Ini adalah kisah tentang masa lalu yang memilukan. Tentang
kebencian kepada seseorang yang seharusnya disayangi. Tentang kehilangan
kekasih hati. Tentang cinta sejati. Tentang kemunafikan. Lima kisah dalam
sebuah perjalanan panjang kerinduan.
Quote tentang
nasihat Gurutta kepada Daeng Andipati.
Selalu menyakitkan saat kita membenci
sesuatu. Apalagi jika itu ternyata membenci
orang yang seharusnya kita sayangi. Lantas bagaimana mengatasinya, setelah
bertahun-tahun racun kebencian itu mengendap diseluruh tubuh kita?
Bagian pertama adalah, ketahuilah, kita sebenarnya sedang membenci diri
sendiri saat membenci orang lain. Ketika ada orang jahat, membuat kerusakan
di muka bumi, misalnya, apakah Allah langsung mengirim petir untuk menyambar
orang itu? Nyatanya tidak. Bahkan dalam beberapa kasus, orang-orang itu
diberikan begitu banyak kemudahan, jalan hidupnya terbuka lebar. Kenapa Allah
tidak langsung menghukumnya? Kenapa allah menangguhkannya? Itu hak mutlak Allah.
Karena keadilan Allah selalu mengambil bentuk terbaiknya, yang kita tidak
selalu paham.
Ada orang-orang yang kita benci. Ada pula
orang-orang yang kita sukai. Hilir-mudik datang dalam kehidupan kita. Tapi
apakah kita berhak membenci orang lain? Sedangkan Allah sendiri tidak
mengirimkan petir segera. Coba pikirkan. Kenapa kita harus membenci? Kenapa?
Padahal kita bisa saja mengatur hati
kita, bilang saya tidak akan membencinya. Toh itu hati kita sendiri. Kita berkuasa
penuh mengatur-aturnya. Kenapa kita kerap memutuskan membenci? Karena boleh
jadi, saat kita membenci orang lain, kita sebenarnya sedang membenci diri
sendiri.
Bagian yang kedua adalah terkait dengan
berdamai tadi. Ketahuilah, saat kita memutuskan memaafkan seseorang, itu bukan persoalan apakah orang itu salah,
dan kita benar. Apakah orang itu memang jahat atau aniaya. Bukan! Kita
memutuskan memaafkan seseorang karena kita berhak atas kedamaian di dalam hati. Keburukan bisa dibalas dengan keburukan,
tapi sungguh besar balasan Allah jika kita memilih
memaafkan. Lihatlah, bahkan Allah
tidak mengirim petir lagi. Allah masih memberikan maaf di sunia ini,
menangguhkan hukuman. Kau berhak atas kedamaian di hatimu. Maafkanlah.
Bagian yang ketiga, terakhir, bagian yang
sangat penting. Katahuilah, kesalahan
itu ibarat halaman kosong. Tiba-tiba ada yang mencoretnya dengan keliru. Kita
bisa memaafkannya dengan menghapus tulisan tersebut, baik dengan penghapus
biasa, dengan penghapus canggih, dengan apa pun. Tapi tetap tersisa bekasnya. Tidak akan hilang. Agar semuanya
benar-benar bersih, hanya satu jalan keluarnya, bukalah lembaran kertas baru yang benar-benar kosong.
Buka lemabaran baru, tutup lembaran yang pernah tercoret. Jangan diungkit-ungkit lagi. Jangan
ada tapi, tapi, dan tapi. Tutup lembaran tidak menyenangkan itu. Apakah mudah
melakukannya? Tidak mudah. Tapi jika kau sungguh sungguh, jika kau berniat
teguh, kau pasti bisa melakukannya. Mulailah
hari ini. Mulailah detik ini. Tutup lembaran
lama yang penuh coretan keliru, bukalah lembaran baru. semoga kau memiliki lampu kecil di hatimu.
No comments:
Post a Comment