Karena dibalik rindu
sang pemikat hujan, ada tawa pelangi yang mengarah pada pertemuan kita, tentang
dirimu.
###
Aku ingat, itu suatu petang yang berembun pagi, sisa
sisa hujan deras yang mampu melumutkan pepohonan bergema keras. Samar-samar,
langkah tapak yang beirama pelan menghampiri persimpangan kursi kayu jati yang
dipahat sedemikian rupa. Baju biru sang pemilik langkah berirama tersebut
mengingatkanku akan dinding-dinding tua hasil tempelan kreasi malam pentas seni
beberapa tahun silam. Dia membeku, senyumnya tertahan pada lapisan bibir yang
kedinginan. Anggap saja tubuhnya ideal dengan tinggi pemain basket pada
umumnya. Kulitnya perpaduan benua asia, tidak putih dan tidak gelap. Dia mulai
berdehem, memainkan pita suaranya yang surau karena cuaca. Jantungku mulai
berdebar satu kali lebih cepat. Akhirnya senyum manis dan singkat melekat pada
kedua bibirnya yang melengkung ke atas. Aku rasa, senyum itu untukku, karena
hanya ada aku yang berjarak kurang dari 1 meter darinya. Aku tersipu.
END
No comments:
Post a Comment