Bukan karena sejak awal kita bertemu lantas kita
langsung memiliki perasaan itu. Semua terjadi seakan aku ada di dalam bayangan
masa lalumu, bahkan sekalipun aku mencoba menyangkalnya. Kau tau? Bukan pada
akhirnya karena aku memilih untuk menjadi milik siapapun atau apapun, tetapi
karena jalan matahari memang tidak pernah berubah dari awal.
Kau ingat? Katamu cinta berani berkorban. Cinta bisa,
bahkan rela melakukan apa saja untuk yang dicinta, dan aku tidak menyangkalnya.
Katamu, cinta bukan tentang persoalan bagaimana ia bisa bahagia dengan
kehadiranmu, cinta adalah ketika kamu bahkan tiada di sisinya, kamu tetap
bahagia. Kenapa? Karena pada sisi lain, cinta selalu terasa di sisimu, tanpa
jarak.
Katamu, tidak ada yang bisa membuatmu lebih bahagia
selain berada di sisi orang yang kau cintai, dan aku percaya. Bahkan meski
sesederhana apapun dia, yang kau tau kau hanya mencintainya.
Katamu, tidak ada yang bisa membuatmu lebih bahagia
selain melihatnya tertawa bahagia di
hadapanmu; hanya untukmu.
Katamu, tidak ada yang bisa membuatmu lebih bahagia
selain melihatnya bahagia, bahkan kau rela melakukan apapun untuknya, termasuk
pergi dari kehidupannya jika itu yang bisa membuatnya bahagia walaupun tanpa
harus berkata jujur, kau tau hatimu terlalu sakit untuk melakukan itu.
Ternyata, sekuat apapun aku dan kamu berusaha
menyangkal masa lalu yang kelam itu, semuanya pernah terjadi. Segala luka,
sakit, putus asa, dan ku pikir itu adalah bagian awan gelap yang datang sebelum
pelangi muncul di balik semesta langit yang luas. Hingga pada akhirnya kau
mampu berkata dengan ikhlas, bahwa masa lalu bukan penghalang masa depan yang
cerah. Masa lalu justru menjadi penguat masa depan –katamu. Aku percaya, dan
mulai sejak itu aku yakin apapun yang kamu katakan, dan aku percaya.
Aku hanya perlu melihat senyum hangatmu di pagi
hari, berharap matahari akan setia menemani langkah kakimu kemanapun berjalan. Aku
hanya perlu bertahan hidup, begitupun kamu, hingga suatu hari nanti kita
sama-sama tau takdir kita. Tidak peduli, betapa buruknya penampilanku dan
khawatir kamu akan pergi. Kenapa? Karena kamu pernah berkata bahwa kamu tidak
akan pernah pergi pun berlari dariku. Dan aku percaya.
And maybe, one day we walk until the end of our life,
together.
Will always remember about us, without say goodbye before
the time comes.
Indahnya,
sampai saat ini saya masih bersyukur karena memilikimu. Bukan karena kau adalah
satu-satunya yang saya harapkan di dunia ini, saya tidak akan membiarkanmu
terlarut dalam kebahagiaan karena saya mengatakan ini. Hanya saja, tentu kamu
tau bahwa kamu adalah hal terpenting yang membuat saya terus hidup ;seperti
sekarang. Meskipun berkali-kali perasaan ingin melepasmu terus saja membuat saya
lantas putus asa, tetapi berkali-kali juga kamu selalu mencoba meyakinkan saya, bahwa
‘kita akan baik-baik saja dengan keadaan ini’ –katamu.
Terkadang
saya bertanya, sekuat apa kamu disana? Hingga mampu membuat cinta saya yang
disini bertahan? Pernahkah kamu terlihat seperti superman, yang dari kejauhan kemudian datang secepat kilat
dihadapan saya, menolong saya, kemudian membuat saya bertahan untuk mencintamu.
Kamu
selalu menolak untuk memberi tahu saya alasanmu jatuh cinta. ‘Tidak ada alasan,
jatuh cinta, begitu saja’ katamu. Saya sampai geram sendiri mendengar
jawabanmu. Mungkin karena itulah, cinta tanpa alasan, cinta tanpa apa-apa yang
membuatnya hingga menjadi cinta. Atau karena kamu takut akan kehilangan saya,
jika saya tau alasanmu jatuh cinta?
Cinta
seperti air yang mengalir. Air mengalir bukan karena ia bersifat mengalir dari
tempat yang tinggi ke rendah, namun karena seperti itulah takdir air. Begitupun
cinta, ia lebih tau takdir cinta seperti apa. Jangan pernah merubah cinta,
sekalipun ia berusaha mengubah dirinya. Jangan tanyakan kenapa, karena cinta
hidup untuk mereka yang saling utuh dan melengkapi, meski suatu saat nanti
segalanya berubah, cinta akan tetap ada untuk mereka yang tetap menjaga
cintanya. Bahkan meski hidup tidak membiarkan cinta untuk tetap ada,
percayalah, tanpa harus kau gali lubang untuk menemukan cinta itu, ia akan
datang pada mereka yang berusaha demi cintanya.
Senja,
dalam tatapan yang sendu pun cinta masih ada dan akan selalu ada di sana. Dalam
senja, saya berharap meskipun matahari terbenam, cinta tidak ikut terbenam
bersamanya. Dalam seja, saya masih memohon kepada sang Kuasa, untuk menjagamu,
membuatmu tetap hidup dan membuatmu menjaga cinta itu. Dalam senja, saya selalu
–berharap– terlihat baik, kenapa? Karena saya mengharapakn esok hari yang indah
di ufuk timur sana, dalam seberkas cahaya yang menyebar, menerangi segalanya
kembali, menunggu sosok yang tidak pernah memudarkan cintanya. Kamu.
Kamu,
kalau kamu pernah berpikir untuk sedetik saja pergi dari pikiran saya, itu
salahmu.
Kamu,
kalau kamu pernah berniat untuk meninggalkan saya sesaat, itu salahmu.
Kamu,
kalau kamu pernah menginginkan pergi dari kehidupan saya, itu salah saya.
Maaf,
pernah membuatmu merasa bukan orang yang terpenting buat saya, karena kamu memang
bukan yang terpenting dalam hidup saya, tetapi kamu orang yang terpenting untuk
membuat saya bertahan hidup, sehingga saya tau alasan saya untuk tetap bertahan
–untuk tetap membuka mata ini melihat matahari yang terbit setiap hari, melihat
senyum kamu– kamu.
Kamu.
Katamu
kamu jatuh cinta berkali-kali, tetapi hanya pada saya yang benar-benar cinta. Apakah
semua lelaki berkata demikian?
Katamu,
saya bukan cinta pertama mu, tetapi saya adalah yang pertama berhasil membuatmu
jatuh cinta. Apakah semua lelaki berkata demikian?
Saya
percaya kamu, meskipun kamu selalu berusaha membuat saya percaya.
Saya
percaya kamu, mekipun setiap kali saya percaya saya khawatir untuk sebuah
kekecewaan.
Saya
percaya kamu, meskipun hanya sebuah keyakinan terhadap kata ‘percaya’, saya
tetap mempercayaimu.
You see?
The magic of the word ‘believe’ makes us
more confident, not the other way
No comments:
Post a Comment