Saturday, November 19, 2016

Seperti Kamu

Karena dibalik rindu sang pemikat hujan, ada tawa pelangi yang mengarah pada pertemuan kita, tentang dirimu.

###
Aku ingat, itu suatu petang yang berembun pagi, sisa sisa hujan deras yang mampu melumutkan pepohonan bergema keras. Samar-samar, langkah tapak yang beirama pelan menghampiri persimpangan kursi kayu jati yang dipahat sedemikian rupa. Baju biru sang pemilik langkah berirama tersebut mengingatkanku akan dinding-dinding tua hasil tempelan kreasi malam pentas seni beberapa tahun silam. Dia membeku, senyumnya tertahan pada lapisan bibir yang kedinginan. Anggap saja tubuhnya ideal dengan tinggi pemain basket pada umumnya. Kulitnya perpaduan benua asia, tidak putih dan tidak gelap. Dia mulai berdehem, memainkan pita suaranya yang surau karena cuaca. Jantungku mulai berdebar satu kali lebih cepat. Akhirnya senyum manis dan singkat melekat pada kedua bibirnya yang melengkung ke atas. Aku rasa, senyum itu untukku, karena hanya ada aku yang berjarak kurang dari 1 meter darinya. Aku tersipu.


END

No comments:

Post a Comment