Monday, January 26, 2015

Senjaku Berubah



Menatap senja hari ini tidak pernah sama seperti menatap senja kemarin. Kenapa? karena ternyata senja (telah) berubah.
Waktu telah mengubah senja menjadi lebih jingga ternyata. Karena waktu, senja yang pernah ku tatap dahulu kini tidak lagi sama. Karena waktu, senja yang dulu pernah membuat air mata rindu kini berubah menjadi air mata luka, duka. Bukan hanya karena waktu, tetapi mungkin juga karena langit. Langit telah mengubahnya hingga terlihat benar-benar jingga, maka tangis itu akan pecah segera.

Menatap senja, membuatku rindu akan tawa. Sebuah kebiasaan yang dulu selalu melengkapi hari-hariku. Ketika hanya senja yang selalu bersedia membuatku tertawa, bahkan dalam keadaan sakit sekalipun. Ketika hanya senja yang mampu berada disisiku, menguatkanku, meskipun mata-mata itu tidak pernah jera menatapku seperti seonggok daging yang tak mampu berjalan. Ketika hanya senja, dimana air mata mengalir disitu pula ia selalu mampu mengubah air mata ini menjadi tawa.

Menatap senja akhirnya membuat ku menangis. Merasa kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidup ini. Hingga akhirnya aku sadar, bahwa senja bukanlah senja. Seperti kataku dahulu:
Faktanya dunia berubah. Jadi tidak ada alasannya bagi mereka untuk tetap bertahan. Faktanya mereka berubah. Jadi tidak ada alasan pula untuk saya agar tetap bertahan. Sayapun, akhirnya berubah.

Tetapi, haruskah senja berubah?

No comments:

Post a Comment