Friday, January 30, 2015

Sebuah Kata Janji



Ketika sebuah alasan hilang, maka lenyaplah sebuah harapan. Ketika itu (mungkin) kamu akan sadar, betapa dunia pernah membuatmu lupa akan sebuah janji.

Sendiri, bisa membuat kita sadar bahwa seseorang yang pernah membuat janji dengamu bisa dengan begitu cepat melupakannya –hal yang mungkin saat ini bukan apa apa baginya.
Bahwa sendiri, bisa membuat kita lupa bahwa kita pernah membuat janji itu.

Menarik, saya pernah berjanji dengan begitu banyak orang. Hasilnya? Saya jadi begitu sulit untuk memulai ‘berjanji’ kembali. Kenapa? banyak hal yang sudah saya lewati dengan janji janji itu. Sebagian hanya “sebuah kata janji” sebagiannya lagi adalah “sebuah janji’.

Terkadang saya takut menaruh sebuah janji kepada orang orang baik. Kenapa? takut menyakitinya, menyakiti janji yang ia letakkan di hati saya. Orang orang baik itu, tidak akan di kekecawakan oleh sebuah janji bukan? Jadi, saya tidak akan menghancurkan janjinya. Bukankah seharusnya janji seperti itu?

Tetapi, kenapa lagi dan lagi ‘sebuah janji’ membuat saya sulit untuk bernafas? Apakah ini karena Tuhan memberikan udara tanpa cuma-cuma agar bisa dibalas dengan membuat sebuah kebaikan? Tentu saja.

Janji…
Saya pernah terluka karenanya. Tetapi, terluka bukan akhir dari sebuah janji bukan?
Haruskah saya memulai kembali? Atau menunggu janji itu kembali?

No comments:

Post a Comment