Sebenarnya ini cerpen
yang udah lama kali aku buat.
Setelah berjam jam
membongkar isi laptop akhirnya aku menemukan ini. Aku sudah lupa, entah kapan
aku membuat cerpen ini. sudah bertahun tahun silam. Haha
Jadi di posting aja deh.
***
Aku tau..
Hidup itu adalah sebuah anugerah
Anugerah dari Tuhan yang enggak bisa
diciptakan oleh siapapun kecuali sang pencipta
Aku tau..
Dalam hidup ini
Ada kasih sayang, cinta dan pengorbanan
Namun tak semua orang bisa mengerti...
Tapi,,
Aku hanya bisa berharap dan berdoa
kepada sang pencipta
Agar aku bisa menikmati anugerah
kehidupan ini,
Bersama orang orang yang ku cintai dan
mencintai ku...
“Kriiiingg kringgg kriinngg,,,,” bel
berbunyi diiringi suara teriakan siswa siswi karena waktu pulang tiba.
“Sel,, jalan jalan kemana sekarang?” tanya
dinda selepas bel pulang berbunyi sambil memasukkan buku ke dalam tasnya.
“Mm dimana ya? Ke caffe ‘coklutberry’ aja
gimana?” usul ku sambil memasukkan buku terakhir ke dalam tas ransel biru muda
ku.
“Okelah,lagian udah lama kita enggak pernah
ke sanakan!" seru mita
“Ayuk“ sambung ayu
“Let’s go!” kata kami berempat serempak dan
langsung berjalan keluar menuju pintu dan melesat ke parkiran motor.
Ya itulah kami. Kami berempat sudah
bersahabatan sejak kelas 1 SMP,hingga sekarang persahabatan kami masih akur,
mungkin hanya sekali sekali terjadi kesalahpahaman antara kami, namun kami
dapat mengatasinya bersama. Selain itu sifat dinda yang lebih dewasa dan bisa
mengertikan kami semua membuat kami bisa mempertahankan persahabatan kami ini. Persahabatan
yang sudah bertahun tahun kami pertahankan mulai kami duduk dibangku SMP hingga
SMA. Mungkin persahabatan ini yang
membuat kami berempat memasuki SMA yang sama yaitu SMA Model, agar kami terus
bersama selalu. Sudah menjadi ritinitas kami setiap akhir pekan pulang sekolah
jalan jalan bersama. Baik itu jalan jalan ke mal, nongkrong di caffe sambil
becerita cerita atau mengelilingi taman sambil berfoto foto ria.
Aku sangat mencintai persahabatan
ini, ada dinda, mita dan ayu. Mereka
lah teman teman terbaik ku, sahabat ku, yang selalu ada bersama ku ketika suka
maupun duka. Banyak hal baru yang telah kami lakukan bersama, serta pengalaman
pengalaman menyenangkan yang tak pernah ku lupakan. Salah satunya yaitu ketika
diminggu pagi yang cerah, kami berempat sedang jogging bersama namun tiba tiba
ada seokor anjing mengejar kami dari belakang, kamipun lari terbirit birit
tanpa arah dengan satu tujuan yaitu menghilang dari anjing gila yang mengejar
kami. Pengalaman seru dan membuat jantung kami berempat hampir copot. Tapi aku
bangga mempunyai mereka bertiga, karena ku rasa mereka adalah orang orang
special dalam hidup ku, yang mampu mengubah hidup ku menjadi lebih baik dan
membawa ku kepada semua impian ku.
***
Di parkiran
“Eh din. Sama aku aja yuk, biar mita sama
ayu” kata ku sambil menghidupkan mesin motor.
“Okelah, tapi selly yang bawa aja ya,aku
mau menikmati udara aja hehe”
jawab dinda sambil mengacungkan jempol kemudian menghirup udara dengan tenang.
“ya deh“sahut ku menyetujuinya saja
“Eh udah mau turun hujan deh, coba liat
mendung banget tu! Hitam deh awannya kayak kulit mita, haha” ayu berbicara
tentang langit mendung sambil menyindir mita, emang sih kulit mita enggak
seputih ayu, selly ataupun dinda. Tapi setidaknya tidak sehitam langit mendung
di atas sana. Mendengar itu mita pun menjitak ayu,,
“Huwaaaaa” jerit ayu tersiksa karena
jitakan dahsyat mita. Siapa suruh juga mengatakan hal yang jelek untuk mita,
kena balasan tuh!
“Udah udah jangan berantem kayak anak kecil
deh, mending cabut terus yuk, ntar keburu hujan lagi” kata dinda kemudian
sambil membujuk mereka berdua untuk segera berangkat. Beberapa detik kemudian
pun dua buah motor melesat ke jalan raya dengan kecepatan sedang.
3 menit baru memulai perjalanan, tiba tiba
gerimis mulai turun. Aku berencana untuk berhenti, namun melihat motor mita
terus melaju pelan, aku pun tetap melaju namun pelan. Tapi karena hati merasa
tidak enak akhirnya aku membuka kaca helm ku dan bertanya pada dinda.
“Din ujan ni, gimana? Kita berhenti dulu
yuk?” tanya ku pada dinda ketika tetes tetes hujan berjatuhan membasahi ku
“Enggak usah, lagian caffenya hampir sampe
tu, tinggal beberapa ratus meter lagi kok. Kita jalan aja terus.” Jawab dinda
sambil merapatkan pelukannya yang duduk dibalakang ku.
“Sel,udah ujan ni. Gimana?” tanya mita
seketika menjejerkan jalan motornya bersama kami.
“Kita jalan aja terus, hampir sampe tu
dikit lagi” kata ku kemudian menutup kaca helm dengan tangan kiri dan kembali
menaikkan kecepatan motor.
2 menit berlalu, aku masih memegang erat
gas motor ku. Tiba tiba aku merasakan angin seperti bertiup aneh, rasanya
seperti berputar putar. Aku tak terlalu menghiraukannya. Tatapan ku tetap terus
tertuju ke depan. Tetapi tiba tiba sesuatu yang tak ku duga terjadi. Sesuatu
yang membuat semuanya hancur, sirna. Dunia seakan runtuh saat itu juga. Tepat
di sebuah tikungan yang tak jauh lagi dari caffe tempat tujuan kami. Sebuah
truk besar menabrak kami dari arah berlawan. Setir motor ku terbanting begitu
saja. Aku tak bisa mengendalikan lagi motor ku. Tikungan yang tajam, kecepatan
yang tinggi ditambah dengan suasana hujan dan jalanan yang basah akhirnya
membuat ku bersama dinda yang naik motor bersama ku terjatuh. Dinda terlempar
dahsyat jauh dari ku hingga jatuh ke jurang sedangkan aku hanya terhempas
beberapa meter mendekati mulut jurang. Di saat sisa sisa penglihatan ku, aku
hanya dapat melihat ceceran darah di samping ku dan dengan suara tertahan
seperti berbisik ku panggil nama ‘Dinda’. Setelah itu rasanya aku terbang
melayang tak sadarkan diri. Hanya jeritan jeritan kawan ku yang menggema.
Hidup adalah pilihan
Ketika memilih suatu jalan sebagai masa depanmu
Maka itulah tujuan mu
Tujuan mu untuk meneruskan hidup ini atau
berhenti di sini.
Embun pagi masih memberikan kesejukan di
sebuah tempat pemakaman. Kicauan burung masih terdengar saling bersahutan.
Matahari belum terlalu cerah, masih bersembunyi di balik barat, tapi cahayanya
sudah memantul ke bumi. Aku berdiri sendiri di sebuah pemakaman. Ya tempat
seorang sahabat ku beristirahat.
Dinda.
Maafkan aku yang tak sempat
mengantarkanmu ke tempat peristirahantan terakhirmu
Bukan maksud ku tuk menyakitimu
Jujur ku katakan
Aku masih trauma dengan peristiwa tersebut
Tapi aku masih terbaring lemah tak
berdaya
Aku pikir
Aku akan menyusulmu
Tapi ternyata
Mata ku terbuka
Tuhan memberi ku kesempatan untuk
melihat dunia ini lagi
Sedangkan kamu din,,
Apa tuhan tidak adil?
Aku masih ingin selalu bersamamu dinda
Tunggulah aku di surga sana
Suatu saat aku akan menyusulmu
Aku janji...
Kemudian ku
letakkan setangkai mawar merah, bunga favorit dinda, dengan pita ungu warna
favoritnya.
“Dinda, andai
aku diberi kesempatan untuk berjumpa dengan mu lagi, melihat mu kembali, aku
akan berkata ‘aku menyayangimu dinda’,, aku ingin diberi kesempatan itu, meski
hanya sekali untuk selamanya..”kata ku kemudian bangkit dari duduk. Setelah itu
aku pun melangkah pergi dengan setetes air mata jatuh dari mata ku. Sekarang
matahari telah tampak keseluruhannya. Pagi mulai menjelang siang. Burung burung
sudah tidak bersuara lagi. Hanya terbang melintas dan melintas saja. Aku segera
menghapus air mata ku dan terus berjalan meninggalkan tempat pemakaman.
2 bulan kemudian
“Ngapain lagi dekat dekat dengan kami? Asal
kamu tau aja ya sel, gara gara kamu tu dinda meninggal tau! Gara gara kamu!!”
teriak ayu ketika aku menyapa mereka di sekolah setelah 2 bulan aku dirawat di
rumah sakit dan sempat koma beberapa minggu.
“Maksud kamu apa yu?” tanya ku tak mengerti
sambil tetap memandang satu satu teman ku dengan bingung. Aneh saja tiba tiba
mereka berubah seperti ini. Kenapa tiba tiba memojokkan aku seperti ini?? Apa
yang salah pada diri ku? Semuanya menjauh dari ku,, semuanya menbenci ku.
‘kenapa?’ tanya ku dalam hati.
“Hah??? Maksud aku apa? Helloow,, kamu belum
nyadar juga sel, siapa sih penyebab kecelakaan itu terjadi sampai dinda meninggal? Kan kamu yang bawa
motornya. Udah aku bilangkan, mau ujan tapi kamu tetap ngotot pergi. Dan yaa
kamu tau cerita selanjutnya. Dinda jatuh ke jurang. Nyawanya melayang. Dan itu
karena ulah kamu sel. Karna kamu!! Coba aja kamu dengar aku, gak akan kayak
gini!” emosi ayu keluar. Kemudian ia mendorong ku hingga terjatuh. Tapi aku
mencoba bangkit kembali dengan perasaan sakit sambil tertatih.
“Itu udah takdir yu, enggak ada yang bisa
mengelak. Dinda meninggal bukan karena aku.” Aku mencoba berkata pada ayu, tapi
ia langsung memotongnya.
“Apa? Setelah sekian lama kamu koma di
rumah sakit, sekarang kamu sembuh dan masih bisa menikmati kehidupan, kamu bisa
bilang itu bukan salah kamu? kamu tu masih hidup sekarang sel, sedangkan dinda? Dia tewas di tempat kejadian
tau! Bahkan kamu enggak bisa datang ke tempat pemakaman dinda!”kata kata yang
pedih kembali keluar dari mulut ayu, bagitu tajam hingga menusuk tepat ke
jantung ku.
“Sahabat macam apa kamu? kamu gak pantas
disebut sebagai seorang sahabat tau!” kali ini mita ikut bersuara membela ayu
dan terus memojokkan ku.
“Ayu, mita, dengerin aku dulu, aku enggak
ada maksud,,,,,,,” aku berkata sambil memohon, memegang tangan mereka, namun
belum sempat ku menjelaskan, mereka menepis tangan ku.
“Mau ngejelasin apa heh?” kata mita sambil
mencibir ku.
“Oke,, mungkin aku salah karena gak bisa
hadir ke tempat pemakaman dinda, tapi aku bukan penyebab kematian dinda,. Dinda
meninggal bukan karna aku, mungkin tuhan emang udah ngatur semuanya, kecelakaan
itu takdir, bukan karena aku. Ayu, mita, aku enggak tau harus ngomong apa sama
kalian buat ngeyakinin kalian kalo itu semua udah takdir.” Aku kembali
bersuara, ingin rasanya menangis saat itu juga, berteriak sekencang kencangnya
untuk berkata kepada mereka bahwa aku bukan penyebab kematian dinda. BUKAN!!
“Hah?? Gak salah dengar aku ni? Eh sel coba
deh ingat ingat lagi, yang ngotot tetap pergi siapa, padahal udah mendung kali
kan, gerimis aja mulai turun. Cobak mikir sekarang ya, seandainya kamu enggak
ngotot gitu dan dengerin kata ayu, gak bakal terjadi kayak gini. Dinda enggak
akan mati, enggak akan, pasti dia sekarang masih ada bersama kita disini!” mita
berteriak menggemakan hati ku. Terasa ingin mati. Dengan gampang ia berkata tanpa memikirkan
perasaan ku, sahabatnya sendiri. Apa aku memang bukan sahabatnya lagi?? Sahabat
bagi mita, ayu dan dinda.
‘Dinda, maafkan aku jika memang benar
akulah penyebab kematian mu. Aku tak tau harus berbuat apa sekarang. Kata ku pada diri sendiri. Bukan hanya ayu dan mita yang bersikap seperti itu
kepada ku. Tapi teman teman lain juga. Mereka sering mengucilkan ku, menatap ku
sinis. Aku tak tau harus bagaimana lagi menghadapi ini semua. Dinda andai kamu
masih ada disini. kamu pasti akan memberi ku semangat, mendorongku agar jangan
putus asa. Tapi, aku hanya sendiri disini. Tanpa kamu, tanpa teman lain. Aku
sendiri dinda. Aku ingin menyusulmu. Aku ingin bersama mu dinda. Tanpa terasa
angin yang tadinya sepoi sepoi berubah menjadi sedikit kencang, berputar putar.
Seketika aku takut. Tapi entah kenapa tiba tiba aku berjalan tanpa sadar ke
tempat pemakaman dinda.
Setelah sadar aku berada di tempat
pemakaman dinda, tiba tiba air mata ku jatuh. Aku menangis. Tapi entahlah, perasaan
gundah, sedih, dan kepasrahan ku selama ini hilang ketika aku bercerita sambil
duduk di dekat kuburan dinda. Aku melumpahkan semua rasa sedih serta penyesalan
ku. Aku merasa seakan akan dinda ada disitu, dinda masih hidup. Dinda
mendengarku bercerita, tampak raut
wajahnya sedih ketika aku sedih. Namun ketika aku tersenyum ia ikut tersenyum.
Ia membelai ku dengan lembut. Menenangkan hati ku yang gundah. Seperti yang
dulu dulu. Dinda ada di samping ku selalu, setia mendengarku. Aku bahagia dapat
melihat dinda.
“Dinda,,aku ingin mengatakan sesuatu kepada
mu, aku tau mungkin ini adalah kesempatan terakhir bagi ku untuk melihat mu
lagi. Tuhan mengabulkan permintaan ku. Aku berjanji, setelah ini, aku tidak
akan mengganggu mu lagi,aku juga ingin kau bahagia di alam sana seperti kau menginginkan
aku bahagia disini. Aku tau kamu pasti
sedih karena malihat ku terus seperti ini, aku berjanji akan selalu tegar, kuat
menghadapi ini semua, karena aku tahu, tuhan menyimpan sejuta anugerah dibalik
ini semua. Dinda, aku menyayangimu, meski kita telah terpisah oleh ruang waktu
dan alam yang berbeda, kau tetap sahabat ku dinda, kau adalah sahabat terbaik
ku. Aku akan selalu mengingatmu, dimanapun aku berada. Terima kasih atas
waktumu selama ini. Aku harap kau bahagia di alam sana” kata ku, aku manyadari,
inilah saat yang tepat dan saat terakhir aku bersama dinda. Aku merasa
bersyukur. Terima kasih Tuhan, engkau begitu adil. Sekarang aku ikhlas melepas
kepergian dinda. Selamat jalan dinda. Kita akan berjumpa kembali bila waktu ku
tiba.
No comments:
Post a Comment