini. kamu pasti akan memberi ku semangat, mendorongku agar jangan putus asa. Tapi, aku hanya sendiri disini. Tanpa kamu, tanpa teman lain. Aku sendiri dinda. Aku ingin menyusulmu. Aku ingin bersama mu dinda. Tanpa terasa angin yang tadinya sepoi sepoi berubah menjadi sedikit kencang, berputar putar. Seketika aku takut. Tapi entah kenapa tiba tiba aku berjalan tanpa sadar ke tempat pemakaman dinda.

Setelah sadar aku berada di tempat pemakaman dinda, tiba tiba air mata ku jatuh. Aku menangis. Tapi entahlah, perasaan gundah, sedih, dan kepasrahan ku selama ini hilang ketika aku bercerita sambil duduk di dekat kuburan dinda. Aku melumpahkan semua rasa sedih serta penyesalan ku. Aku merasa seakan akan dinda ada disitu, dinda masih hidup. Dinda mendengarku bercerita, tampak  raut wajahnya sedih ketika aku sedih. Namun ketika aku tersenyum ia ikut tersenyum. Ia membelai ku dengan lembut. Menenangkan hati ku yang gundah. Seperti yang dulu dulu. Dinda ada di samping ku selalu, setia mendengarku. Aku bahagia dapat melihat dinda.

“Dinda,,aku ingin mengatakan sesuatu kepada mu, aku tau mungkin ini adalah kesempatan terakhir bagi ku untuk melihat mu lagi. Tuhan mengabulkan permintaan ku. Aku berjanji, setelah ini, aku tidak akan mengganggu mu lagi,aku juga ingin kau bahagia di alam sana seperti kau menginginkan aku bahagia disini.  Aku tau kamu pasti sedih karena malihat ku terus seperti ini, aku berjanji akan selalu tegar, kuat menghadapi ini semua, karena aku tahu, tuhan menyimpan sejuta anugerah dibalik ini semua. Dinda, aku menyayangimu, meski kita telah terpisah oleh ruang waktu dan alam yang berbeda, kau tetap sahabat ku dinda, kau adalah sahabat terbaik ku. Aku akan selalu mengingatmu, dimanapun aku berada. Terima kasih atas waktumu selama ini. Aku harap kau bahagia di alam sana” kata ku, aku manyadari, inilah saat yang tepat dan saat terakhir aku bersama dinda. Aku merasa bersyukur. Terima kasih Tuhan, engkau begitu adil. Sekarang aku ikhlas melepas kepergian dinda. Selamat jalan dinda. Kita akan berjumpa kembali bila waktu ku tiba.

No comments:

Post a Comment